Bab 47

194 6 0
                                    

Bahagiaku kian bertambah, ketika bertemu denganmu kembali.
Kamu yang dulu aku campakkan, kamu yang dulu aku hiraukan. Dan sekarang aku ingin bertanya padamu, bisakah kita mengulang kembali hubungan yang dulu sempat hancur?
Aku masih menginginkanmu, saat ini, dan sampai kapan pun.

^Queena Adeline^

________


Cuaca pagi ini sangat cerah. Sinar matahari saja sudah menyilaukan bumi. Banyak dari murid-murid yang berlalu lalang mengernyit mata menyipit, atau bahkan menutup kepalanya menggunakan tangan.

Seorang Fathur Geofahri, baru saja turun dari motornya. Ketika hendak berjalan, langkahnya berhenti akibat cekalan di tangannya.

Fathur menoleh pada sang pelaku dan menghela nafas sebentar. "Ada perlu?"

"Istirahat nanti, ke kantin berdua, ya. Soalnya ada yang mau aku bicarain sama kamu, penting. Ini menyangkut aku dan kamu, juga alasan kenapa aku hilang dan kembali." Setelah mengatakan itu, dia melepas cekalannya pada Fathur dan segera melangkah pergi.

Tapi ketika hendak melangkah, namanya terpanggil dan membuat dirinya menoleh.

"Queena."

"Ya?"

"Aku harap apa yang kamu bicarain nanti, gak akan buat aku kecewa untuk kedua kalinya." Fathur segera melangkah meninggalkan Queena yang tersenyum nanar. Ia akui jika ini salahnya. Tapi ... jika Fathur mendengarkan semua penjelasan darinya, apakah masih mau memafkannya? Apa dia akan semakin kecewa?

Queena menggelengkan kepala akibat segala pemikirannya itu. Ia pun segera pergi dari area parkir menuju kelas.

***

"Psst, Gas. Bagi-bagi dong jawabannya," ujar Doni berbisik pada Bagas.

Ya, di kelas mereka sedang melaksanakan ulangan harian, dengan sepuluh soal. Banyak dari mereka yang mengumpat karena lupa belajar, juga ada yang sudah belajar tapi tidak masuk ke otak dan lupa atas jawaban dari soal-soal tersebut.

"Salah siapa gak belajar?" ucap Bagas sekaligus menyindir sahabatnya itu dengan berbisik.

"Ck, gitu banget lo. Gue udah belajar kok, tapi otak gue gak sampe. Nih masih ada 5 soal lagi yang belum gue isi. Please!" Doni memohon pada Bagas supaya di beri contekan. Bagas yang ada di sampingnya pun mendengus kesal. Bagas mulai melirik guru di depan, mewanti-wanti agar tidak ketahuan. Kemudian kertas itu di geser ke tengah antara dirinya dan Doni.

"Cepet salin, kalo ketahuan, bisa mampus!" Doni pun segera menyalin jawaban yang ada pada kertas milik Bagas. Untung saja Bagas sudah semua, jadi dia bisa santai sambil pandangannya menghadap depan. Takut-takut jika sang guru memergoki mereka berdua.

Setelah beberapa menit kemudian bel istirahat berbunyi. Semua murid bernafas lega karena pelajaran telah berakhir. Tadi itu pelajaran matematika, di tambah ulangan juga, membuat kepala mereka mengepul tak karuan.

"Yuk, kantin!" ajak Rere pada Rasya. Kemudian Rasya bangkit tak lupa di ikuti oleh Bagas, Doni, dan Farhan. Persahabatan mereka benar-benar erat. Banyak tatapan iri dan memuja pada mereka.

Kali ini Rere dan Farhan yang memesan makanan. Sementara Doni, Rasya, dan Bagas menunggu di meja kantin tengah, kebetulan hanya itu yang kosong.

Beberapa saat kemudian, Rere dan Farhan kembali. Mereka mulai menyantap makanannya dengan sunyi.

Gasya (End)Where stories live. Discover now