Bab 28

252 10 0
                                    

Dari matamu, matamu ku mulai jatuh cinta.
Ku melihat, melihat ada bayangan.
Dari mata, kau buat ku jatuh, jatuh terus, jatuh ke hati.

Jazz - Dari Mata

________

Sejak kepulangan Bagas dari rumah Rasya. Wanda menatap putranya dengan heran, yang sedari tadi senyum-senyum sendiri sambil bernyanyi.

"Bagas, kamu sehat kan?" Pertanyaan yang menurut Bagas aneh itu, terlontar begitu saja dari mulut Wanda--- mamahnya.

"Pertanyaan Mamah aneh."

"Dihh, yang aneh itu kamu Bagas Emilio. Suka gak sadar diri ya kamu."

Bagas hanya terkekeh saja, ia mencium pipi Wanda dan pamit ke kamar. Karena ponselnya kehabisan daya.

Wanda yang masih berdiri dekat sofa, tersenyum penuh arti. Ia tahu penyebab Bagas senyum-senyum sendiri itu apa, sudah pasti karena seorang Rasya Abigail, tunangan-nya sendiri. Wanda sangat berharap, jika mereka memang berjodoh.

***

"Sya, Papah mau bicara." Rasya yang baru saja turun dari kamarnya, langsung dapat intrupsi dari Damian.

"Papah mau bicara apa?" tanya Rasya sambil duduk di sebalah papahnya.

"Tentang perjodohan kamu dan Bagas. Tunangan sudah, kini ...."

"Pernikahan, apa itu yang Papah maksud?"

"Iya. Jadi ... bagaimana, Sya? Kamu siap jika waktu dekat ini papah dan keluarga Frans mengadakan pesta pernikahan untuk kalian?"

Rasya yang sudah tahu arah pembicaraan ini dari awal, pun sekarang ia mulai mencintai Bagas. Akhirnya mengangguk menyetujui ucapan Damian.

"Aku ikut aja, gimana baiknya pernikahan kami berlangsung."

Damian mengelus surai putri semata wayangnya itu. Dengan begini, ia semakin bisa mempererat persahabatan menjadi persaudaraan bersama keluarga Frans. Hal ini sudah di nanti mereka sejak lama.

"Pah, Rasya. Ayo kita makan! Mamah udah siapin masakan kesukaan kalian." Marinka berucap di sela-sela pembicaran Damian dan Rasya.

Setelah itu mereka pun menuju meja makan, yang sudah tersedia nasi serta lauk pauk. Masakan-nya itu sangat menggugah selera, di jamin tidak kalah dengan restoran di luar sana. Itu menurut Rasya, saat dirinya menjajaki meja makan.

***

"Sayang, gak mau Papah antar?" tanya Damian.

"Enggak Pah, aku sendiri aja, motorku kan ada. Jadi Papah gak perlu antar aku segala." Rasya menolak ajakan Damian saat mereka masih di meja makan.

"Papah udah lama deh, gak antar kamu ke sekolah. Terlebih ... sebentar lagi kamu akan menikah dengan Bagas. Sepenuhnya akan tanggung jawab dia, meskipun masih dalam pengawasan kita. Karena kalian masih sekolah."

Rasya tiba-tiba saja tidak enak hati seperti ini. Barusan Damian tengah membicarakan pernikahnya dengan Bagas. Sudah pasti bukan? Jika dua insan sudah menikah, bukan lagi tanggung jawab orang tua. Manis pahitnya kehidupan rumah tangga, akan di nikmati pasangan itu sendiri.

Gasya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang