Bab 30

314 13 0
                                    

Bilangnya sayang, bilangnya cinta, tapi gak ada bukti. Cuma bilang doang mah gue juga bisa.

^Renaya Kalila^

________

Wajah kusut juga murung yang di tunjukkan oleh perempuan dengan piyama tidur bermotif beruang kecil itu, kini terpatri sejak tadi.

Renaya Kalila. Ya, pelaku dengan wajah murung itu dia. Duduk di tepi kasur sambil memegang ponsel, tak lupa juga serentetan umpatan yang di ucapkan-nya.

"Ilih bilingnyi siying, cinti, tipi gik idi bikti. Bulshit anjir!"

Entah sudah berapa kali ia mengumpat dalam beberapa jam. Bahkan rasa kesalnya mendominan di bandingkan perut keroncongnya, yang sejak tadi belum di isi.

"Rere, kamu kok gak ke bawah?"

"Hah?"

"Hah heh hah heh. Itu loh, temen kamu ada di bawah. Dari tadi bahkan Bunda manggil-in kamu, tapi kamu nya gak ada respon, ya udah Bunda ke sini aja."

"Emang iya, ya?" Rere meringis tak enak pada bundanya. Kemudian ia membanting ponselnya ke tengah kasur, lalu berjalan menyusul langkah Gina--- bundanya--- yang tepat berada di depan.

Gina membelokkan langkahnya ke dapur, sedangkan Rere berjalan menuju sofa.

Ketika sampai di sana, ia di buat terkejut akan kedatangan seseorang.

"Hai, Re. Maaf gak ngabarin kalo mau ke sini," ujarnya di sertai cengiran khasnya.

"Tumben banget lo ke sini, ada apa?"

"Kok kayanya lo kesel ya gue ke rumah lo? Muka lo juga suram banget lagi, kenapa?"

Rere memutar bola matanya malas. Ia bertanya bukannya di jawab malah menyangkal dengan membalikkan pertanyaan.

"Mario Cleova Aglean. Apa maksud kedatangan anda ke sini?"

Rio terkekeh mendengar penuturan Rere yang menurutnya lucu, karena bahasa yang formal. Kalo lagi kesel ya seperti ini tingkahnya, bikin Rio gemas sendiri.

"Gue ke sini cuma mau main doang, pengen ngobrol banyak sama lo. Dari kemarin no time for you to talking me." Rio berbicara dengan nada lesu, entah itu hanya perkiraan Rere saja atau memang begitu adanya.

Rere mendesah pelan. Padahal kan sama dengannya, sama-sama tidak ada waktu. Seorang Mario juga sedang sibuk gencar mendekati gebetan, Disha Friyanti---seangkatannya--- juga kelas mereka bersebelahan. Tapi sampai detik ini, belum ada tanda-tanda mereka jadian.

"Lo bilang gue begitu, padahal lo nya sendiri juga sama. Gak nyadar diri ya, mas-nya."

Rio hanya cengengesan saja saat Rere menyindirnya. Sudah biasa mendengar respon Rere yang seperti itu.

Setelah itu mereka larut dalam obrolannya, juga di selingi canda tawa. Tadi Gina juga tidak lupa untuk menyediakan camilan kering dan minuman di meja.

Sedikit cerita, ternyata Mario sudah menembak Disha, tapi ... masih di gantung. Mungkin Disha ragu akan keseriusan seorang Mario, karena mungkin selama bertahun-tahun berteman, bahkan kelas mereka bersebelahan, baru ini Rio mendekati Disha karena pakai rasa. Jadi wajar saja jika Disha masih ragu akan keseriusan Rio.

"Terus gimana hubungan lo sama Farhan, udah ada kemajuan?"

Raut wajahnya kembali lesu juga cemberut. Mendengar nama Farhan di sebut, membuatnya kesal.

Gasya (End)Where stories live. Discover now