Bab 32

219 7 0
                                    

Aku percaya, jika ini semua memang sudah jalannya, takdir.
Karena apa? Kita dulu saling membenci, selalu tengkar, enggan untuk saling menyapa. Kini ... kita di persatukan oleh rasa.
Rasa cinta, sayang, juga rindu yang amat dalam.
Aku percaya, jika aku dan kamu akan selamanya bersama.
Aku percaya, jika aku dan kamu tertanamkan cinta yang abadi, hingga akhir nanti (tutup usia).

________


Selesai sarapan Bagas langsung pamit pada Wanda dan Frans. Ia ingin segera menjemput Rasya, karena takut kesiangan.

Mengendarai motor dengan kecepatan sedang. Ya, ia memilih untuk memakai motor di bandingkan mobil, supaya cepat sampai dan bisa salip sana-salip sini jikalau macet.

Saat sampai Bagas segera memarkirkan motornya di halaman rumah Rasya.

"Eh, Bagas, jemput Rasya?" ujar Damian yang sepertinya buru-buru ingin pergi ke kantor.

"Iya, Om." Bagas menjawab seraya mencium punggung tangan Damian.

"Ya sudah, masuk saja! Rasya masih sarapan. Om mau berangkat dulu ya, buru-buru soalnya."

"Oh iya Om. Hati-hati di jalan!"

Damian pergi mengendarai mobilnya bersama supir, dan Bagas pun segera masuk ke dalam untuk menemui Rasya yang masih asik sarapan.

"Bagas, sini sayang sarapan sama-sama!" ujar Marinka penuh riang, karena kedatangan Bagas ke meja makan.

"Makasih Tante, aku udah sarapan tadi di rumah."

"Oh gitu, ya udah kalau gitu tunggu Rasya ya, masih asik ngunyah anaknya."

"Mah," tegur Rasya.

"Mamah lanjut sibuk dulu ya Bagas, Sya. Lagi buat kue pesanan soalnya." Marinka pamit dan mendapati anggukan kepala dari ke-duanya.

Mereka saling diam, tak ada yang berbicara. Rasya yang masih asik mengunyah pada suapan terakhirnya, Bagas yang asik memperhatikan semua tingkah Rasya.

"Udah merhatiin-nya?" tanya Rasya ketika selesai minum.

"Hah, udah kok. Eh?" Rasya tertawa akibat jawaban Bagas yang begitu gugup, lucu sekali pikirnya.

"Ayo, berangkat!"

Mereka berdua berangkat ke sekolah, tak lupa pamit pada Marinka yang masih sibuk dengan beberapa loyang kue.

***

"Rasya," panggil Rere yang baru saja memarkirkan motornya di samping motor Bagas.

"Bareng, tungguin." Rasya menitah Bagas untuk menunggu Rere terlebih dahulu.

"Gak bareng Farhan?" tanya Bagas.

"Enggak, tadi dia bilang bareng Doni. Kata Doni motor dia di bengkel, makanya numpang sama Farhan."

Bagas dan Rasya mengangguk. Setelah itu mereka berjalan beriringan menuju kelas.

Sesampainya di kelas, mereka sudah di sambut hangat oleh bendahara kelas yang sengaja menagih uang kas.

"Baru juga dateng, Nin. Rese amat lo," ujar Rere.

"Mumpung belum terpakai uangnya. Nanti kalo udh keburu istirahat, pasti ada aja alasan kalian." Rere hanya cengengesan dapat ucapan seperti itu dari Nina--- bendahara kelas mereka.

Tak lama kemudian bel masuk berbunyi.

Mereka belajar dengan tenang, tapi saat memasuki pelajaran ke-dua. Kelas mereka kedatangan tamu. Ya, siapa lagi jika bukan anak OSIS. Ada razia hari ini, jadi anak-anak OSIS berdatangan ke setiap kelas.

Gasya (End)Where stories live. Discover now