Bab 16

285 12 0
                                    

Ku rasa, pertemuan kita memang sudah garis takdir.
Kita yang saling cek-cok, kini di persatukan.

________

Hari ini tepat hari sabtu, Rasya masih saja berdiam diri di dalam kamar, karena menurutnya itu sangat nyaman. Ia tidak ke sekolah, karena memang dirinya tidak mempunyai kegiatan apapun.

Hanya murid yang memang mempunyai kegiatan ekstrakurikuler saja yang pergi ke sekolah.

Rasya dengan laptopnya di atas kasur, posisinya saat ini telungkup dengan cokelat di tangan kanannya. Menyuap, mengunyah, menelan, kegiatan terus begitu hingga cokelat tersebut habis.

Baru saja ia berganti posisi menjadi duduk, untuk mengambil air di nakas. Marinka masuk ke dalam kamar Rasya, yang kebetulan pintunya memang terbuka.

"Ada apa, Mah?" Rasya bangun dan minum sebentar, juga meletakkan sampahnya di meja nakas dengan meremas hingga kecil.

"Kamu gak jalan? Di rumah mulu gak bosen apa, Sya?" tanya Marinka seraya mendudukkan dirinya di tepi kasur.

"Enakan juga di rumah, nonton film Hollywood atau maraton drama Korea di laptop," jawab Rasya cuek.

Marinka menampar pantat Rasya cukup kencang, saat Rasya sudah kembali menelungkupkan badannya di kasur.

"Mah, gak usah nampar juga, ish!" Rasya tidak terima dengan tamparan Marinka, ia mengelus pantatnya yang menurutnya semok itu.

"Abis anak perawan dirumah mulu, keluar sana! Atau ... Mamah suruh Bagas aja ya ke sini?"

Rasya bangun, kembali duduk, tak lupa menjeda film yang di tayangkan di laptop.

"Gak usah aneh-aneh, Mah. Cukup kemarin aku di ajak ke rumah Bagas, hari ini gak usah pertemuin kita lagi!" bantah Rasya seraya mendengus.

"Ya udah kalo gitu, nanti malam aja gimana? Sekalian malam mingguan, mau, kan?" Marinka tersenyum penuh arti pada Rasya.

Rasya memutar bola matanya malas. Kini ia mengerti, mengapa tante Wanda kemarin mengajak ke rumahnya, juga sekarang mamah-nya menyuruh ia untuk pergi bersama Bagas. Itu karena, supaya kita makin dekat. Dan juga perjodohan ini akan makin lancar. Ok ... Rasya mulai paham dengan alur mereka.

"Tau ah, terserah Mamah." Rasya mengutak-atik laptopnya, lalu di matikan. Kini ia jadi malas untuk menonton.

Meletakkan laptop di atas meja belajar. Dan ia kembali menghadap mamahnya sambil berdiri, yang masih saja diam di tepi kasur.

"Mamah masih mau disitu? Aku mau keluar, nyari udara seger." Rasya segera meraih cardigan rajut berwarna caramel, juga sling bag kecil yang tergantung. Setelah itu keluar dari kamar.

Marinka menggelengkan kepala atas tingkah Rasya, ia tahu jika putri semata wayangnya masih belum bisa menerima perjodohan ini.

Segera keluar dari kamar, menutup pintu. Lalu ia turun, untuk memastikan jika Rasya masih ada atau sudah pergi.

***

Rasya pergi menggunakan motor matic-nya. Setelannya saat ini hanya memakai legging hitam, kaos putih, juga di balut cardigan caramel. Ia tak lupa menyematkan helm di kepalanya.

Gasya (End)Where stories live. Discover now