Bab 72

275 4 0
                                    

Selamat membaca ...

________


Emm emm emmm

Bunyi erangan terdengar dari mulut seorang Rasya yang kini sedang duduk di kursi. Dengan mulut yang disumpal oleh sapu tangan, juga badan yang terikat di kursi tersebut.

Sedari tadi badannya tak bisa diam, agar bisa dibuka-kan ikatan serta sumpalan di mulutnya.

Seorang perempuan--- yang kini sedang tersenyum licik itu--- hanya berdiri sambil bersandar di tembok. Dengan tangan yang bersidekap dada, juga matanya yang penuh akan kilatan amarah.

Emm emm emmm

Suara tawa menggema di ruangan tersebut. Ya, si perempuan yang berdiri itu pelakunya. Bagi perempuan itu, ini baru permulaan.

"Tolol!" ungkap perempuan itu.

Kemudian jari telunjuk serta jari tengahnya mengapit sebatang rokok dan mulai mematiknya. Melirik ke arah Rasya sebentar, lalu mulai menghisap benda nikotin itu dengan penuh nikmat.

"Gue tahu, sekarang didalam perut lo itu ada calon bayi. Tau gak? Gue sebenernya males berurusan lagi dengan lo. Tapi ... karena ada hubungannya dengan Bagas, ya gue harus bertindak. Gue juga mau bales dendam sama lo, karena gue dijauhin sama satu sekolah, dan lo udah bawa pengaruh Prita dan Zeva keluar dari pertemanan gue."

Rasya terdiam kala perempuan itu berkata demikian. Yang ia pikirkan sekarang ini ialah keselamatannya juga calon bayinya. Perasaannya was-was bukan main, ia tidak ingin calon bayinya kenapa-kenapa. Ia takut jika perempuan itu bertindak hal yang mengerikan.

Beberapa menit telah berlalu, perempuan itu sudah menghabiskan sebatang rokoknya. Kini langkahnya maju menghampiri sang korban, yaitu Rasya.

Tangan kanannya mengapit pipi Rasya dan menekannya cukup kencang.

"Kalo gue gak bisa dapetin Bagas, lo juga harusnya gak bisa. Dan dengan ini, gue ingin menghabisi lo. Oh ok ralat, gue mungkin akan tetap membiarkan lo hidup, tapi dengan bayang-bayang menakutkan. Tahu apa?"

Perempuan itu melepaskan tangannya dan mulai mengitari Rasya yang masih terduduk di kursi. Kemudian dia mulai berkata kembali, "Calon bayi lo harus lenyap." Suara tawa menggema kembali di ruangan itu. Terlihat bahagia sekali perempuan itu dengan ucapannya.

Rasya menitikan air mata kala perkataan tadi, juga yang membuat jantungnya berdetak sangat kencang. Ia mulai menggeram dari mulutnya yang masih tersumpal. Badannya ia gerakkan untuk minta dilepaskan. Ia tidak ingin calon bayinya dilenyapkan begitu saja. Calon bayi yang tidak berdosa ini harus tetap hidup hingga dia terlahir ke dunia.

***

Pletak

Suara pintu seperti terlempar oleh batu itu terdengar di telinga perempuan licik itu.

Ruangan ini kedap suara, jadi tidak terdengar apapun keadaan dari luar. Tapi suara batu yang terlempar ke arah pintu membuat perempuan itu mengalihkan pandangannya. Karena suaranya cukup kencang.

Pelaku si pelempar batu hanya tersenyum. Akhirnya ia berhasil untuk memancing orang yang ada di dalam.

Doni dan Farhan berada di himpitan tembok yang terhubung pada lorong kamar. Mereka sengaja berada di sana, agar nanti tidak susah untuk menangkap pelakunya.

Sementara Rere, menunggu si pelaku keluar dari kamar tersebut. Dia juga yang melempar batu tadi, ini pure idenya sendiri.

Farhan sudah menghubungi Bagas agar segera ke lantai atas. Tadi Bagas mencari di seluruh ruangan lantai bawah bersama dua bodyguard papahnya itu, tapi ternyata tidak ada tanda-tanda apapun. Setelah mendapat keterangan dari Farhan, ia langsung menghubungi Polisi agar segera ke tempat ini. Dua bodyguard yang ikut bersama Bagas juga tidak lupa memberitahukan, agar nanti jika ada Polisi yang datang, untuk segera menyambutnya dan masuk ke dalam.

Gasya (End)Where stories live. Discover now