Bab 6

407 24 0
                                    

Kata manis yang ku ucap bukan bualan semata, tapi itu sebuah ketulusan.

________


"Ho-aaa ho-eee, Kau yang selalu ku puja-puja ...
Namamu terukir indah ...
Gelapnya indah dunia ...
Terluka penuh kecewa ...
Luka tiada mengesan ...
Larut kesepian." Kelas XI IPS 3 ramai akan nyanyian dangdut, sontak sebagian murid ada yang asik bergoyang juga ikut-ikutan bernyanyi. Karena kebetulan guru tidak hadir, jadilah mereka seperti ini.

Yang pertama mengajak itu Doni, lalu disusul Farhan dan Bagas. Setelah itu hampir seluruh murid ikut-ikutan gilanya mereka bertiga.

Sementara Rasya memutar bola matanya malas juga berdecak berkali-kali, karena kelasnya sudah seperti pasar gembrong. Yang ia lakukan ialah menyumpal kedua telinganya dengan earphone, lebih baik mendengarkan lagu melalui ponselnya dibandingkan mendengarkan mereka bernyanyi dengan suara yang tidak ada bagusnya sama sekali. Rere yang duduk di samping Rasya sih menikmati saja pertunjukan kelasnya, dan itu sampai membuatnya tertawa.

"Lagu apa lagi guys?" tanya Doni saat mereka menyelesaikan lagu pertamanya tadi.

"Shawn Mendes - Imagination, dong." Vika salah satu murid di kelas itu memberi saran, lagu apa yang ingin dinyanyikan selanjutnya.

"Nah kalo lagu itu cocok lo nyanyiin, Gas." Farhan menyerahkan gitar yang memang ia bawa pada Bagas.

Bagas segera mengambil gitar, tiba-tiba semuanya langsung terdiam. Berbeda saat tadi mereka menyanyikan lagu pertama. Sontak hal itu membuat mata seorang Rasya melihat sekitar semua teman-temannya. Ada yang aneh pikirnya.

Rere yang melihat Rasya kebingungan segera melelas earphonenya, setelah itu di letakkan di meja. Menitah Rasya untuk melihat Bagas yang sudah ada gitar di pangkuannya.

Petikan gitar sudah mulai terdengar di kelas XI IPS 3, lalu Bagas mulai bernyanyi dengan santai.

"Oh, there she goes again ...
Every morning it's the same ..
You walk on by my house ...
I wanna call out your name ...
I want to tell you how beautiful you  are from where I'm standing ...
You got me thinking what we could because ...
I keep craving, craving, you don't know it but it's true ...
Can't get my mouth to say the words they want to say to you ...
This is typical of love ..
Can't wait anymore, I won't wait
I need to tell you how I feel when I see us together forever."

Rasya melihat Bagas bernyanyi seketika terkagum. Ini memang bukan pertama kali baginya, karena Bagas sering tampil di acara sekolahnya sejak kelas 10. Tapi mendengar seorang Bagas bernyanyi, tetap saja masih merasa kagum. Terlebih lagu yang dinyanyikan seperti dari hati.

"In my dreams you're with me ...
We'll be everything I want us to be ...
And from there, who knows, maybe this will be the night that we kiss for the first time ..
Or is that just me and my imagination."

***

Ketika jam istirahat mereka segera keluar kelas menuju kantin, karena perut sudah lapar minta di isi makan.

"BAGAS," teriak Rasya saat kunciran rambutnya di lepas.

"Rese banget si lo, balikin kunciran gue!" Rasya meminta kuncirannya oada Bagas yang sudah di ambang pintu.

"Mau ini?" Tanpa di duga kunciran itu di buang begitu saja lewat pembatas pagas koridor, otomatis Rasya langsung melotot pada Bagas.

Gasya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang