Bab 51

164 6 0
                                    

Selamat membaca ...

________

Pukul 19:25, Rasya tiba-tiba ingin membeli camilan di mini market terdekat rumah-nya. Bagas belum pulang jam segini dari kantor, jadi ia memutuskan untuk keluar sendiri. Ia pikir juga tak usah untuk memberitahu pada Bagas. Karena jarak yang di tempuh tidak jauh.

Rasya menggunakan celana legging hitam serta hoodie mocca untuk keluar. Kemudian ia melangkah dengan berjalan kali, sekaligus menghirup udara malam sebentar. Semenjak bersama Bagas, ia juga jarang keluar. Lantaran Bagas tidak akan mengizinkan-nya, jika bukan dengan dia keluar-nya.

Saat sampai di mini market, Rasya segera memilah-milih camilan yang ingin ia beli. Tak lupa juga ia membeli kebutuhan rumah yang sekiranya sudah habis. Uang yang ia pakai adalah, hasil kerja Bagas selama di kantor juga usaha yang sudah mulai berjalan. Yaitu food court dengan berbagai macam makanan, serta panggung untuk musik di sana, juga ada tempat bermain anak-anak--- ini antisipasi dari Bagas jika pasangan sudah mempunyai anak atau pun pergi bersama keluarga besar--- hal ini pun di setujui Rasya saat Bagas meminta izin padanya tentang hal itu.

"Makasih, Mas."

"Terima kasih kembali, Mbak."

Rasya keluar dengan dua kantong plastik sedang. Ternyata apa yang ada di pikirannya tadi, berbeda dengan apa yang di belinya saat ini. Begitulah perempuan.

Mulai melangkahkan kaki, dengan mulut yang asik menyedot susu vanila di tangan kiri-nya.

"Seger juga minum susu ini, karena susu-nya kesukaan gue, sih. Hehehe." Rasya bergumam sendiri seraya terkekeh di akhir kalimat-nya.

Saat baru setengah jalan, tiba-tiba ada motor berhenti di samping-nya.

Rasya menaikkan halis sebelah saat pengendara motor itu tiba-tiba saja berhenti di dekat-nya.

Pengendara tersebut membuka helm dan menyunggingkan senyum-nya.

"Hai, ketemu lagi. Gimana kabar, lo?"

Rasya terkejut atas kehadiran laki-laki yang sangat ia hindari sejak hari itu.

"Lo, ngapain ada disini?"

"Jalanan umum, kan?" Rasya mengangguk atas pertanyaan itu.

"Ya udah, berarti bebas dong gue mau berhenti di mana."

Rasya memutar bola matanya malas. "Suka-suka lo deh." Kemudian Rasya mulai melangkahkan kaki-nya kembali menuju rumah.

Tapi langkah-nya terhenti akibat suara laki-laki tersebut.

"Rasya."

Rasya membalikkan badan-nya. Ia menatap datar ke laki-laki itu. "Apa lagi?" tanya-nya dengan malas.

Laki-laki tersebut turun dari motor dan menyimpan helm-nya. Lalu berjalan mendekati Rasya.

"Ma-- mau ngapain, lo?" Rasya sudah was-was berhadapan dengan laki-laki ini. Karena ia takut terjadi apa-apa.

"Tenang, Sya. Gue gak akan ngapa-ngapain, lo. Gue cuma mau minta maaf atas kesalahan gue. Maaf karena udah buat lo takut, maaf karena udah buat lo selalu was-was saat berhadapan dengan gue, maaf atas omongan gue saat terlibat tawuran waktu itu. Maaf, Sya."

Rasya menelisik wajah itu dengan serius, kemudian tepat di bola mata-nya. "Lo yakin, omongan lo ini bisa di percaya?"

"Itu gimana lo-nya aja, Sya. Mau percaya atau enggak dengan omongan gue ini. Yang pasti gue cuma mau minta maaf sama, lo. Karena gue yang selalu membuat lo sakit berkali-kali."

Gasya (End)Where stories live. Discover now