Bab 20

339 12 0
                                    

Hanya kamu yang tahu dengan perasaanmu sendiri, bukan orang lain.
Coba, pahamilah isi hatimu.

________

Rasya saat ini sedang asik sarapan bersama Marinka, hanya berdua. Lantaran Damian sudah pergi ke kantor terlebih dahulu, ada meeting pagi ini.

"Sya, cowok kemarin beneran hanya teman, kan?" tanya Marinka di sela makan nasi goreng balado, buatan-nya.

"Bener, Mah. Dia emang cuma teman, gak lebih. Dulu pernah suka sama dia, tapi kaya lebih ke kagum sih. Tapi kalau sekarang, udah enggak kok, karena emang ketika sama dia udah gak pernah yang namanya gugup atau kerja jantung berlebihan," jawab Rasya dengan lugas. Karena ia hanya ingin Marinka tak salah paham pada hubungan-nya dengan Fathur.

Marinka mengangguk paham dan tersenyum penuh arti. Melihat Rasya masih sibuk dengan makanan-nya, ia lantas berbicara kembali.

"Kalau sama Bagas, gimana? Kerja jantung kamu, gak baik ya, Sya?" pertanyaan lebih menjurus ke menggoda terlontar dari mulut Marinka.

Untung saja Rasya sudah pada suapan terakhir dan tidak terkejut atas pertanyaan Marinka. Karena hal seperti ini bukan pertama kali di ajukan padanya.

"Entahlah, Mah. Aku juga gak tahu." Rasya menjawab dengan nada pelan namun tersirat bingung di dalamnya.

"Hanya kamu sendiri yang tahu atas perasaanmu, Sya. Pahami lah isi hati kamu."

Setelah percakapan itu Rasya segera pamit keluar. Tapi Marinka mencegah nya, menitah Rasya menunggu Bagas terlebih dahulu. Karena kebetulan semalam dia menelpon-nya, memberitahukan bahwa ingin menjemput Rasya, berangkat bersama ke sekolah.

***


Selama di perjalanan, Rasya mengernyit heran. Bagas tidak seperti biasanya, kini dia lebih banyak diam dan tak banyak tingkah.

Padahal jika Bagas bersamanya, dia selalu berceloteh ria, atau menggodanya, bahkan sampai tertawa.

Seperti bukan Bagas yang kini bersamanya. Melainkan orang lain, yang berwujud Bagas. Dan ternyata sepi jika dia tak banyak tingkah.

Hingga mereka sampai ke sekolah, masih saja terus diam-diaman. Rasya yang kesal karena Bagas meninggalkan begitu saja berjalan di koridor, segera berlari menyamai langkah Bagas.

Saat sudah di samping-nya, ia segera melirik Bagas dengan tampang datarnya. Entah mengapa rasanya ada yang perih di dalam dada.

"Gas, kenapa kita jadi diem-dieman gini si? Biasanya lo banyak ngomong, tapi sekarang, beda."

Bagas memberhentikan langkahnya, di ikuti Rasya yang tepat berada di sampingnya saat ini.

Bagas berbalik badan menghadap Rasya. Kini mereka saling menatap wajah masing-masing.

Rasya mengerjap kaget, lantaran Bagas yang tiba-tiba saja menatapnya, penuh intimidasi.

"Toh kalau gue banyak tingkah juga, lo gak akan peduli, kan?" Setelah bercakap demikian, Bagas meninggalkan Rasya yang bergeming di tempat.

Rasya mengepalkan telapak tangan-nya. Mengapa rasanya begitu sesak?

Bagas yang kini seolah tak acuh, membuatnya kesal dan sedikit frustasi. Pikiran-nya berkecamuk sekarang.

Gasya (End)Where stories live. Discover now