Bab 39

215 10 0
                                    

Jangan menilai seseorang dari luarnya saja.
Karena yang di luar baik, belum tentu benar-benar baik. Juga jika di luarnya tidak baik, belum tentu benar-benar tidak baik.
Don't judge a book by it's cover.

________

Mario Cleova Aglean. Duduk di bangku kelas XII IPA 4, dekat dengan seorang Renaya Kalila, juga mempunyai gebetan bernama Disha Meilani, yang kelasnya bersebelahan dengannya.

Hal yang sangat di takutkan dari seorang Mario adalah ketika ia kehilangan sosok seseorang yang berarti, juga seseorang yang bisa di sebut pahlawan saat dirinya dan seseorang itu masih berumur delapan tahun itu, selamanya.

Ya, dulu ia menyebutnya hero. Tapi kini, ia menyebutnya enemy.

Sudah berapa tahun kedekatan mereka tidak di perlihatkan, bahkan sangat renggang. Mereka yang dulunya dekat, kini jauh. Bahkan jika di pertemukan, mereka itu bagai air dan api. Sangat kontras hawa permusuhannya.

Padahal ia sangat ingin kembali bersama, saat di mana mereka masih kecil dan sangat suka dengan permainan lempar bola.

Tapi agaknya susah untuk mengembalikan keadaan tersebut. Dia yang tak pernah mau berubah, dan dirinya yang kini sudah muak dengan segala sikap dia yang tak ada kata mau berubah.

"Rio, kamu kenapa?" tanya Disha, saat mereka sedang makan di luar. Rumah makan pinggir jalan, langganan Rio.

"Ah, gak-gak. Aku gak apa-apa. Kamu udah selesai makannya?"

"Nih tinggal sesuap lagi. Yang ada kamu tuh, masih utuh makanannya." Disha menyuapkan makanan terakhirnya, mengunyah hingga habis di mulut. Lalu ia minum, hingga tersisa setengah gelas.

"Apa sih, yang buat kamu jadi gini? Muka kamu muram banget loh."

"Aku gak apa-apa."

"Kamu kaya cewek, ah. Kalau di tanya jawabnya gak apa-apa." Disha menampilkan raut wajah cemberut, itu membuat Rio gemas. Kemudian Rio mencubit pipi kanan Disha.

"Ish, malah nyubit pipi aku."

Rio hanya terkekeh mendengar rajukan dari Disha. Entah mengapa pikiran tadi seketika lenyap melihat tingkah Disha yang seperti ini.

"Makanan kamu dimakan, Rio."

"Suapin!" Kali ini Rio yang menampilkan rajukannya.

Disha menggelengkan kepala dan tersenyum. Ia pun menuruti keinginan Rio, untuk menyuapinya. Sampai akhirnya makanan tersebut habis tanpa sisa.

Setelah makan, mereka memutuskan untuk jalan-jalan keluar. Menikmati jalanan kota, di malam hari.

Rio memberhentikan lajunya di sebuah restoran milik ayahnya. Kemudian ia menggeret Disha ke dalam, dan membawanya ke lantai atas.

"Wow, bagus banget." Disha berjalan semakin masuk ke dalam, juga menikmati angin malam. Cahaya lampu kerlap-kerlip berwarna warm white, menambah kesan romantis dan elegan.

"Gimana, suka?"

"Suka banget."

"Duduk!" Kemudian Disha pun duduk bersama dengan Rio di sampingnya.

Disha memperhatikan langit yang banyak sekali bintang bertaburan. Bahkan sesekali ia melihat ke bawah, para keluarga serta muda-mudi berkencan ke restoran yang terbilang mewah ini.

"Kenapa bagian ini gak di ambil juga untuk mereka nikmati, sambil makan?" tanya Disha sambil melihat Rio yang ada di samping kanannya.

"Di pake kok, apalagi kalau malam minggu. Banyak banget yang milih makan disini. Tapi malam ini, khusus untuk kita. Sengaja aku pesan ke Pak Arlan, manajer disini, untuk gak di pakai bagian rooftopnya."

Gasya (End)Where stories live. Discover now