Bab 21

273 15 0
                                    

Tersihir akan tatapanmu.
Tersihir akan genggaman tanganmu.
Tersihir akan semua kata-katamu.

________


Play song : Mata ke hati - Hivi

Pagi sekali di kediaman Damian, sudah di ributkan akan suara wajan dengan spatula. Pelakunya ialah, Rasya Abigail. Entah setan apa yang merasukinya, sehingga pagi ini sudah di sibukkan dengan kegiatan tersebut.

"Pagi, Mah," sapa Rasya saat melihat Marinka menghampirinya, kala sedang menyiapkan makanan-nya di meja.

"Tumben, pagi-pagi gini udah sibuk urus dapur. Ada apa ni?"

"Ishh, Mamah. Anaknya lagi berbaik hati untuk menyiapkan sarapan juga, gak ada salahnya, kan?"

Marinka menggeleng dan tersenyum, seraya mendudukkan bokongnya di kursi.

"Gak ada yang salah, Sya. Mamah, malah senang kamu seperti ini. Itu artinya, kamu siap untuk membina rumah tangga." Entah ucapan Marinka hanya candaan atau benar. Justru Rasya malah bergeming, menatap mamahnya dengan raut wajah yang terkejut.

Rasya berpikir jika perjodohan itu benar, tidak main-main. Marinka saja sampai membahas perihal rumah tangga padanya.

Rasya ikut duduk di kursi, seberang Marinka.

"Papah mana?" sanggah Rasya, mengalihkan topik pembicaraan.

"Ini Papah, sayang," jawab Damian saat langkahnya mendekati meja makan.

Setelah itu mereka segera menyantap sarapan-nya pagi ini.

***

"Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan. Dua-dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan."

Terdengar suara menghitung dari lapangan SMA Taruna Bangsa, yang luas ini.

Tepat pukul 07:00, kelas XI IPS 3 di isi oleh pelajaran olahraga. Di mana mereka berbaris dengan rapi.

Mereka melakukan pemanasan juga pendinginan terlebih dahulu, sebelum akhirnya berlari mengitari lapangan.

Lima putaran yang di raih mereka. Karena jika lebih dari itu, yakin semua akan mengeluh. Lantaran lapangan sekolah mereka ini sangat luas.

Selesai berlari mereka semua di titah untuk istirahat sebentar, berselonjor terlebih dahulu. Agar otot-otot kaki menjadi lemas dan tidak tegang.

Kali ini XI IPS 3, akan ada praktek permainan bola voli. Karena jika kemarin, selalu saja basket yang di ambil nilai, sementara permainan bola voli belum ada.

Pak Darma mulai memegang buku dan pena untuk menilai, serta peluit yang tergantung di bagian lehernya. Ia pun memberi penjelasan, ketentuan apa saja yang akan di praktekkan setelah ini.

Selesai memberi penjelasan itu pun, anak-anak dengan serempak menjawab, "Mengerti, Pak."

Nama yang terpanggil pertama, segera masuk ke lapangan. Sedangkan yang lain menunggu giliran di sisi lapangan, sembari duduk lesehan.

Begitu seterusnya, hingga nama yang paling terakhir nanti, yang di panggil oleh pak Darma.

Sampai akhirnya pengambilan nilai pada kelas XI IPS 3 selesai. Mereka bubar dari lapangan menuju tempat teduh.

Matahari sangat menampakkan sinarnya yang terang. Keringat bercucuran di seluruh tubuh anak-anak kelas XI IPS 3.

Selesai praktek, mereka di beri waktu istirahat selama sisa waktu yang ada, yaitu sepuluh menit. Karena setelah itu akan ada pergantian pelajaran selanjutnya.

Gasya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang