23. Heart to Heart

170 19 20
                                    

Chapter 23: Heart to Heart

Enjoy!

"CHORONG-AAAH"

Demi Tuhan, Lee Changsub.

Chorong yang dipanggil hanya pasrah dan menyampirkan tas di salah satu bahunya. Chorong memperhatikan sekali lagi penampilannya di cermin lemari dan merapikan sedikit bagian ujung kemejanya yang tampak kusut. Setelah mengangguk puas, barulah wanita itu bersiap untuk turun ke ruang tamu, menjumpai pembuat onar yang baru saja berteriak di rumahnya, pagi itu.

Tanpa sedikitpun rasa bersalah, Changsub dengan seenaknya sudah melenggang masuk ke rumah dua lantai milik keluarga Park dan mendudukkan diri di salah satu sofa ruang tamu sambil mengangkat kaki.

Jangan tanyakan kemana sopan santun pria itu, bahkan ketika ia berada di rumah 'calon mertua'. Semua ini dikarenakan rumah keluarga Park memang sedang kosong. Ayah dan ibu Chorong semuanya sedang pergi menginap di Cheongju sejak dua hari yang lalu. Kota ini merupakan kampung halaman keluarga Park dan mereka pergi kesana untuk persiapan peringatan kematian kakek Chorong.

Dan siang nanti, pasangan kekasih itu akan menyusul kedua orang tua Chorong untuk pulang kampung. Atau tepatnya, Changsub berlaku sebagai supir untuk mengantarkan sang tuan puteri dengan selamat ke tempat itu.

.

Ujung mata Changsub menangkap siluet Chorong yang berlari kecil menuruni anak tangga, kenapa wanita ini semakin cantik dari hari ke hari sih?

"Selamat pagi, gongju-nim*."

Chorong mengangguk, "pagi juga. Sudah sarapan?" tanyanya tanpa basa-basi. Dipanggil seperti itu oleh Changsub hampir setiap hari membuat Chorong terbiasa hingga tidak lagi menghasilkan riak apapun di wajah cantik miliknya.

"Ouch, to the point sekali sih, Chorong-ku ini," keluh Changsub, wajahnya ditekuk dalam seakan berpikir, "padahal baru dua bulan, wajahmu masih seperti cabai merah sehabis kupanggil begitu. Chorong sudah berubah, huhu..."

Facepalm. Begitulah ekspresi Chorong sekarang, tiga bulan menjalin hubungan dengan pria ini membuat dirinya melatih kesabaran setiap hari, memupuknya menjadi tinggi, hingga tanpa sadar kebiasaan 'memukul' atau melempar barang pada Changsub menghilang begitu saja. Karena Chorong merasa taktik itu sudah tidak berguna. Pria ini, huft, desah Chorong dalam hati.

"Yah, kok diam?" goda Changsub, berusaha mencari reaksi lain dari Chorong, menurutnya tak seru jika Chorong hanya mengalah setiap waktu. Lucunya, sebelum pacaran, wanita ini lebih bar-bar, tapi ternyata sekarang bisa menjadi semanis dan sekalem ini?

Chorong mengangkat alis, "Kau mau aku marah?"

Tangan Changsub menggamit lengan Chorong dan menggoyangkannya seperti anak-anak. Changsub menggelengkan kepala pelan sambil menatap Chorong lucu, "Jangan, seram, seperti nenek lampir- ADUH!"

"Rasakan," ujar Chorong, ia melepaskan gamitan Changsub di lengan dan bangkit berdiri, beranjak dari sofa nyaman itu ke arah dapur untuk menyiapkan bekal untuk perjalanan nanti, sepenuhnya meninggalkan Changsub yang sedang mengusap kulit paha kanannya yang sudah memerah.

Aneh tapi ajaib, dicubit begitu bukannya membuat Changsub merasa sebal, ia justru merasa rindu dengan kemarahan-kemarahan kecil puteri manisnya itu, Park Chorong yang sedang kesal memang menggemaskan. Changsub mengekori langkah Chorong ke dapur tak lama setelah rasa nyeri nan menyenangkan itu reda. Ia berhenti didekat tembok dapur, menyender santai disana sambil memasukkan tangan ke dalam celana, tatapan Changsub mengarah ke punggung Chorong yang sedang bergerak mondar-mandir mengisi kotak bekal mereka.

BLOOM [M] ✔Where stories live. Discover now