3. Heart

240 30 7
                                    

Chapter 3: Heart

Enjoy!

Hari demi hari berlalu bagai anak panah yang dilesatkan jauh dari busurnya. Baik Changsub dan Chorong sedang saling mengasingkan diri. Changsub yang mengurung diri dalam kesibukan kerja pasca wamil dan Chorong yang menenggelamkan perasaan dengan memaksakan diri berlatih giat di gym

Keduanya bersikap seperti satu sama lain tidak ada di sana. Changsub yang terlalu takut untuk meluruskan kesalahpahaman akibat satu pesan dan Chorong yang terlanjur merasa ditolak. 

Memang kami berdua lebih cocok untuk menjadi sahabat, pikir keduanya naif, tanpa sadar bahwa hati mereka sudah menjerit.

.

Bomi menghela nafas ketika menemukan Chorong sedang terbaring pasrah di matras ruang latihan mereka, "Eonni, kau tak apa? Sudah berapa lama tidak pulang dan tidur di sini?"

"Oh, Bomi-ya. Memangnya ada apa denganku?" jawab Chorong sekenanya, "mungkin tiga hari? Atau empat, aku lupa."

Bomi mengurungkan diri untuk bertanya jauh sebab ia tahu didorong seperti apapun, Chorong tidak akan pernah membuka mulut ataupun mengakui bahwa wanita itu sedang tertekan. Kecuali jika Chorong sendiri yang mengulurkan tangan keluar untuk meminta bantuan. Ia hanya dapat ikut duduk di sebelah wanita itu sambil menghitung detik di dalam hati.

.

"Bomi, aku pergi dulu ya. Ibunya Changsub menyuruhku datang ke rumah, sepertinya ada yang penting," ucap Chorong tiba-tiba. Wanita manis itu berdiri dari posisi berbaringnya dan melesat pergi secepat kilat.

"Sebenarnya kau memang sudah tidak ada harapan lagi 'kan eonni," Bomi menggeleng melihat kepergian Chorong dari sana, "apapun tentang Changsub akan selalu berhasil membuatmu bangkit dan pergi dalam sekejap."

Bomi heran karena bahkan orang luar saja dapat melihat jelas kalau kedua orang itu saling menyayangi, sebuah sayang yang melebihi rasa kepada sahabat. Tetapi mereka seakan menutup mata. 

.

.

Tidak perlu waktu lama bagi Chorong untuk mencapai pintu rumah tetangga sebelahnya itu, ia menarik nafas sejenak demi menghilangkan perasaan getir yang menggelayut di hati. Chorong memasang senyum terbaiknya saat itu juga dan membuka pintu di depannya pelan.

Chorong mengelilingi ruangan di rumah itu sampai matanya menangkap ibu Changsub yang sedang membuat kue di dapur. "Oh, Chorong-ah, kau sudah sampai," sapa wanita itu ramah, "kemarilah, duduk dan bantu ibu. Masukkan kue kering itu ke dalam toples, ya."

Chorong menurut dan segera bekerja dengan cepat namun telaten, "Untuk siapa ini Bu?"

"Ini untuk tetangga baru di rumah seberang, Nak," balas ibu Changsub antusias, "kau tahu tidak? Ternyata keluarga baru itu adalah teman dekat ibu sewaktu muda."

"Yang benar Bu? Berarti sudah lama tidak bertemu ya?" 

"Iya, mungkin sudah dua puluh tiga tahun," ibu Changsub menutup toples-toples yang sudah penuh isi itu dan duduk di kursi mengikuti Chorong, "ibu ingat dulu pernah bercanda akan menjodohkan Changsub dengan anaknya hahahaha, malah kebetulan mereka punya anak perempuan juga. Hebat 'kan?" lanjutnya santai.

Chorong termangu akibat informasi mendadak yang diberitakan ibu Changsub barusan, otaknya berhenti memproses. Tangannya yang tadi sedang bekerja juga berhenti secara tiba-tiba. Menjodohkan?

"Ah tapi itu mah cerita lama, ibu bahkan tidak tahu lagi kabar mereka sampai barusan," sebuah kotak disampirkan ke hadapan Chorong, "ini jangan lupa bawa pulang satu untuk di rumah ya, Rong."

BLOOM [M] ✔Where stories live. Discover now