6. Stranger

208 24 19
                                    

Chapter 6: Stranger

Enjoy!

Chorong sedang menikmati sarapan pagi dengan segelas susu dan roti bakar selai stroberi favoritnya. Entah mengapa tapi kombinasi dua makanan itu selalu berhasil membuat paginya menjadi rileks, pikirannya menjadi tenang dan tentu saja perutnya menjadi kenyang.

Ia bersiap untuk pergi ke kantor tempatnya interview satu minggu yang lalu. Chorong yang kini sudah berpakaian rapi dan sopan bergerak ke arah rak untuk mengambil sepatu berhak tujuh sentimeter dari dalamnya.

Pikirannya melayang. Selama satu minggu terakhir ini, Chorong tetap memangkas habis komunikasinya dengan Changsub. Chorong merasa malas jika harus berurusan dengan pria yang sedang kasmaran seperti itu. Apalagi setelah tahu bahwa wanitanya bukanlah dirinya. Justru gadis muda yang tiba-tiba datang entah dari mana.

"Ah, jadi kepikiran lagi," gerutunya sebal, "Chorong-ah, fokus."

Park Chorong berusaha untuk mengenyahkan bayangan pria bodoh itu dari kepalanya. Ia melangkahkan kaki mantap untuk keluar dari rumah itu dan mengunci pagar.

Saat membalik badan, Changsub dengan jaket kulitnya sudah bertengger manis di samping mobil tanpa diduga-duga.

"Malaikat.." gumam Chorong tanpa sadar. Changsub di depannya itu seperti mengeluarkan sinar-sinar putih yang menyilaukan mata. Tatapan Chorong yang terlihat terpana itu dibalas dengan tatapan jahil dari Changsub.

"Kenapa? Apakah aku tampan? Sampai kau terpana begitu."

Bayangan sinar putih itu menghilang ketika suara Changsub menyapa gendang telinganya, "Astaga! Apa yang kupikirkan! Malaikat? Dia lebih tepat disebut seperti orang yang sudah mati dan mau mengucapkan selamat tinggal. Ya! Pasti sinar putih tadi melambangkan itu," bisik Chorong lagi pelan tak terdengar.

"Hei! Park Chorong, kau gila ya? Dari tadi bicara sendiri?" teriak Changsub kepada wanita itu. Changsub terheran-heran melihat Chorong komat-kamit di tempat.

Chorong memasang ekspresi kesal dan siap meledak, "Jangan bicara sembarangan, bodoh," ucapnya sebelum berjalan melewati Changsub yang sudah susah payah berusaha tampil keren hari itu.

"Kau mau kemana? Ayo naik, biar aku antar," panggil Changsub sambil menahan lengan wanita itu. "Sekalian aku ingin bicara di perjalanan."

Chorong mengangkat alis bingung, jelas heran terhadap sikap Changsub yang tidak biasa itu. Seminggu tanpa komunikasi malah membawa pria itu di depan rumahnya hari ini.

Mengapa sekarang? Kemarin-kemarin kemana saja? pikir Chorong yang rupanya mengharapkan kehadiran lelaki itu.

.
.

Changsub menunggu dengan harap-harap cemas, ia sudah siap dengan seribu alasan apabila ajakannya ditolak oleh Chorong.

Tak sabar, Changsub bertanya lagi, "Bagaimana? Kau mau tidak?"

Chorong memberikan anggukan yang membuat Changsub lega seperti habis diangkat bebannya, "Lumayan, punya supir gratis untuk mengirit ongkos," kata Chorong yang langsung melangkah ke dalam mobil dan duduk manis di kursi penumpang.

"Sial, Park Chorong. Aku dianggap supir?" balas Changsub menggerutu di luar, tapi tidak apa-apa juga sih. Masih untung dia bersedia, batinnya.

Mereka berdua melesat pergi dari sana tanpa menyadari bahwa ada seseorang yang mengamati semua kejadian itu dengan tatapan aneh.

.
.

"Apa kabarmu?"

Changsub tahu ia harusnya bisa lebih baik daripada ini ketika pertanyaan bodoh itu keluar dari mulutnya. Seperti tak ada hal lain saja untuk ditanya.

Untuk kedua kalinya pagi itu, alis Chorong terangkat tinggi, "Kau sakit? Atau ada setan yang merasukimu?" tanya Chorong sambil bergidik. Sebab Changsub yang ia kenal tidak pernah seaneh hari ini.

"Aneh sekali tiba-tiba bertanya begitu."

"Ya tinggal dijawab saja 'kan. Aku hanya bertanya kabar. Sudah satu minggu kita tidak saling bicara," balas pria itu tanpa melihat Chorong. Matanya fokus ke arah depan, tampak sangat serius saat itu. Atau tepatnya, berusaha menyembunyikan rasa gugup.

"Aku baik. Kau?" Chorong memutuskan untuk menjawab pertanyaan canggung itu dengan jawaban yang sama canggungnya. Bahkan ia bertanya tentang kabar juga!

"Baik."

Mereka berdua terdiam lama, mobil itu bergerak dengan kecepatan sedang menuju..

"Ah iya. Ini kita mau ke arah mana?"

Chorong dan Changsub saling memandang dengan aneh. Keduanya tertawa terbahak-bahak, seakan tadi itu adalah kejadian terlucu dalam kisah persahabatan mereka.

"HJ Corps ya Pak," jawab Chorong ketika tawanya berhasil ia kendalikan. Ia melirik ke Changsub yang kini sibuk mencari arah di peta setelah menepikan mobil. Chorong berharap bahwa keadaan ini dapat berlangsung selamanya.

Damai, hanya ada mereka berdua. Meskipun ia akui, Changsub itu terlalu bodoh untuk ukuran pria idaman, tapi namanya cinta, Chorong juga tak paham akan jatuh ke siapa.

Telepon genggam Chorong bergetar. Sebuah pesan lagi-lagi masuk ke dalam inbox private message dari sosial medianya.

Park Chorong
Mengapa kau memblokir kontakku?

Pesan singkat itu mampu membuat Chorong menebak siapakah pengirimnya, karena belakangan ini ia tidak pernah memblokir siapapun kecuali orang itu.

"Ya Lee Changsub," panggilnya.

"Hm?"

"Kau kenal orang bernama Jaemin? Ho Jaemin?"

Changsub menoleh sebentar ke arah penumpang mobilnya itu, "Hah? Siapa?"

"Ho Jaemin."

Kerutan di dahi Changsub cukup menunjukkan kalau saat itu ia sedang berpikir keras, "Tidak," jawab pria itu pada akhirnya, "memang dia siapa?"

Chorong mendesah kecewa, bahkan Changsub yang selalu tahu tentang dirinya pun tak memiliki ingatan mengenai orang aneh itu.

"Tidak, tidak apa-apa," balas Chorong tanpa ada niat untuk menjelaskan. Menurutnya, lebih baik kali ini tidak perlu membalas pesan dari orang aneh itu. Tidak penting.

Mobil Changsub berhenti di depan gedung HJ Corps dengan mulusnya. Chorong melepas sabuk pengaman dan turun dari mobil itu. Dari luar ia melambaikan tangan kepada supir yang berbaik hati mengantarkannya hari ini.

"Terima kasih, supirku," ujar Chorong manis sambil tersenyum lembut. Tindakan yang dianggap sangat imut oleh Changsub itu membuat wajahnya yang putih pucat itu tersipu.

"Nanti kau perlu dijemput tidak?"

"Tidak perlu, aku akan pulang sendiri karena belum tahu selesainya jam berapa."

"Baiklah kalau begitu. Aku pergi dulu," pamit Changsub. Ia memutar mobil untuk keluar dari area parkir meninggalkan Chorong yang sudah melangkahkan kaki ke dalam gedung.

Changsub masih sedikit tersipu mengingat tingkah manis yang jarang ia dapatkan dari wanita itu. Bagaimana tidak? Kelakuan bar-bar saja mampu membuatnya cinta setengah mati, apalagi sisi manisnya.

Benar-benar ia memang tidak salah pilih.

Changsub memacu kendaraannya dengan hati yang begitu ringan hingga akhirnya sampai kembali di garasi rumahnya dengan selamat. Hatinya masih berbunga-bunga, meskipun ini bukan pertama kalinya ia mengantarkan Chorong ke suatu tempat, tapi rasanya begitu berbeda hari ini. Padahal tidak ada sesuatu yang spesial.

Changsub merebahkan diri malas di sofa ruang tamu dan bersiap menutup mata untuk kembali tidur. Belum juga sempat melangkah ke alam mimpi, matanya kembali terbuka lebar.

"Astaga, lupa lagi 'kan mau bicara!" ucapnya sambil menepuk jidat. Tapi tak apa, dengan begini ia jadi memiliki alasan untuk menjemput Chorong lagi nanti supaya bisa melanjutkan apa yang tadi terlewat.

T.B.C

-changsub's wifey-

BLOOM [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang