9. Another Man

189 22 8
                                    

Chapter 9: Another Man

Enjoy!

Dia lagi, dia lagi. Ada salah apa 'sih aku, sampai-sampai selalu bertemu dengan dia. Di lift pula!

Batin Chorong berteriak-teriak dengan kesal begitu melihat sosok yang tak asing ikut menaiki lift yang sedang ia gunakan. Beruntung, sosok itu sepertinya belum menyadari bahwa ada Chorong di sana karena kondisi lift yang sangat padat.

Park Chorong dengan panik berusaha untuk menutupi wajahnya. Tas? Terlalu kecil. Oh! Saat melirik tangan, Chorong baru mengingat bahwa ia membawa map berukuran sedang. Diangkatnya map kertas itu dan Chorong menggunakannya untuk menyembunyikan diri dari pria aneh yang ia temui tempo hari.

Padahal, pria itu masuk terakhir dan berdiri di dekat pintu dengan posisi membelakangi dirinya, sedangkan Chorong sedang terhimpit di bagian belakang lift, karenanya tindakan ini sebenarnya sedikit tidak diperlukan.

Tetapi, kejadian waktu itu masih membekas jelas dalam ingatan Chorong dan membuat wajahnya secara otomatis memerah malu. Mau tidak mau, ia harus menyembunyikan diri supaya hidupnya tetap aman. Aku harus segera keluar dari sini, pikirnya gegabah.

Gerakannya yang sedikit heboh itu membuat beberapa orang yang berdiri berhimpit dengan Chorong menengok ke arahnya, memberikan tatapan tajam dan terganggu yang tentu saja tidak disadari olehnya.

Chorong masih tetap menutupi wajahnya bahkan ketika ia mencoba menyelip keluar dari lift di lantai berikutnya. Ia tidak menengok ke kanan dan kiri, dalam pikirannya hanya ada satu hal, yaitu keluar secepatnya dan mengandalkan suara kecilnya untuk mengatakan permisi.

Namun sayang, hal ini malah menjadi bumerang bagi usahanya tadi. Sebab, bukan hanya dia yang bergerak keluar dari tempat itu.

.

"Aduh!" rintihnya kesakitan ketika tak sengaja kepalanya yang sedang ditutup map menabrak sesuatu di depan. "Maafkan saya, saya tidak sengaja," ucapnya cepat tanpa melihat siapa yang ditabrak.

"Makanya, jika sedang berjalan, jangan menutup wajahmu itu dengan map," tegur sosok itu. "Sudah tahu mau turun di lantai berikut, bukannya bersiap dengan benar, malah mendorong-dorong orang lain sampai harus ikut turun denganmu!" ujarnya kemudian dengan nada marah, atau tepatnya dibuat-buat marah.

Chorong baru saja akan meminta maaf lagi sebelum ia akhirnya mengingat dengan baik suara yang baru saja menegurnya itu. Dengan gerakan patah-patah, Chorong memperlihatkan wajahnya, "Kau.." bagaimana bisa dari seluruh lantai, ia turun di lantai yang sama..

Chorong menoleh ke kanan dan kiri, lantai yang ia pijak kini sangatlah sepi. Lorong yang biasanya ramai kini justru tampak lengang dan suasana menjadi semakin canggung karena hanya ada mereka berdua di sana.

"Kau bingung mengapa aku turun di sini?"

Chorong mengangguk tanpa sadar, lalu menggelengkan kepalanya pada detik berikutnya, "Tidak! Siapa yang mau tahu?"

Pria itu terkekeh, wanita di depannya selalu memberikan hiburan tersendiri yang menyenangkan, "Aku tidak bertanya apakah kau mau tahu atau tidak, loh."

Wajah Chorong memerah. Lagi.

"Mengapa sejak aku naik di lift tadi kau bersikap sangat aneh? Mengapa harus menutupi wajah dengan map?"

Pertanyaan itu bagai gelegar petir yang sangat heboh menyambar Chorong. Dia tahu? Astaga.

Chorong hanya dapat berusaha memasang senyum terpaksa yang terlihat berkedut, "Hah siapa? Aku?" tanyanya balik.

"Ya kau, memang siapa lagi? Aku tidak melihat ada orang selain kita berdua di sini."

"Lagipula kau tahu? Aku turun bukannya karena ingin turun. Kau tak sadar sudah mendesak-desak orang lain untuk turun dari sana sampai memaksaku ikut turun?"

"Tidak tahu, ya?" tanyanya dengan nada meledek.

"..." Chorong terdiam sejenak. Rentetan kejadian barusan membuat otaknya membeku. Oh God..

Saking malunya, tanpa membalas ataupun menjawab pertanyaan itu, ia segera mengambil langkah seribu dari sana. Disusul dengan suara tawa pria yang bergema keras mengisi keheningan dibelakangnya.

.

"Bodoh! Bodoh! Park Chorong, kau bodoh sekali," gerutu Chorong sambil memukul kepalanya sendiri. Ia merasa malu sekarang. Dua kali sudah harga dirinya terkoyak dan semuanya karena berpapasan dengan pria sialan itu.

"Tidak lucu 'kan jika aku memutuskan berhenti bekerja hanya karena malas bertemu dengan dia?"

"Ayolah, Park Chorong. Bersikaplah biasa saja."

Chorong membasuh wajahnya dengan air wastafel kasar. Menatap wajah yang kini terpantul di kaca toilet, "Park Chorong, sadarlah."

"Tidak mungkin kau akan bertemu lagi dengan dia, tidak mungkin. Tadi dan waktu itu hanya kebetulan saja, ayo sadarlah." Chorong terus-menerus bermonolog dan memberikan sugesti positif bagi dirinya sendiri, "Kau tidak akan bertemu dengannya lagi."

.
.

Akan tetapi, dunia memang sangat jenaka dan selalu suka bercanda.

Siang yang sama, Chorong harus bertemu lagi dengan pria itu ketika ada rapat besar bulanan perusahaan. Rapat bulanan pertama bagi dirinya sejak bekerja di sana.

Chorong dapat melihat sosoknya berdiri di depan mimbar, bersiap untuk memberikan presentasi di depan. Sebenarnya dia ini siapa?

Chorong mengubur kepala dalam sambil berpikir posisi apa yang dipegang oleh pria di depan sampai semua karyawan di tempat itu bersikap aneh. Semua terlihat rapi dan tertib, sangat berbeda dengan penampilan mereka biasanya ketika ada presentasi divisi.

Detik berikutnya, kenyataan menghantam Chorong begitu keras.

"Selamat pagi, seperti yang anda sekalian sudah ketahui, saya adalah Ho Jaemin. Direktur utama dari HJ Corps," ucapnya tegas. "Pertama-tama, saya ingin mengucapkan selamat datang kepada para karyawan baru di kantor saya."

Ho Jaemin? Nama itu sangat familiar, tapi dimana ya aku pernah mendengarnya?

Chorong menjetikkan jari ditengah ruangan sepi itu, yang berbuah tatapan
mematikan dari orang-orang disekitarnya.

"Jangan berisik, dasar orang baru!" tegur salah satu orang di sana.

"Maaf-maaf," Chorong melipat jari-jari tangannya dan duduk diam lagi di sana. Kepalanya merunduk dalam. Ia ingat. Ho Jaemin? Orang yang mengiriminya pesan tempo hari, yang mengaku sebagai 'teman' lamanya?

"Jadi, dia itu direktur?" cicitnya pelan. Chorong mengangkat pelan kepalanya, melirik ke arah pria yang masih berbicara penuh wibawa di depan dari balik bulu mata lentiknya.

Siapa sangka, tatapannya bersirobok tak sengaja dengan Jaemin. Chorong dapat melihat sinar mata meledek yang diberikan pria itu kepadanya.

Wanita itu terlonjak di tempatnya, mengetahui bahwa hidupnya ke depan tidak akan pernah damai. Pria yang paling ingin dihindarinya adalah direktur perusahaan?

Apakah semua ini bercanda? Lalu, aku harus bagaimana? Haruskah aku berhenti bekerja?

Park Chorong, kau akan mati segera.

Batinnya terus berperang dengan pikiran-pikiran jelek, Chorong dapat membayangkan bagaimana masa depannya di sana. Sungguh, ia merasa sangat sial sekarang.

.

Di tengah kesenangannya menikmati warna kulit wajah Chorong yang berubah dari merah menjadi pucat dan merah lagi, Ho Jaemin diam-diam mengulum senyuman aneh.

permainan akan segera kita mulai, sayang.

T.B.C

Maaf untuk updatenya yang cukup terlambat! Semoga kalian suka chapter ini♡

Sampai jumpa di chapter berikutnya!

-changsub's wifey-

BLOOM [M] ✔Where stories live. Discover now