14. Rumour

160 17 5
                                    

Chapter 14: Rumour

Enjoy!

Ho Jaemin menyetir mobil dengan tempo sepelan mungkin, sambil sesekali memandang ke arah wanita disebelahnya yang sedang berusaha menahan desakan air mata untuk tidak turun lagi dari tempatnya, memperhatikan bagaimana bahu bergetar Chorong berhasil mencubit kecil hatinya. Perih.

Tak tahan lagi dengan semua itu, Jaemin memutuskan untuk menepikan mobil di area parkir suatu toko yang masih tutup. Setelah tiga puluh menit perjalanan mereka, untuk pertama kalinya Chorong menoleh ke arah Jaemin dan tatapan bingunglah yang ia lontarkan kepada pria itu.

"Kenapa kita berhenti di sini? Kantor masih ada di depan sana bukan?"

Jaemin menatap mata Chorong dalam, membuat yang ditatap menjadi salah tingkah.

"Kenapa menatap saya seperti itu?" tanya Chorong sambil memalingkan wajah. Dan Chorong dikejutkan dengan uluran tangan lembut di bahu mungilnya.

"Kau," kata Jaemin lambat-lambat, "tidakkah kau sadar betapa berantakannya penampilanmu saat ini?"

Pertanyaan itu membuat Chorong semakin bingung, seperti lupa akan kesedihannya tadi, "Hm? Berantakan apa?" ujarnya sambil memeriksa pakaian dan penampilannya sendiri. Sudah rapi kok, pikirnya sebelum kembali mengarahkan pandangan ke wajah Jaemin.

Pria itu terkekeh, mengangsurkan cermin kecil yang ternyata disimpannya di samping jok, "Lihat sendiri bagaimana wajahmu."

Chorong mengambil cermin dari tangan Jaemin dan merasa sangat terkejut dengan penampilannya sendiri. Mata yang merah, goresan eyeliner yang sudah sedikit luntur dari tempatnya dan bedak tebal yang memudar, menunjukkan jelas kegagalan usahanya untuk menutupi bekas tangisan tadi malam.

Wajahnya memerah. Oh, betapa Chorong sangat malu karena membiarkan Jaemin melihat keadaannya yang seperti ini.

Park Chorong, kau pasti lupa memakai set make-up yang waterproof!!

"Sudah tahu alasannya? Yakin kau tetap mau berangkat ke kantor seperti ini?" tanya Jaemin, mencoba memberi sedikit kelonggaran pada wanita itu. Tetapi, memang dasar Chorong dan segudang harga dirinya.

"Tidak perlu. Kita lanjutkan saja ke kantor, nanti saya akan rapikan ini selama perjalanan," ucapnya santai, berpura-pura biasa saja. Padahal, di dalam hati, Chorong sudah meledak-ledak marah pada dirinya sendiri.

"Hoo, baiklah kalau begitu," balas Jaemin, pengertian. Ia melanjutkan laju kendaraan tanpa bicara apa-apa lagi.

Apakah pria ini tidak penasaran dengan apa yang terjadi padaku? Kenapa dia tidak bertanya?

Loh, justru bagus jika dia tidak bertanya. Itu kan yang kau harapkan, Park Chorong?

Ya tapi, masa iya dia sama sekali tidak peka dengan diriku yang habis menangis ini? Tidak berniat menghiburku?

Heh, Chorong! Kau ini berharap apa sih?

Sibuk dengan pikirannya sendiri sambil tangannya bergerak terampil membenarkan riasan yang luntur di sepanjang sisa perjalanan, Chorong bahkan tidak tahu bahwa beberapa kali, Jaemin mencuri-curi pandang ke arahnya lagi.

Aku tak akan bertanya, jika itu bisa membuatmu sakit, sayangku. Tetapi, maaf saja, aku tak bisa membiarkan orang yang menyakitimu hidup damai.

Pasti Lee Changsub, kan?

Aku akan pastikan kau dan dia berakhir bahkan sebelum kalian bisa memulai. Kau akan berpaling kepadaku dan melupakan dia.

Jaemin mengeluarkan sekilas senyuman sinisnya yang dalam sekejap pula menghilang. Berubah menjadi wajah tenang bak air tak beriak.

.
.

Chorong dan Jaemin tiba di perusahaan mereka, turun bersama dari mobil dan masuk ke tempat kerja sambil berjalan berdampingan. Keduanya sedang dalam dunia masing-masing, sama sekali buta dengan tatapan penuh tanya yang dilemparkan oleh karyawan lain.

Tiba di lantai kerjanya, Chorong membungkukkan badan sedikit ke arah Jaemin, "Terima kasih sudah mengantarkan saya," ujarnya sopan. Memperlihatkan bagaimana tingkah laku seorang bawahan yang baik.

"Chorong-ssi," panggil Jaemin saat Chorong baru akan berbalik badan untuk masuk ke ruangan kantornya.

"Jangan lupa kau masih berkewajiban untuk menjadi sekretarisku. Masih ada dua hari lagi," ujarnya sambil mengerling nakal.

sial, aku lupa.

Chorong mengangguk kaku, "Ya, saya tidak lupa."

"Bagus jika begitu. Aku akan memanggilmu lagi nanti jika perlu," balas Jaemin. Pria itu lantas melanjutkan langkah dengan bersiul, tampak sangat senang karena berhasil menggoda Chorong sekali lagi.

Setidaknya dengan begini, kau akan lupa dengan pria sialan itu 'kan? Hanya aku yang berhak membuatmu senang, sedih dan kesal, sayang.

.

Benar saja, Chorong mengumpat begitu tiba di meja kerja pribadinya. Hilang sudah rasa sedih yang ia rasakan tadi pagi, rasa itu sudah terlempar jauh ke belakang kepala sejak interaksi terakhirnya dengan Ho Jaemin.

"Kenapa pria gila itu harus ingat? Aku ingin cepat lepas dari makhluk bernama Ho Jaemin," keluhnya sambil memukulkan tangan kesal ke atas meja. Pelan-pelan tentu saja.

Namun di luar dugaan, hari itu mejanya diramaikan oleh rekan kerja yang tiba-tiba saja menjadi tertarik dengan Chorong. Padahal wanita itu masih asik mengumpat dan mengeluh, tapi lalat-lalat ini mengganggu kegiatannya, sangat.

"Ada apa?" tanyanya dengan nada bosan kepada para rekan kerja. Mata yang menatap kepadanya itu menunjukkan emosi yang Chorong sendiri tak mampu untuk mendeskripsikannya.

"Ada hubungan apa kau dengan Pak Jaemin?" tanya salah satu orang disana, Aeri Kim.

"Ya, bagaimana kalian bisa datang bersama ke kantor?" sahut yang lainnya lagi. Mereka semua memenuhi telinga Chorong dengan pertanyaan-pertanyaan penuh rasa ingin tahu. Membuat Chorong merasa mau kabur saja dari sana, muak.

Chorong memutar bola matanya bosan, "Tidak ada apa-apa. Kami hanya berpapasan saja di tempat parkir," dustanya lihai. Ia hanya tak ingin mencari masalah dengan rekan kerja yang mayoritas adalah wanita. Dan Chorong belum cukup bodoh untuk tidak menyadari bahwa wanita-wanita berbisa ini mengidolakan seorang Ho Jaemin.

Jawaban santai itu tidak membuat mereka berhenti. Alih-alih, pertanyaan menjadi semakin memojokkan Chorong.

"Kau pasti berbohong, 'kan? Pak Jaemin tidak pernah naik lift khusus karyawan, apalagi memarkirkan mobil sendiri. Lagipula memangnya aku tak tahu kalau kau ke kantor tanpa membawa kendaraan?" Aeri terus mendesak Chorong untuk 'mengakui' skandalnya dengan si bos.

"Kalian pasti habis bermalam bersama 'kan?" ujarnya penuh fitnah.

Jujur saja, wanita itu hanya iri karena kedekatan Chorong yang notabene anak baru dengan Jaemin.

"Terserah kalau kalian tidak percaya, aku sudah mengatakan yang sebenarnya. Sudah, aku mau kembali bekerja," jawab Chorong halus, percaya diri, sama sekali tidak terdeteksi bahwa ia sedang berbohong.

Melihat wanita-wanita itu tidak juga beranjak dari mejanya, Chorong menekan tombol ekstensi melalui teleponnya, "Pagi, Bu Manager. Para karyawan tidak bekerja dengan baik dan mengganggu saya. Ya, saya sudah mengusir mereka tetapi-"

Semua orang yang mendengar itu segera berlarian kembali ke tempat duduk masing-masing. Takut dipergoki oleh sang manager yang cukup tegas, takut jika mereka diberi cap pemalas.

Kim Aeri berdecih pelan. Matanya menatap Chorong benci.

Dan sejak hari itu, tumbuhlah sebuah rumor yang mengatakan bahwa seorang karyawan baru perempuan telah menjadi simpanan direktur dan dibayar mahal untuk itu.

T.B.C

Jangan lupa tinggalkan komen dan vote💙

-changsub's wifey-

BLOOM [M] ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt