2. Longing

271 33 20
                                    

Chapter 2: Longing

Enjoy!

.

Park Chorong bangun dari mimpi indahnya semalam tadi. Ia memegangi pipi pucatnya yang kini dipercantik dengan semburat merah muda, "Aish, mungkin aku terlalu lama memikirkan si babo itu," pipinya memanas, "Changsub sebagai suami? Boleh juga."

Ada satu sisi di diri Chorong yang menginginkan dirinya untuk kembali tidur. Itu karena baru saja ia akan mengucap janji setia pernikahan dengan Changsub, gambar itu tiba-tiba terasa kabur dan Chorong menemukan dirinya terbangun di tempat tidur.

Ah, andai mimpi itu seindah kenyataan.

Chorong memaksakan diri untuk bangkit dari kasur dan mandi. Buru-buru ia memakai baju rumahan seadanya, dan seulas pemerah ia sematkan di bibir. Setelah memeriksa bahwa penampilannya cukup memadai dan tidak mencurigakan, Chorong keluar rumah dan bergerak ke arah kediaman tetangga sekaligus sahabatnya itu.

Akibat sudah lama berteman dengan Changsub, Chorong sudah diterima di rumah itu seperti putri kandung kediaman Lee. Ia berjalan masuk tanpa repot-repot menekan bel atau mengetuk pintu, "Ibu, aku datang," sapanya kepada wanita paruh baya yang sedang duduk di ruang televisi.

Ibu Changsub menoleh sebentar sebelum kembali mengalihkan tatapan ke siaran telenovela yang sedang ditontonnya, "Masuklah Chorong-ah. Langsung ke atas saja, Changsub masih tidur," ucapnya tanpa menatap Chorong.

Chorong tersenyum lebar, "Baik, aku naik dulu ya, Bu," balasnya. Ia sudah terbiasa berjalan di dalam rumah luas itu dan menjelajahi seluruh isinya dengan bebas, jadi Chorong tahu persis di mana kamar Changsub. Kamar kedua dari tangga.

Chorong mencoba menormalkan detakan jantungnya, tangannya terangkat ke atas untuk mengetuk pintu coklat yang ditempeli stiker "Dilarang Masuk" dan tulisan kecil "kecuali Ibu dan Chorong" yang diberi warna merah kuning mencolok.

Stiker yang cukup aneh memang, tetapi percaya tak percaya, benda itu sudah berada di sana sejak Changsub belum "mengenal" apa itu perempuan, kecuali dua orang yang ia sebut disana.

Dulu Chorong pernah bertanya mengapa Changsub tidak pernah mencabut stiker itu dari pintu kamarnya dan jawaban yang ia dapat hanya kata "malas". Sejak saat itu, Chorong berhenti bertanya.

Bagaimana nanti perasaan pacarnya kalau tahu si Changsub memasang stiker macam ini, pikirnya sebelum lanjut mengetuk pintu dan membukanya pelan.

Changsub memang masihlah Changsub. Lihat saja gaya tidurnya yang berantakan. Posisi kaki di atas, kepala di bawah. Guling yang dipakai sudah jatuh di lantai yang dingin, sedangkan selimut tersampir di kepala.

Chorong berjalan mendekati kasur, "Lee Changsub, bangun!" tegasnya.
Dan ajaib, setiap kali Chorong melakukan trik itu, Changsub pasti langsung membuka mata.

Tak tampak kaget dengan pemandangan di depannya itu, Changsub menggumam, "Oh, Chorong-ah."

1..
2..
3..

"Yaish, Park Chorong! Apa yang kau lakukan di sini?"

Changsub menengok ke kanan dan kiri, seperti sedang memastikan kalau tempat ini adalah ruangan tidurnya, bukannya surga. Karena kalau iya, Changsub pasti sudah meloncat kegirangan disambut bidadari cantik manis seperti Chorong.

Plak.

Chorong memukul kepala Changsub keras, "Sadar, Lee Changsub!"

Oke, tarik kembali ucapan Changsub tentang bidadari cantik manis yang tadi. "Serius, ini masih pagi, Park Chorong. Jangan melakukan kekerasan di pagi buta dong. Nanti bisa kena pasal kekerasan terhadap tetangga!"

"Mana ada yang seperti itu 'sih? Bangun. Kau hutang banyak cerita dan penjelasan kepadaku."

"Ya, ya. Sekarang kau keluar dulu, aku mau mandi. Atau kau mau ikut?"

Satu timpukan menghampiri wajah Changsub. Itu guling yang entah sejak kapan dipungut Chorong dari lantai.

.

Changsub termenung di kamar mandi, tahu bahwa sekarang ini hatinya sudah tak karuan. Untung saja, Chorong tidak sadar kalau ia hanya pura-pura tidur. Hanya bangun dengan satu panggilan pelan? Itu mustahil.

Tadi ia sudah bangun sebenarnya dan berniat turun ke bawah untuk mencuri roti dari dapur kemudian membuat secangkir kopi, tapi langkahnya berhenti di tangga saat suara Chorong menggema di rumah itu.

Ia lari seribu langkah, membuka dan menutup pintu kamar sepelan mungkin  sebelum langsung loncat ke kasur. Perduli amat dengan posisi tidur yang absurd, yang penting selamat dulu.

Loncatan hebohnya ke kasur membuat guling itu jatuh ke lantai, lalu diikuti dengan Changsub yang buru-buru menutup mata.

"Hampir saja tadi itu," ucapnya di bawah kucuran air shower.

Ia belum siap menghadapi Chorong lagi, kepergiannya untuk wajib militer dilakukannya bukan semata-mata memenuhi kewajiban, tetapi untuk menghindar dari tetangga sekaligus sahabatnya itu. Padahal pada akhirnya, Changsub harus setengah mati menahan rindu karena keputusan sepihak yang dibuat.

Tapi, kalau tadi ia berpapasan dengan wanita itu, Changsub tidak akan bisa menghindar dan tidak punya waktu untuk mencari alasan tentang kepergiannya yang tiba-tiba.

Nah sekarang pertanyaannya, ia harus bicara apa?

.
.

Bukannya keluar seperti yang diminta Changsub tadi, Chorong malah duduk bersila dan menunggu pria itu di atas karpet kamar. Tangannya bergerak lincah, mengotak-atik telepon genggam milik Changsub yang ia temukan di atas kasur. Tidak terkunci, seperti dulu.

Ia menggulirkan jari rampingnya di atas benda persegi itu dan melihat beragam pesan yang masuk ke sana, ada dari Eunkwang oppa, Minhyuk oppa, sampai si konyol Sungjae.

Mereka adalah teman-teman sepermainan Changsub di masa kuliah, yang tentu saja Chorong kenali. Tujuh-tujuhnya bisa akrab karena mereka sama-sama terlalu "unik". Dan Chorong bersyukur karena Changsub memiliki circle seperti itu, daripada ia bergaul dengan anak-anak nakal 'kan?

Namun, mata Chorong berhenti di satu pesan yang tidak terbaca di antara puluhan lain yang telah berbalas. Pesan dari dirinya.

Chorong mengabaikan nama yang dibuatkan Changsub untuk kontaknya, karena yang ia tahu Changsub sudah menggunakan itu sejak dulu, supaya tidak dikira jomblo, dalihnya.

Kerinduan Chorong terhadap si bodoh itu langsung padam bagai tersiram air dingin. Chorong tidak paham kapan persisnya, tetapi rasanya pria itu berubah sejak sebelum pergi wajib militer. Yang tentu saja membuat dirinya bingung bukan main. Sekarang bahkan pesan darinya dibiarkan tidak dibaca.

Chorong bangkit dari duduknya, meletakkan telepon itu kembali di atas kasur dalam keadaan tak terkunci dan berteriak, "Sub-ah, aku ada urusan. Aku pulang ya."

Wanita itu pergi tanpa menunggu balasan dari sang empunya kamar. Membawa getir di dadanya.

Padahal aku rindu, tapi sepertinya kau tidak.

.

Changsub dengan cepat memakai handuk ketika mendengar suara pamitan itu. Ia melongok keluar dan menemukan bahwa kamarnya sudah kosong.

Chorong pergi begitu saja? Padahal aku belum sempat melihat baik-baik wajah cantiknya. Aku rindu.

Ia mencoba meraih telepon miliknya dan sudah akan mengirimkan pesan kepada Chorong, berpikir untuk mendatanginya di rumah.

Tapi matanya terhenti oleh layar yang masih menyala itu.

"Astaga.."

Sekarang Changsub tahu dia sudah membuat kesalahan yang sangat fatal. Changsub, you're so dumb.

T.B.C

They're longing for each other, but something seems to be in their way often enough.

-changsub's wifey-

BLOOM [M] ✔Where stories live. Discover now