7. Misconception

184 23 16
                                    

Chapter 7: Misconception

Enjoy!

Lee Changsub kembali segar setelah tidur singkatnya di sofa tadi. Ia melirik jam dinding, matanya melebar. Ternyata yang tadi itu tidak singkat.

Jarum pendek di jam itu kini menunjuk ke angka dua, jelas-jelas menyadarkan Changsub bahwa ia sudah tidur selama empat jam. Hampir separuh dari waktu tidurnya di malam hari.

"Oh 'kan aku mau menjemput Chorong?"

Changsub berujar sambil buru-buru melompat dari sofa itu dan berjalan menuju wastafel kamar mandi. Ia membasuh wajah dan segera mengambil kunci mobil tanpa repot mengganti baju.

Lelaki itu berpikir untuk memberikan kejutan pada Park Chorong yang pasti tak akan menyangka bahwa dirinya akan datang lagi untuk menjemput.

.
.

Chorong tidak tahu bahwa pertemuan hari ini bisa memakan waktu lebih lama dibandingkan ketika ia datang untuk interview, dan ia juga tak tahu kalau sesi tanya jawab masih ada lagi setelah kertas kontrak ditandatangani.

Ini 'sih namanya interview ulang. Lagi pula apa-apaan dia harus bertanya apakah aku sudah punya kekasih atau belum, memangnya ini biro jodoh?

Chorong mencak-mencak sendiri di dalam hati sambil tetap mempertahankan senyum. Menghadapi wanita muda di sebrang mejanya itu dengan ekspresi seramah mungkin. Bahkan sepertinya wanita ini bukan bagian dari HRD.

Fokus Chorong sudah hilang entah kemana ketika akhirnya sesi 'interview' tambahan itu berakhir. Suara pertama yang bisa ia tangkap setelah rentetan pertanyaan tak penting yang ia jawab seadanya hanyalah, "Baik, Chorong-ssi, mulai besok anda sudah bisa mulai bekerja di sini."

Chorong bersorak girang, dalam hati tentu saja. Rasa kesal itu berganti dengan kelegaan, akhirnya ia berhasil mendapat pekerjaan. Dengan begitu, ia akan memiliki pengalihan perhatian. Paling tidak ia tak akan memikirkan Changsub seharian lagi. Terutama ketika mengingat gadis Jang itu.

Ia mencibir tanpa sadar dan membuat wanita pewawancaranya hari ini berjengit, menatap Chorong dengan aneh. "Ada apa Chorong-ssi? Apakah anda tidak menyukai hasil ini?" tanyanya.

Demi kebodohan Changsub, Chorong sangat ingin kabur saat ini juga. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal, memberikan cengiran canggung kepada sang lawan bicara, "Tidak. Saya senang, sangat senang. Maaf jika tadi saya bersikap kurang sopan, jangan pecat saya, Bu," mohonnya cepat-cepat.

Wanita kantoran itu tertawa, "Siapa juga yang mau memecat anda? Bahkan anda belum mulai bekerja hahaha," tawanya terdengar renyah.

"Baiklah sampai jumpa besok kalau begitu," lanjut wanita itu tenang sebelum bangkit berdiri dan meninggalkan Chorong sendiri di sana.

Tak mau berlama-lama, Chorong segera menyusul langkah atasan barunya dan segera turun ke lantai pertama untuk pulang.

Ketika masuk ke dalam lift, Chorong sudah disambut dengan sosok pria yang sudah lebih dulu ada di ruang sempit itu. Berdiri hanya berdua dengan lawan jenis yang asing selalu berhasil membuat Chorong berkeringat dingin. Rasanya canggung sekali.

Tubuh Chorong menegang ketika suara berat menyapa telinga mungil yang kini sudah memerah itu, "Mau ke lantai berapa?"

Ah, karena ia sibuk menenangkan kegugupan, Chorong sampai lupa menekan tombol lantai. Tangannya cepat menggapai tombol lift yang terletak di depan tubuh pria asing itu, dengan terampil menekan angka satu yang tertulis disana.

Pfft.

Suara tawa tertahan keluar dari mulut pria aneh itu. Perempatan imajiner muncul di dahi Chorong, rasa gugupnya tadi jadi menghilang, "Apa ada yang lucu?" ucapnya tegas.

"Kau. Lucu sekali."

Chorong semakin kesal dengan balasan yang blak-blakan tanpa sensor yang dilontarkan kepadanya. Asap sudah mengepul banyak di atas kepala Chorong dan siap meledak di sana.

Tapi, bunyi lift tiba di lantai satu dan pintu yang terbuka didepannya menghentikan niat Chorong untuk memberi pelajaran pada oknum kurang ajar seperti dia.

Chorong berjalan keluar mendahului pria itu sambil mengomel, "apa-apaan dia. Bertemu saja baru satu kali tapi sudah berani menertawaiku, memangnya aku komedian?"

"Dasar tak tahu diri. Tak tahu sopan santun."

Chorong terus bicara sendiri sampai ke parkiran perusahaan. Ia tak sadar bahwa oknum yang dibicarakan sedang mengekori langkahnya dari belakang.

"Sudah puas mengomel?"

Lagi-lagi suara itu. Seperti tidak asing. Chorong memutar kepala ke belakang perlahan-lahan, mati aku. Tetapi betapapun bergejolaknya hati Chorong, wajahnya tetap datar seperti tidak terganggu sama sekali.

"Bukan urusanmu." Chorong melanjutkan langkahnya, mengabaikan siapapun yang berdiri di belakangnya saat ini. Rasanya ia ingin cepat pulang dan mempersiapkan diri untuk bekerja besok, tetapi ketika mengingat kalau mungkin oknum ini akan menjadi rekan sekantornya, Chorong mendadak kehilangan mood.

Dalam pikiran Chorong, apabila ia bersikap tak acuh, pria aneh ini akan diam dan memberikan sikap yang sama. Namun, dugaannya meleset. Pria itu terus saja mengikuti jejak kaki Chorong.

Wanita dua puluh sembilan tahun itu berbalik, "Bisakah kau berhenti mengikutiku?" tanyanya tegas.

Pria itu tertawa, "Nona, sekarang kau mau kemana?"

Chorong mengangkat alisnya sedikit, bingung.

"Pulang 'kan?" tanya pria itu lagi yang disambut dengan keheningan.

Ya, pikir saja sendiri. Bodoh sekali pertanyaannya, batin Chorong yang masih bergeming di tempat.

Pria itu menunjuk jalan di belakang Chorong dengan santai, "Jalan pulang hanya ada satu. Saya juga mau pulang, karenanya saya lewat sini," jelasnya panjang lebar, "jadi nona tolong jangan merasa terlalu percaya diri ya," lanjutnya sambil pergi dari tempat itu.

Wajah Chorong memerah pekat, merasa malu akan tuduhan yang ia sematkan kepada seseorang yang bahkan baru ditemuinya hari ini.

Astaga, malu sekali.

.

Dari kaca mobilnya, Changsub dapat melihat bagaimana interaksi Chorong dan pria asing di depan gedung tadi. Belum lagi saat ia mendapati wajah Chorong yang memerah, seperti sedang merasa malu terhadap sesuatu. Hati Changsub serasa dicubit, ada sedikit rasa ngilu di sana.

Changsub mengingat-ingat perawakan pria itu. Dia tampan, tinggi, pakaiannya rapih sekali, belum lagi tubuhnya yang terlihat atletis. Segera kepalanya melirik ke arah perutnya sendiri, Changsub merasa sangat minder sekarang.

Bagaimana jika Chorong jatuh cinta dengan orang tadi? Chorong jarang memerah jika bertemu dengan pria, mengapa hari ini berbeda? Bagaimana jika mereka berpacaran selama Chorong bekerja di sana?

Pertanyaan-pertanyaan itu melintasi pikiran Changsub yang semakin berkelana jauh. Membuat Changsub berhasil melupakan tujuan utamanya datang ke sana dan berbalik untuk pulang ke rumah.

Chorong sudah melintasi samping mobil Changsub yang melaju dan menaiki taksi untuk pulang. Tanpa menyadari bahwa hampir saja keduanya bertemu dan dapat pulang bersama.

.
.

Seseorang memasang senyum misterius di sana, matanya bergerak mengikuti langkah kaki Chorong yang semakin menjauh dari tempat itu. Matanya penuh dengan tatapan pemujaan yang begitu gelap dan berbahaya.

Sedangkan, Chorong tidak menyadari sama sekali bahwa ada predator yang siap mengincar dirinya yang lengah dan lemah.

"Sebentar lagi, Sayang. Kau akan menjadi milikku."

T.B.C

-changsub's wifey-

BLOOM [M] ✔Where stories live. Discover now