Keduanya diam-diam saling mendoakan. Keduanya diam-diam saling menjaga rasa. Keduanya diam-diam memantaskan diri. Dan, tanpa ada yang di publikasikan keduanya tetap memiliki rasa yang sama. Hanya Allah yang keduanya libatkan dalam hal ini.

Bukankah mulia cinta mereka? Hingga Allah akhirnya mengabulkan keinginan dan doa keduanya. Allah kembali pertemukan lagi mereka dan akan Allah satukan. Semua memang berkat usaha dan doa keduanya.

Seharusnya sedari awal aku mengetahui ini, bahwasanya bukanlah aku perempuan yang menjadi pencarian Nathan. Aku yang baru sebentar bertemu dengannya sudah terlalu tinggi berekspektasi.

Bodohnya aku..., aku ini siapa, hah?! Hanya sebagai pengagum dari perjuangan keduanya yang pantas untuk di acungi jempol.

🌼🌼

Hidup tidak serta merta tentang cinta. Banyak hal lain yang harus dilakukan dan diperjuangkan agar kelak kebaikannya mampu kita rasakan. Memang, hidup ini tak akan pernah lepas dari yang namanya cinta. Permasalahan cinta memang begitu pelik. Namun, ada satu hal yang dengan cinta mampu menghantarkan kita ke surga, yaitu kecintaan terhadap Allah Azza wa Jalla.

Aku memang patah hati. Aku memang kecewa. Aku memang sedih. Aku memang terluka. Aku memang merasa ini tidak adil.

Ya, memang kemarin aku merasakan itu semua. Tapi, untuk hari ini dan kedepannya aku berusaha untuk ikhlas. Perihal ikhlas, memang bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Tetapi, mencoba dan berusaha adalah ikhtiar terbaik yang harus dilakukan. Banyak pelajaran baru yang dapat aku ambil dari setiap kisah-kisah yang aku lalui selama ini. Banyak hal yang harus aku ambil nilai positifnya dan aku jadikan guru terhebat dalam setiap langkah juangku.

Intinya, jangan pernah melabuhkan harap pada siapa pun terkecuali pada Allah. Jangan pernah meminta sesuatu kepada selain-Nya. Jangan pernah memohon sesuatu kepada selain Allah, kelak hal itulah yang akan melukai kita suatu saat nanti. Yang akan menggoreskan luka yang membuat kita sakit sendiri pada akhirnya. Sebenarnya itu bukanlah salah dari takdir, tetapi salahnya kita sendiri yang terlalu banyak berandai-andai.

Dari hal ini aku semakin banyak belajar dalam memaknai hidup. Tidak serta merta hidup ini tentang perasaan kita sendiri. Bukan pula tentang perjuangan kita sendiri. Tetapi juga tentang orang lain dan orang yang ada di sekitar kita. Terkadang memang kita terlalu egois untuk beberapa hal, seperti aku kemarin. Aku kemarin sempat egois dengan perasaanku. Aku menangis, aku protes, dan aku merasa ini tidak adil.

Namun, Allah kembali mengetuk hatiku. Allah kembali membukakan mata dan pikiranku agar aku dapat melihat sesuatu bukan hanya dari sudut pandangku saja. Namun, dari sudut pandang orang lain juga. Setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda. Karena itu pelajaran terbaik untukku agar aku juga melihat sudut pandang orang lain, bukan hanya aku. Penyebab egois itu karena kita hanya melihat dari sudut pandang kita. Apa yang menurut kita salah, itu salah. Yang menurut kita benar, itu adalah benar. Sebenarnya mengartikan benar atau salah tidak seperti itu.

Contohnya; angka 2+2 kita melihat dari sudut pandang kita bahwa hasilnya adalah 4. Coba kita lihat juga dari sudut pandang orang lain, 3+1 bukankah hasilnya juga sama; 4.  Lantas apa yang kita lihat? Kita melihat hanya dari sudut pandang kita yang mengatakan kalau 2+2 itu hasilnya 4. Kita melupakan sesuatu, kalau 3+1 atau 1+3 pun hasilnya juga sama yaitu 4.

Dari hal ini aku belajar lagi, bahwasanya hidup tidak serta merta bisa terlihat hanya dari satu sudut pandang saja. Bahkan aku melupakan profesiku saat ini yang notabene sebagai penulis. Bukankah penulis juga memiliki 3 sudut pandang dalam menuliskan cerita. Jika aku menggunakan sudut pandang kesatu, maka sudut pandang itu yang bermain adalah si tokoh utama; menggunakan kata, aku atau saya yang menggambarkan bahwa si tokoh utama serba tahu. Sedangkan untuk sudut pandang kedua, si penulis menjelaskan semuanya seolah pembaca adalah si tokoh atau pelaku utama dengan menggunakan 'kamu', sedangkan untuk sudut pandang ketiga, yang sering aku pakai juga dalam menulis ceritaku di platform yaitu; menggunakan sudut pandang penulis. Semua tokoh utama menjadi wayang dan penulis adalah dalangnya yang menggerakkan, menggambarkan, dan menterjemahkan semuanya yang setiap tokoh lakukan. Dalam hal ini pun seharusnya aku belajar, bahwasanya hidup bukan hanya soal sudut pandangku sendiri. Tetapi, ada juga sudut pandang orang lain yang berbeda dengan sudut pandangku.

🌼🌼

"Sekali lagi, aku katakan kalau aku benar-benar khilaf melakukan semuanya kemarin. Aku harap, hubungan pertemanan kita tidak akan putus sampai di sini. Aku tahu, aku telah salah, Sa. Tetapi, aku tahu kalau kamu tidak akan meninggalkanku, aku sadar, kalau Nathan memang lelaki yang baik. Kamu berhak untuk mengejar cintamu, aku juga akan mendukungmu jika memang kamu ingin tetap dengan Nathan. Sejauh ini, diam-diam aku mencari tahu tentang Nathan, tidak ada catatan buruk tentangnya yang aku dapati. Aku juga sudah bertanya dengan kedua sahabat dekatnya, aku sudah tahu semua tentangnya. Aku mendukung perasaanmu, Lissa." Ayuna menatapku dengan sorot mata berbinar. Aku tersenyum padanya. Ayuna memang belum tahu apa yang aku rasakan akhir-akhir ini. Banyak pelajaran, dan hikmah dari apa yang aku rasakan kemarin.

"Tidak usah meminta maaf berterusan, Ay. Aku sudah memaafkanmu sejak dulu. Aku juga tidak akan meninggalkanmu ..., bagaimana mungkin aku mampu meninggalkan sahabat yang sudah seperti saudari bagiku. Aku tidak ada harta berharga, Ay. Hanya orang-orang terdekat dan orang yang mencintaiku adalah harta berharga bagiku. Aku hanya punya ayah dan kamu, sebagai bagian harta berharga dalam hidupku. Sudahlah, aku tahu alasanmu melakukan hal kemarin. Jangan pikirkan aku tidak marah padamu, Ayuna. Sama sekali tidak," tegasku. Aku merangkulnya dan tersenyum padanya. Dai kembali tersenyum dan memelukku erat. Kami berpelukan lama sekali, seperti ada rindu yang ingin kami keluarkan.

"Aku beruntung punya sahabat sebaik kamu, Alissa. Aku benar-benar beruntung," lirihnya dengan air mata.

Ku usap air matanya dengan tanganku, aku menatapnya begitu haru. "Tidak, Ay. Bukan hanya kamu yang beruntung, tetapi aku juga. Aku sangat bersyukur bisa memiliki sahabat sebaik kamu. Aku berdoa pada Allah, semoga persahabatan ini tidak hanya ada di dunia, tetapi hingga ke surga Allah. Kembali berkumpul di surga Allah. Itu yang aku inginkan, Ay," ucapku.

Ayuna semakin terisak, "Sekarang aku mendukungmu, Lissa. Aku mendukung langkahmu untuk mencintai Nathan. Kamu harus ungkapkan segera perasaanmu padanya, aku tahu Nathan orang baik dan Nathan cocok denganmu. Kamu hanya perlu--"

"Sudahlah, Ay. Jangan pikirkan hal itu. Mulai sekarang aku akan melupakan Nathan. Kamu jangan khawatir, Ay," potongku agar Ayuna tidak meneruskan ucapannya yang masih memberi rasa sakit saat mendengarnya.

Kedua bola mata Ayuna seakan ingin jatuh saat merespons ucapanku. Sementara aku menatapnya dengan tersenyum. "Karena aku?" tanyanya.

Aku menggeleng, "No! Kamu tidak salah sama sekali, Ay. Bukan karenamu," pungkasku. "karena takdir Allah."

Benar saja. Respons Ayuna semakin terkejut, "Maksudmu, Lissa?"

Baiklah. Saatnya aku menjelaskan semua yang aku rasakan beberapa hari ini pada Ayuna. Aku juga tidak tahu harus mencoba bercerita dengan siapa. Jika kemarin aku bisa bercerita dengan kak Acha, maka hari ini aku tidak akan menceritakan semuanya pada kak Acha. Konyol sekali jika aku melakukan itu. Yang aku tahu kak Acha perempuan yang sangat baik. Dia memiliki sifat pengalah dan sabar. Aku tidak ingin menyakiti hatinya karena keegoisanku. Aku sadar, ini adalah hasil dari perjuangan dan doa-doa kak Acha selama ini. Semua berkat sabarnya kak Acha.

"Nathan akan menikah dalam waktu dekat ini, Ay. Bukan dengan aku, tetapi dengan perempuan masa lalunya."

🌼🌼

-Utamakan Salat dan Membaca Al-Qur'an dalam Segala Hal-

🌼🌼

Assalamualaikum warahmatullahi Wabarokatuh. Alhamdulillah akhirnya Nday bisa kembali update cerita Madani. Barakallah. Semoga setiap babnya bisa diambil hikmah, manfaat, dan nasihatnya.

Ayo, kalian sudah baca tulisan Nday apa aja?😍 Semoga bisa baca semuanya ya. Nday udah menulis 8 naskah yang selesai, Alhamdulillah. Untuk yang on going pun ga kalah banyaknya juga🤣 tapi gapapa, yang on going akan tetap di proses sampai selesai kok, so, masukin aja semuanya ke library, oke.

Sudah follow IG: Indahnsf_ dan Cahaya_publisher belum nih? Wajib banget follow biar ga ketinggalan informasi.

Jika nanti Madani terbit siapa yang siap peluk?😄

Sampaikan kritik dan saran yang membangun dengan beradab ya.

Salam sayang,
Indahnursf 🌼

Madani (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora