Keputusan~

8K 767 53
                                    

-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-

🌼🌼

"Keputusan bukanlah hal yang mudah untuk di ambil. Jika kita salah mengambil keputusan maka kita juga akan salah melangkah."
Indahnursf~

🌼🌼

"Kamu kenapa, Sa?" tanya Ayuna saat kami sudah berada di sebuah taman. Ayuna yang mengajakku untuk membuat tugas hari ini di taman yang tidak terlalu jauh dari rumah Ayuna. Aku ke sini seperti biasa, naik ojek online dan Ayuna yang menanggung ongkosnya. Sebenarnya aku menolak, tetapi Ayuna dengan kukuh selalu memintaku untuk menurutinya kalau masalah uang, dan akhirnya aku menurut dan setidaknya aku juga tetap bisa berhemat, kan?

"Hei, anak gadis itu enggak boleh melamun," tegurnya. Aku tersenyum saat menyadari aku sedari tadi melamun dan tidak fokus. Sebenarnya bukan sejak tadi, tetapi sejak semalam aku memang sudah tidak fokus dan susah tidur dan itu semua di sebabkan oleh email itu.

Aku harus menceritakan tentang email ini pada Ayuna. "Ay, aku mau minta pendapat kamu," ucapku memberi jeda. Ayuna menatapku serius menunggu aku melanjutkan kalimatku, "Aku semalam mendapat email misterius dan itu yang membuatku bingung. Kamu lihat deh," aku memberikan ponselku dengan email yang semalam sudah ku buka lalu ku tunjukkan pada Ayuna.

Beberapa menit Ayuna membaca sekaligus memikirkan makna dari pesan yang aku dapat di email tersebut. Aku menunggu respons Ayuna.

"Tunggu, ini email kamu yang privasi kan?" tanyanya. Aku mengangguk membenarkan ucapannya. "Itu email pribadi aku, menurut kamu gimana?" tanya balikku.

Alis Ayuna bertaut, dia memikirkan sesuatu yang tak dapat aku tebak, "Tunggu,..." Ayuna menjeda ucapannya sebentar, "Kemarin saat launching aku memang lihat ada yang aneh deh," lanjutnya.

Kini giliran aku yang bingung dan menunggu Ayuna menjelaskan sesuatu. Perasaan selama launching kemarin tidak ada yang aneh, bahkan aku pun merasa semua baik-baik saja. Atau hanya aku yang merasa seperti itu sebab aku tidak fokus sama satu persatu orang yang hadir di sana.

"Ada seorang cowok berbadan tinggi dengan postur tubuh kek Khritik Khrosan di film India. Matanya tajam dan hidungnya mancung, dia natap kamu lama banget gitu, tapi dia cuma ada di sana sekitar lima jam setelah itu dia masuk ke kotak lift," jelas Ayuna.

Aku tertawa terbahak-bahak mendengar ucapannya. Ada-ada saja Ayuna ini. Pasti ini efek dari rasa lelahnya mengerjakan makalah dan powerpoint. Perut laparku tidak terasa saat tertawa seperti ini.

"Astagfirullah, Lisa.... Aku serius," gumamnya dengan tatapan serius. Baiklah, aku mengakhiri kegiatan tertawaku namun aku masih nyengir-nyengir melihatnya.

"Dasar ya kamu ini. Orang bicara serius," protesnya.

"Iya-iya, maaf. Aku geli aja denger kamu bilangnya mirip Khritik Khrosan, mana ada di Palembang ini yang seganteng dia atuh, Ay. Kamu mah ngaco."

"Aku seriusssss," ucap Ayuna cepat dengan nada semakin serius. Kini aku pun ikut serius karena melihat wajahnya sangat serius.

"Lisa, saat acara mulai dan saat kamu menceritakan kilas balik tentangmu di ujung sana dekat pintu masuk ada seorang cowok berdiri di sana, dia menggunakan jas warna hitam. Wajahnya tampan badannya bagus, dia natapin kamu serius banget, kek pangeran lagi liatin tuan putrinya. Eh, saat aku fokus menatap gerak-geriknya dia malah pergi. Tapi, aku memang merasa ada yang aneh dari orang itu," jelasnya.

"Apa ada kaitannya dengan email ini?" tanyaku meminta pendapatnya lagi. Kali ini aku juga serius karena aku memikirkan sesuatu saat Ayuna mengatakan demikian.

Madani (END)Where stories live. Discover now