Hari Kedua~

6.3K 727 80
                                    

-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-

🌼🌼

"Kita boleh bermimpi setinggi mungkin, tetapi harus ingat, jangan pernah menyerah untuk mewujudkannya." *
Indahnursf~

🌼🌼

Langkah kakiku sudah sampai di ambang pintu ruangan rumah sakit yang seperti biasa selalu aku kunjungi. Setelah selesai salat Magrib di masjid yang terletak dekat dengan rumah Nathan, aku langsung saja melaju ke rumah sakit untuk melihat keadaan ayah.

Sebenarnya aku sudah selesai bekerja sejak pukul lima sore tadi, tetapi karena ini hari pertamaku aku harus mengetahui tugasku dengan benar agar aku melakukannya dengan baik, tidak asal menerima gaji saja. Saat Nathan sudah menjelaskan pekerjaanku, dia langsung meninggalkanku, katanya besok aku harus sudah bisa menulis awal perjalanannya. Sebenarnya aku bingung dengan sikap lelaki itu, dia terlalu dingin dan cuek begitu apa sih yang membuatnya demikian. Oh iya, tugasku disuruh menjadi detektif di hidupnya. Ralat, maksudku aku harus mencatat kisah hidupnya setiap hari dan setiap harinya dia akan menceritakan hidupnya hanya selama sepuluh menit, sisanya aku harus mencari tahu sendiri. Lucu, kan?!

Andai saja dia tidak menawarkanku dengan imbalan yang besar, aku pasti menolak pekerjaan aneh ini. Tetapi, lagi-lagi alasanku sama, karena untuk pengobatan ayah. Dia juga tidak akan bisa mencabut kerja sama ini atau berbuat curang, toh tadi ada pengacara selaku pihak ketiga yang tidak akan membela kanan dan kiri melainkan dia di tengah-tengah.

"Apa ada perkembangan ayah saya?" tanyaku pada suster yang baru keluar dari ruangan ayah.

Suster cantik itu tersenyum ke arahku. Aku pun balas tersenyum padanya, dia sudah mengenalku bahkan mungkin dia juga sudah bosan melihat wajahku di rumah sakit ini yang setiap hari hadir selama setahun lebih.

"Keadaan pasien masih sama, sebenarnya kita tidak bisa memastikan sampai kapan seperti ini, tetap bersabar dan berdoa ya, Sa. Oh iya, administrasi jangan lupa di urus." Suster itu kemudian pergi.

Oh iya, aku biasa di sapa Lisa. Madani itu nama belakangku, nama Madani aku pakai untuk nama pena dan identitas sosial mediaku, sedangkan nama Lisa aku pakai untuk identitas pribadiku, seperti ini, semua orang rumah sakit tahunya Lisa yang menanggung jawab semua biaya pengobatan bapak Ridwan. Aku tidak keberatan bisa menjadi dua pribadi. Maksudku, dua nama yang memiliki kepribadian berbeda. Jika dengan nama Lisa aku di kenal ramah, baik, ceria, dan selalu tersenyum, maka saat orang mengenalku sebagai Madani aku bersikap tegas, cuek, tetapi tetap baik dan tersenyum walau tidak seramah saat aku dikenal sebagai Lisa. Eh, jangan pikir aku punya kepribadian ganda ya, tidak sama sekali. Hanya kedua nama ini saja tempatnya berbeda.

Akhirnya aku memutar langkahku, tidak jadi masuk ke ruangan ayah karena harus mengurus administrasi ayah untuk bulan ini. Ya, administrasi ayah setiap bulan aku membayarnya. Aku yang memintanya agar ada kelonggaran waktu untukku dan pihak rumah sakit menerimanya. Aku bersyukur pihak rumah sakit mengerti keadaanku ini.

"Atas nama Bapak Ahmad Ridwan," ucapku pada pihak administrasi setelah mengantre selama lima menit.

"Atas nama ini kan sudah di bayar administrasinya tadi bahkan pihak rumah sakit sudah ada jaminan juga untuk pengobatan bapak Ahmad Ridwan hingga sembuh," jelas pihak administrasi.

"Maaf, atas nama siapa yang membayarnya?" tanyaku penasaran.

"Atas nama Jonathan Artha Oktavianus. Owner dari Cahaya Oktavianus."

Akhirnya aku mengucapkan terima kasih kepada pihak administrasi dan berjalan kembali untuk ke ruangan ayah. Aku berpikir berulang kali, kenapa bisa lelaki itu sudah membayar biaya ayahku sedangkan aku baru bekerja hari ini. Serius, aku benar-benar bingung. Apa dia memang sebaik itu?

Madani (END)Where stories live. Discover now