Hari Kelima~

5.3K 595 37
                                    

-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-

🌼🌼

"Jangan pernah berpikir bahwa Allah tidak tahu apa yang kamu kerjakan. Ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Melihat bahkan kamu berada di tempat tertinggi sekali pun."
Indahnursf~

🌼🌼

Allah Subhahu wa Ta'ala berfirman:

"Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Bagimu tidak ada seorang pun penolong maupun pemberi syafaat selain Dia. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?"
(QS. As-Sajdah 32: Ayat 4)

"Yang demikian itu, ialah Tuhan yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, Yang Maha Perkasa, Maha Penyayang,"
(QS. As-Sajdah 32: Ayat 6)

Aku mencatat ayat yang baru saja di sebutkan oleh seorang ustazah saat aku sedang menghadiri kajian kemuslimahan hari ini di Masjid yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah sakit Islam tempat ayah di rawat.

Subuh tadi, aku mendapat pesan dari Ayuna kalau dia tidak bisa datang di kajian yang sebelumnya sudah kita janjikan. Kata Ayuna, dosennya tiba-tiba memajukan jam kuliah untuk kuis, hal itulah membuat Ayuna tidak bisa menemaniku untuk datang ke kajian Dhuha hari ini. Padahal materinya sangat menggiurkan. Aku memang bukan orang yang aktif ikut kajian sana-sini, aku tahu diriku ini belum masuk ke kategori istiqomah, tetapi aku selalu berusaha untuk memperdalam pengetahuanku tentang Islam. Mendapat pamflet tentang kajian hari ini, membuatku tertarik untuk hadir dan mengajak Ayuna. Namun, takdir Allah berkata lain, Ayuna tidak bisa menemaniku hadir. Aku sedih, sebab aku sudah registrasi online bersama Ayuna dua hari lalu. Sayang sekali kan jika aku harus membatalkan jadwalku hari ini. Ini sangat bermanfaat, lho. Untuk akhirat. Aku berpikir keras harus bagaimana, namun, ingatanku tiba-tiba memikirkan kak Acha. Ya, aku mencoba mengajak kak Acha, barangkali dia mau.

"Maaf, Kak, Lisa menghubungi Kakak sepagi ini," ucapku dari telepon setelah mengucap salam. Semenjak kenal kak Acha, aku tidak lagi menyebut diriku dengan kata 'aku' di hadapannya. Kak Acha mengajariku untuk bersikap lemah lembut, karena itu aku tertular gayanya berbicara. Sebenarnya dalam waktu sesingkat ini pasti sulit di percaya aku bisa mendapatkan banyak ilmu baru dari kak Acha. Namun, itulah faktanya. Aku bersyukur kak Acha mau mengajari apa yang aku belum tahu dan apa yang harus di ubah dari diriku ini. Begitu pun dengan kak Acha, aku juga mengajarinya beberapa hal yang memang dia tidak tahu. Aku bersyukur akan hal itu.

"Iya tidak apa-apa, Lisa. Kamu baik-baik saja?" ucapnya dari seberang sana.

Sebenarnya semalam kak Acha bilang aku tidur di rumah sakit saja. Dia ingin mendengar ceritaku lagi. Ya, selain kak Acha yang bercerita tentang hidupnya, aku juga berbagi kisah hidupku dengannya. Mulai dari perjalanan hidupku yang awalnya serba ada, hingga akhirnya satu persatu harta yang aku punya harus terjual demi pengobatan ayah yang koma di rumah sakit sejak lebih dari satu tahun lalu. Bahkan, kak Acha ikut menangis mendengar ceritaku ini. Ah, kita memang cengeng. Aku jadi sering menangis jika bersama kak Acha. Aku menolak tidur di rumah sakit, karena aku harus melanjutkan tugasku memahami kisah hidup Nathan untuk aku buat jadi buku. Itulah tugasku yang Nathan perintahkan.

"Iya, Kak. Lisa baik-baik aja. Kakak di rumah sakit? Pagi ini mau pulang atau tetap di rumah sakit?"

"Rencananya mau pulang, sore nanti baru ke rumah sakit lagi, Sa. Kenapa, ya?"

Aku tersenyum. Semoga kak Acha mau ikut kajian pagi ini. "Lisa mau pergi ke kajian Dhuha, Kak. Teman Lisa berhalangan hadir karena harus kuliah, apakah Kak Lisa mau menemani Lisa datang kajian? Temanya bagus, Kak. Lisa juga sudah registrasi untuk dua orang, sayang kalau tiket registrasinya hangus sia-sia," ucapku.

Madani (END)Where stories live. Discover now