Dua Kalimat Syahadat~

3.9K 499 53
                                    

-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-

🌼🌼

Dari 'Ubadah bin al Shamit Radhiyallahu 'Anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Siapa yang bersaksi bahwa tiada tuhan (yang berhak diibadahi) selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, maka Allah mengharamkan neraka atasnya." (H.R. Muslim)

🌼🌼

Bulir air mataku jatuh begitu saja saat aku mendengar kabar yang begitu menggetarkan hatiku. Ya, bahkan aku sendiri tidak bisa menjelaskan semuanya dengan kata-kata. Aku sangat bahagia mendapat kabar ini langsung dari orangnya.

Pagi tadi, selepas salat Subuh, aku merebahkan diriku di tempat tidur seraya membaca buku kumpulan biografi perempuan penghuni surga. Tiba-tiba saja ponselku yang semula aku letakkan di atas nakas berdering menandakan ada panggilan masuk dari WhatsApp. Aku meraihnya dan melihat nama yang tertera adalah nama Nathan. Aku sempat bingung, tidak pernah dia menghubungiku sepagi ini.

Belum sempat aku menjawab sapaannya dia sudah mengatakan tujuannya menghubungiku. Aku sempat tidak percaya. Sama sekali tidak percaya, bukan tidak percaya dengan ucapannya, melainkan tidak percaya dengan keputusan yang dia ambil secepat ini.

Aku seperti orang ambigu yang harus berpikir keras untuk bisa menterjemahkan maksud dari ucapannya barusan.

"Jadi, kamu beneran mau jadi mualaf, Nath?" tanyaku dengan suara gemetar. Serius, aku benar-benar gemetar. Gemetarku bercampur dengan rasa haru dan bahagia. Ada rasa bahagia dan bangga tersendiri pada diriku. Nathan yang sering aku doakan semoga dia suatu hari menjadi saudara seiman, kini benar terjadi dan Allah kabulkan.

Maha Suci Allah pemilik seluruh hati hamba-Nya.

"Demi Allah, aku serius. Atas izin Allah aku akan menjadi seorang hamba Allah hari ini," ucapnya dengan begitu bahagia. Aku dapat merasakan kebahagiaan yang tergambar dari suaranya.

Setelah dia mengajakku untuk menjadi salah satu saksi dia mengucapkan dua kalimat syahadat siang ini, Nathan menutup panggilan telepon. Sementara aku? Aku menangis masih tidak bisa membayangkan apa yang baru saja aku dengar. Aku sangat bahagia. Kali pertama juga bagiku menjadi salah satu saksi dari ikrar seseorang untuk menjadi mualaf.

Allah. Hidayah memang urusan Allah. Tugas kita hanya menyampaikan kebenaran dan mengajak orang lain pada jalan yang lurus, selebihnya Allah yang mengatur. Maha Suci Allah, salah satu harapanku yaitu melihat Nathan menjadi seorang muslim sejati.

🌼🌼

Dari kejauhan, aku menatap seseorang yang sudah tidak asing lagi bagiku, dia adalah Jonathan Artha Oktavianus. Seorang lelaki yang awal kenal dengannya yang aku ketahui dia sosok yang dingin, tegas, pedas, dan menakutkan. Namun, seiring berjalannya waktu aku semakin mengenal sosok Jonathan. Pertemuanku dengannya juga bukanlah suatu kebetulan melainkan takdir Allah yang mungkin aku tidak tahu akan menjadi apa akhirnya nanti.

Dengan di pandu oleh seorang ustad yang juga tidak asing lagi bagiku, aku menatap Jonathan dari balik pembatas antara laki-laki dan perempuan. Jonathan akan mengucapkan dua kalimat syahadat di dalam sebuah Masjid besar di Palembang.

Kenapa aku yang tegang, ya? Ini seperti momen seseorang yang sedang  ingin melangsungkan ijab qabul. Sama-sama menegangkan.

Tidak banyak orang yang hadir di sini, yang aku kenali adalah Yusuf, Adam, dan bi Iyem. Kedua sahabat karib Nathan dan ART Nathan yang memang kuakui kedekatannya dengan Nathan seperti ibu dan anak. Ada juga seorang lelaki asing yang menurutku mirip sekali dengan Nathan, dia duduk tidak jauh dari Nathan. Ada dua orang lelaki juga yang tidak aku kenali dan sepertinya bukan keluarga Nathan, menurutku sih, sebab sama sekali tidak mirip dengan Nathan.

Madani (END)Where stories live. Discover now