Al-Qur'an Untuk Nathan~

3.6K 503 174
                                    

-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-

🌼🌼

"Tidak harus diberikan sesuatu yang mahal untuk membuat seseorang merasa spesial. Cukup kamu berikan sesuatu yang sangat penting dan berharga untuknya. Itu sudah membuatnya merasa spesial."
Indahnursf~

🌼🌼

Aku keluar dari rumah sakit setelah selesai salat Zuhur di masjid rumah sakit. Aku seharian tadi sudah menghabiskan waktu bersama kak Acha di rumah sakit. Kebetulan ayah kak Acha sedang check up. Banyak hal yang kami ceritakan, sampai aku juga menceritakan kalau aku beberapa hari ini merasa bahagia sebab orang yang aku anggap spesial kini telah beragama Islam.

Kak Acha seperti biasa, setiap aku bercerita dia akan selalu merespons ceritaku dengan hangat. Sifat rendah hatinya selaras dengan wajahnya yang begitu meneduhkan.

Oh iya, selepas makan siang dan salat bersama, kini kami sudah terpisah. Kak Acha akan pulang bersama ayahnya dan aku akan mampir ke Gramedia Atmo untuk membeli sesuatu.

Sejak kemarin sebenarnya aku bingung ingin memberikan apa untuk Nathan sebagai hadiah karena dia kini telah menjadi seorang mualaf. Akhirnya setelah aku mendapat saran dari kak Acha, aku memutuskan untuk membeli sebuah Al-Qur'an. Menurutku hal ini juga akan lebih bermanfaat untuknya.

"Madani, ya?" tanya seorang ojek online yang sudah datang sesuai orderanku.

Aku tersenyum kemudian mengangguk. Aku berdoa dan memakai helm sebelum akhirnya naik ke jok motor. Perasaanku bahagia sekali sebab aku akan memberikan hadiah pertamaku untuk seorang lelaki. Ya, ini kali pertama bagiku.

Aku tidak tahu kenapa semakin hari perasaanku semakin menjadi pada Nathan. Apa penyebabnya pun aku sulit untuk menjawab. Ditambah lagi dia kini telah menjadi seorang mualaf. Entah kenapa perasaanku semakin bertambah pula. Aku bingung apakah aku bisa menahan cinta ini. Tetapi, seperti kisah-kisah di dalam novel bahwa mencintai dalam diam itu akan sakit. Karena jawaban dari cinta dalam diam itu ada dua; pertama kau akan bahagia saat dia adalah takdirku. Dan yang kedua, kau harus siap terluka dengan keadaan semesta yang tidak menakdirkan kalian bersama.

Sesimpel itu hasil akhirnya. Namun, membayangkan hal itu membuatku semakin bingung. Apa harus aku menjadikan perasaan ini sebagai cinta dalam diam?

Mungkin sebagian orang tidak akan percaya jika aku bisa mencintai Nathan yang sejak awal aku membenci pertemuanku dengannya. Bahkan dulu, saat awal sekali bertemu dengannya aku benar-benar kesal dengan sikap cuek dan menurutku dia sangat angkuh. Ya, namanya juga manusia, kan? Hanya bisa menilai sesuatu itu dari luarnya saja. Padahal aku baru mengenalnya waktu itu, dan aku bisa mengklaimnya begitu. Iya, itu semua salahku. Kini aku seperti buah simalakama yang maju kena mundur pun juga kena.

Ah! Apa-apaan sih aku ini. Makin hari makin kacau dan tidak karuan. Aku membenarkan seperti perkataan banyak orang. Jika jatuh cinta kita akan di hadapkan dengan fase di mana sering memikirkan orang tersebut. Tetapi, aku tetap tahu batasanku sebagai seorang perempuan yang belum halal untuknya. Aku berusaha semaksimal mungkin untuk mengontrol hatiku agar tidak semakin menjadi. Aku punya dua jawaban untuk akhir nanti. Pertama; aku berhasil mengontrol hatiku dan melupakannya. Kedua; aku semakin mencintainya dan akhirnya aku terluka.

Serius.... Aku tidak sedang drama. Aku sangat takut untuk jatuh cinta pada lawan jenis. Bukan karena aku tidak normal, tetapi karena aku selalu berusaha menjaga kodratku sebagai seorang perempuan yang terlindungi dan aku mengingat pesan ayahku bahwa dalam agama Islam itu tidak ada istilahnya pacaran sebelum halal. Karena itu aku selalu mengingatnya bahkan menjadi prinsip hidupku.

Madani (END)Where stories live. Discover now