Hari Kesebelas~

4.4K 521 42
                                    

-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-

🌼🌼

"Sebaik-baiknya tempat berlindung adalah kepada Allah Azza Wa Jalla."
Indahnursf~

🌼🌼

Pertanyaan Nathan kemarin menjadi PR untukku, aku harus bisa mencari jawaban yang tepat agar apa yang aku sampaikan bisa menghapus semua rasa ragu Nathan. Aku harus menjelaskan padanya bahwasanya Islam agama terbaik. Islam adalah agama yang selalu di ridhoi Allah dan agama yang satu di sisi Allah.

Catatan kecil yang selalu kubawa ke mana pun aku pergi, kini ku ketuk-ketuk dengan polpoin, aku berpikir keras untuk bisa membayangkan semua yang Nathan rasakan. Oh, iya, kisah hidup Nathan sudah aku tulis dan sudah mendapat beberapa bab. Aku menulis sesuai dengan apa yang dia ceritakan dari awal yang dia ceritakan padaku hingga saat ini--kebingunggannya terhadap Islam.

Kak Acha: Assalaamualaikum. Lisa di mana? Ayah kakak sudah sadar. Alhamdulillah.

Air mataku jatuh sendiri saat membaca pesan singkat yang di kirimkan oleh kak Acha. Alhamdulillah, perjuangannya berujung pada kebahagiaan. Ayahnya sudah sadarkan diri. Aku ikut bahagia mendapatkan kabar ini darinya.

Wa'alaikumussalaam. Masyaa Allah, Tabarakallah. Lisa ikut bahagia. Nanti Lisa ke rumah sakit ya, kak. Salam untuk ayahnya.

Aku ingat ayah, kenapa ayah lama sekali tidurnya. Aku sudah benar-benar rindu pada ayah. Rindu dekapan hangatnya, rindu semua kasih sayang dan perhatiannya padaku. Allah,... Ayah kapan sembuh? Kapan ayah bisa kembali melihat dunia ini. Sampai kapan ayah terus terbaring dengan alat-alat medis Ya Rabb.

Aku rindu senyum manis ayah.

🌼🌼

"Are you okay?"

Aku tersenyum, kemudian mengangguk menjawab ucapan Nathan. Sepertinya kentara sekali kalau aku sedang bersedih dan tidak baik-baik saja. Sebenarnya aku tidak akan pernah mau menunjukkan kesedihanku pada orang lain, sebab aku tidak mau terlihat lemah.

"Maaf, saya tidak bermaksud ikut campur," ucap Nathan saat melihat wajahku semakin sedih.

"Aku rindu ayah," ucapku lirih. Aku benar-benar rindu ayah saat ini, sejak pagi tadi aku kepikiran ayah dan menangis karena benar-benar rindu ayah. Aku pikir hari ini aku bisa bekerja dengan normal seperti biasanya, tapi ternyata tidak. Aku masih kepikiran ayah hingga detik ini.

Sebenarnya aku tidak ada maksud untuk mengatakan ini pada Nathan, cuma saat ini aku memang sedang butuh seseorang yang mau mendengar sesaknya dadaku menahan rindu ini. Aku sudah tidak tahan lagi, air mataku jatuh dengan sendirinya.

"Ayo ke rumah sakit, saya temani."

Ucapan Nathan mengagetkanku. Benarkah dia berkata demikian? "Ini jam kerjaku, Nath. Aku tidak mau," tolakku. Aku tahu ini jam kerjaku, aku juga nanti akan ke rumah sakit saat pekerjaanku telah selesai seperti biasanya.

"Dalam keadaan seperti ini juga kamu tidak bisa fokus bekerja, kan? Sudah, untuk hari ini saya beri kamu waktu libur, kita ke rumah sakit sekarang!" titahnya.

Derrtttttt

"Kita ke rumah sakit, oke. Saya angkat telepon sebentar," instruksinya. Aku menghapus air mataku. Ah, aku lemah sekali.... Kenapa aku bisa menangis di depannya? Aku tidak mau di anggap cengeng oleh siapa pun. Aku kuat, ya, aku pasti kuat. Aku punya Allah.

Madani (END)Where stories live. Discover now