Berawal Dari Email~

9.3K 893 84
                                    

-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-

🌼🌼

"Cinta pertama seorang perempuan itu adalah ayahnya. Sebab, laki-laki yang selalu menjaga hati dan fisiknya adalah ayah."
Indahnursf~

🌼🌼

Dengan langkah cepat aku setengah berlari agar bisa segera sampai ke ruangan ayah. Aku rindu ayah. Kemarin aku tidak sempat bertemu ayah sebab aku harus menyiapkan launching bukuku dengan meeting yang di adakan bersama penerbit yang langsung datang ke kotaku. Sebenarnya semalam aku ingin mampir ke rumah sakit, cuma aku tidak berani saat jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Aku ingat pesan ayahku kalau sudah habis Isya jangan keluar rumah lagi, apalagi perempuan, bahaya. Mana aku pergi sendirian, kan. Sebenarnya aku ingin menginap saja di rumah sakit, tetapi aku harus istirahat dan paginya harus langsung ke lokasi launching bukuku.

Oh iya, aku belum sempat membuka amplop yang di berikan oleh penerbit sebagai honorku. Aku tidak ada pikiran sih sebelumnya bisa mendapatkan honor. Pikirku saat launching tidak dapat apa-apa, tetapi ternyata aku mendapat honor. Alhamdulillah, hitung-hitung rezeki anak soleha, kan?

"Assalaamualaikum, ayah." Sapaku saat memasuki ruangan dingin dengan keheningan seperti biasanya. Aku tersenyum lirih melihat ayah masih tetap sama seperti sebelum-sebelumnya.

Sedih sekali rasanya melihat ayah hidup tetapi tidur lama. Sudah setahun lebih ayah di rawat di rumah sakit dan koma. Yang semula harta ayah banyak harus di korbankan untuk kesembuhan ayah. Sebenarnya ayah pernah berkata denganku bahwa kebun dan rumah yang kami miliki kelak semuanya akan di wasiatkan untukku saat ayah meninggal. Namun itu sudah tak berarti lagi. Ya, semuanya sudah terjual untuk pengobatan ayah. Aku tidak memikirkan warisan, terpenting ayah sembuh dan ayah bisa hidup bersamaku lagi.

Aku rindu ayah.

Aku butuh belaian mesra ayah seraya berkata padaku, "Kamu putri ayah yang paling cantik. Suatu hari nanti akan ada pangeran yang akan menikahimu dan melamarmu langsung ke ayah."

Ah jika ingat semua itu aku kembali menangis. Aku memang cengeng dalam semua urusan. Bahagia aku menangis, sedih pun aku menangis. Aku memang aneh sih, sedikit.

"Yah, tadi Lisa habis launching karya pertama Lisa. Ayah tahu,... Lisa banyak sekali mendapatkan pelajaran baru tentang hidup ini. Ayah cepet bangun, ya, Ayah. Biar Ayah bisa lihat Lisa berjuang lagi," hiks. Aku terisak tak kuasa menahan tangisku yang semakin pecah.

"Ayah, buka matanya Lisa rindu, Yah."

Aku memeluk ayah dengan sangat hati-hati, karena di tubuh ayah banyak alat-alat medis yang aku tidak ketahui semuanya untuk apa tetapi aku tahu dokter telah memberikan perawatan terbaik untuk ayah. Ayah di rawat di ruang VIP. Ya, aku yang memintanya agar ayah nyaman di sini. Sebenarnya kemarin ayah hampir saja pindah ruangan karena aku kehabisan biaya, namun dengan cepat aku menjual kebun warisan ayah untukku agar aku bisa tetap mempertahankan ayah di ruangan VIP. Toh, selama ayah hidup ayah selalu memberikan fasilitas terbaik untukku, lantas kenapa saat ini aku tidak bisa memberikan yang terbaik pula untuk ayah? Apa pun akan aku lakukan asal kesembuhan ayah adalah yang utama. Aku yakin, suatu saat Allah akan mengabulkan doaku ini.

"Yah, lihat nih Lisa dapet amplop dari penerbit. Alhamdulillah, rezeki anak Ayah nih. Tebel amplopnya, Yah. Lisa buka ya," ucapku seraya tersenyum. Aku tahu jika ada orang yang melihatku berbicara sendiri mereka pasti akan mengatakan kalau aku ini tidak waras. Biarkan saja. Toh, aku bahagia. Dengan begini aku bisa menghibur diriku sendiri bahwa ayah masih ada di sampingku. Aku yakin, sebenarnya ayah mendengar semua ucapanku hanya saja ayah terlalu nyaman istirahat sehingga belum mau membuka matanya. Atau jangan-jangan,... Ayah marah padaku karena aku nakal?!

Madani (END)Where stories live. Discover now