Agama dan Kepercayaan~

4.8K 593 27
                                    

-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-

🌼🌼

"Terlahir sebagai seorang non-muslim itu bukanlah keinginan, melainkan takdir. Tetapi, memilih kepercayaan adalah pilihan, dan kepercayaan terbaik adalah Islam."
Indahnursf~

🌼🌼

Terlahir sebagai seorang non-muslim, bukanlah pilihan Nathan dan Risty. Melainkan takdir dari Tuhan untuk mereka. Seandainya mereka di berikan kesempatan oleh Tuhan untuk memilih, maka mereka akan memilih keluarga yang harmonis dengan balutan keimanan dalam Islam.

Jonathan Artha Oktavianus, nama lengkapnya. Dia bukan sosok lelaki yang sempurna, banyak sekali kekurangan yang ada dalam diri lelaki yang kerap di panggil Jo atau Nathan ini. Memperdalam pengetahuan tentang Islam adalah pilihan Jonathan selama ini. Kecintaan dan kekaguman Nathan terhadap Islam sudah ada sejak dia kecil. Tetapi, keinginan itu selalu di tentang oleh keluarga. Sejak dulu Jonathan belajar Islam secara sembunyi-sembunyi, bahkan teman-teman Jonathan sejak SMA adalah mayoritas Muslim. Jonathan selalu di perintahkan untuk masuk sekolah Kristen. Namun, berbagai cara Jonathan mencari alasan agar tidak bersekolah di sana, hingga akhirnya Nathan dan Risty terpisah sekolah Nathan sekolah umum dan Risty sekolah Kristen.

Dulu, Nathan kecil pernah bertanya saat mereka berada di dalam Gereja, suara apakah yang lantunannya begitu indah yang ada di seberangnya. Suara itu terdengar jelas sekali. Saat itu mereka sedang berada di dalam Gereja Katedral yang berdekatan dengan Masjid Istiqlal.

"Mama, itu agama apa? Bagus sekali," tanya Nathan kecil kala itu saat mendengar suara azan.

"Itu suara azan agamanya orang Islam," jawab sang mama. Nathan mengingat kata Islam pertama kali saat mamanya memberitahu dia bahwa sumber suara nan indah itu dari agama Islam.

Hingga saat ini Nathan masih mengingat nama itu; Islam. Sejauh ini Islam sangat mengagumi agama Islam, agamanya orang muslim. Bahkan, Nathan sudah belajar banyak hal tentang Islam, mulai dari belajar mengambil wudu, belajar salat, belajar membaca Al-Qur'an, dan belajar memahami Islam. Hanya satu yang kurang darinya hingga saat ini, dia belum syahadat.

🌼🌼

"Kau percaya pada agama Islam?" tanya Madani dengan serius.

"Ya, saya percaya dengan agama Islam," jawab Nathan cepat.

Kedua alis Madani mengerut mendengar jawaban Nathan, "Kalau kamu percaya sama agama Islam kenapa kamu tidak masuk Islam saja, jadi mualaf." Madani melanjutkan ucapannya. Dia heran dengan pola pikir Nathan yang menurutnya sulit sekali di tebak seperti teka-teki silang.

Jonathan tersenyum, "Itu yang saya inginkan, Madani." Jonathan berjalan beberapa langkah menatap pemandangan taman yang ada di rumahnya.

"Kenapa masih tidak mau syahadat, syahadat gih, biar kita satu agama," cerocos Madani. Mendengar ucapan Madani, Jonathan tersenyum menatap Madani sekilas. Sementara Madani yang di tatap salah tingkah, bahkan bingung dengan respons Nathan.

"Masih proses," ucap Jonathan. Mata Madani menatap gerak-gerik Nathan, lelaki itu terlihat begitu tenang sementara Madani sudah seperti kebakaran jenggot karena forum diskusinya dengan Nathan yang semakin memanas, menurutnya.

"Agama kamu sekarang apa?" tanya Madani.

"Saya masih Kristen, tapi saya sudah meninggalkan ibadah saya," jawab Nathan jujur.

Madani tersedak saat menyeruput minumannya yang sudah di berikan oleh bi Sumi. Di luar dugaan sekali bagi Madani mendengar respons Nathan. Benar, kan, Madani tidak bisa mengerti dengan pola pikir Nathan yang menurutnya; abstrak.

Madani (END)Where stories live. Discover now