Minta Maaf~

5K 554 26
                                    

-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-

🌼🌼

"Jika kamu salah, segeralah meminta maaf. Sebab, jika seseorang tak ridho atasmu sebab telah menyakitinya, maka kamu pun akan di hadapkan di pengadilan akhirat dengan seadil-adilnya."
Indahnursf~

🌼🌼

Setelah insiden berita hoax itu, aku tetap bekerja sesuai kesepakatan sejak awal. Aku tidak mau di anggap sebagai seseorang yang tidak tahu malu atau mau enaknya saja. Sebab, aku bukanlah tipe orang yang seperti ini. Memang aku tidak tahu siapa dalang di balik semuanya, namun, kecurigaanku terhadap Nathan cukup aku simpan di luar jam kerja, untuk waktu kerjaku aku harus tetap bekerja dengan profesional sampai batas waktu kerjaku sesuaikan kesepakatan selesai.

Aku bekerja tetap seperti hari-hari sebelumnya, menuliskan kehidupan Nathan untuk di jadikan sebuah buku inspirasi. Menurutku, sejauh ini memang perjalanan Nathan sangat menginspirasi. Bahkan aku pun bangga bisa menulis kisah hidupnya.

Nathan bukan tipe lelaki yang penggila harta orangtua, memang orangtua Nathan kaya raya, papa dan mamanya memiliki berbagai macam bisnis, namun itu tidak membuat Nathan menjadi silau dan pemalas. Aku menjelaskan Nathan sebagaimana aku melihat karakternya selama ini dan dari cerita beberapa orang terdekatnya. Oh iya, aku meminta izin pada Nathan untuk menanyakan beberapa pertanyaan kepada ART yang sudah bekerja bertahun-tahun di rumah Nathan, bahkan sejak sebelum orangtua Nathan berpisah. ART ini menurutku baik, dia juga sudah menganggap Nathan seperti putranya sendiri. Saat Nathan kembali ke Indonesia dan memulai membuka usaha, ART inilah yang Nathan pekerjakan lagi. Aku tahu cerita ini dari bi Sumi--ART Nathan.

Awalnya kemarin Nathan tidak mengizinkan aku untuk bertanya terkait dirinya pada orang-orang yang mengenal Nathan. Namun, bukan Madani dong, namanya jika tidak bisa menjelaskan bahwa itu bagian penting. Dan akhirnya, Nathan membolehkanku untuk bertanya pada ART-nya. Aku juga nanti akan meminta izin Nathan untuk bertanya tentang dirinya pada dua sahabat laki-laki Nathan yang waktu itu dia pernah menyebutkannya padaku. Iya, yang membantunya dalam memegang usaha di Cahaya Oktavianus.

"Maaf membuatmu menunggu."

Aku mengangkat kepalaku yang tertunduk saat mendengar suara seseorang yang tak lain adalah Nathan. Dia telat lima belas menit hari ini. Baiklah, aku tidak masalah, toh waktu kerjaku tetap sama, kan. Jam 5 aku boleh pulang. Simpel, sih.

"Tidak masalah," jawabku. Kemudian membuka buku kecilku. Biasanya Nathan akan menceritakan sesuatu atau aku yang akan menanyakan sesuatu padanya untuk data agar aku bisa menuliskan kisah hidupnya sesuai fakta tanpa ada campuran kehaluanku. Kedua opsi inilah yang aku kerjakan selama delapan hari ini.

"Namamu sudah bersih dan semua berita hoax yang kemarin menyebar sudah saya hilangkan. Kamu juga bisa lihat dari link yang saya kirim via WhatsApp bahwa saya terbukti tidak bersalah, dan tuduhanmu kemarin juga tidaklah benar," ucapnya. Aku menelan salivaku mendengar penuturannya. Aku tidak menyangka dia seniat ini untuk membersihkan semuanya. Pikirku, kalau berita yang sudah tersebar itu tidak akan bisa di hapus terkecuali yang bersangkutan memberikan klarifikasi dengan data yang akurat. Misal, akulah yang memberitahu awak media bahwa semuanya tidaklah benar.

Bahkan, aku sejauh ini tidak mau mendengarkan berita itu lagi. Bagiku dunia ini kejam sekali, aku tidak mau terhanyut dalam kesakitan. Aku memang tahu semua yang beredar itu tidaklah benar, bahkan itu benar-benar fitnah terberat untukku, namun, aku tidak tahu harus dengan cara apa, kan untuk membersihkan semuanya. Pikirku, nasi telah menjadi bubur. Aku hanya bisa pasrahkan semuanya pada Allah saja.

Madani (END)Where stories live. Discover now