-delapan belas-

10.1K 926 82
                                    





= Selamat Membaca =

*************************




Shani duduk di kursi samping ranjang rumah sakit, dimana ada gracia berbaring di atasnya. Seumur hidup nya, Shani tidak pernah merasa se mati gaya ini. Apalagi di dekat bocah yang kini menarik selimut nya sampai leher, sedetik kemudian menurunkan nya sebatas perut. Lalu menarik nya kembali sebatas leher. Gajelas emang.

Shani terbiasa menyuruh-nyuruh gracia agar dia bisa bebas memperhatikan gerak gerik bocah itu. Shani juga terbiasa menimpali kalimat-kalimat gracia yang kadang tak masuk di akal shani.

Sekarang lihatlah bocah itu, sejak tadi hanya diam menatap langit-langit kamar, sambil menghembuskan- hembuskan  nafas yang malah membuat bibir nya manyun. Bocah itu sepertinya  tak berniat membuka suara sama sekali. Tidak kah gadis itu tau bahwa shani sudah tidak betah?

Shani bingung harus melakukan apa, bahkan membujuk gracia seperti tadi saja sulitnya setengah mati.

Shani sekarang menyesal mengapa dia tidak memanfaatkan momen putih abu nya untuk urusan cinta-cintaan.

Shani menyesal tidak menerima ungkapan cinta salah satu dari sekian ratus orang yang pernah menyatakan perasaan nya saat SMA.

Shani menyesal kenapa tidak pernah menanggapi ucapaan Yona yang selalu meledeknya jomblo lumutan.

Sekarang shani merasa bodoh sendiri. Prestasi Cumlaude yang pernah shani dapatkan, tak bermaanfaat sama sekali di saat ini.

Shani mencoba memancing bocah itu untuk bicara "Kamu laper?"
Tanya shani basa-basi. Bocah itu hanya menggeleng pelan, tanpa sedikit pun menoleh ke arah nya.

"Kamu haus?"
Tanya shani lagi.

Jawaban gracia sama hanya menggeleng. Membuat shani harus mengusap dada nya agar lebih sabar.

"Lalu ?" Tanya shani penasaran "mau apa?" Lanjutnya.

Gracia menoleh ke arah shani, membuat pandangan mereka beradu. "Aku tuh masih marah sama kaka, jangan bujuk-bujuk aku sama timezone atau makanan. Nanti aku khilaf" ucapnya seraya melipat bibir nya ke bawah.

Shani menahan diri setengah mati, bocah dihadapan nya ini begitu menggemaskan.

"Kamu marah kenapa?" Tanya shani yang seolah lupa bahwa ia sempat membentak bocah cemberut itu sepulang sekolah.

Gracia mendengus "ish! Gak asik banget sih. Kaka gak sadar apa udah bentak-bentak aku kemaren? Mana marah nya nyeremin kaya nenek-nenek kurang belanja" ucapnya seraya membuang pandangan nya ke arah lain.

Shani terkekeh, aahh gemess banget sih. Gini ya rasayanya menghadapi orang yang kita sayang, saat sedang ngambek?

Masalah yang muncul kali ini adalah, gimana cara bujuk nya?.

Shani membiarkan gadis itu memunggunginya, setidak nya shani memiliki kesempatan untuk bertanya pada paman google.

Shani mengeluarkan ponsel mahal nya, membuka google lalu memasukkan kata kunci
-Bagaimana Cara membujuk pacar yang baik dan benar

Shani menggeleng, gracia belum resmi pacarnya. Belum ada acara nembak, jadi belum sah.

Shani menghapus kata kunci, dan mengganti dengan yang lain
-Bagaimana Cara membujuk calon pacar yang baik dan benar.

Beberapa artikel muncul, membuat shani bingung harus baca yang mana. Akhirnya Shani membaca dengan seksama sebuah artikel paling atas.  kening nya mengkerut. Merasa bahwa 7 hal yang ditulis di sebuah artikel tidak sesuai dengan kondisinya.

Bukan Pacar Idaman (?) ~ END ~ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang