~empat puluh lima~

7.8K 733 165
                                    



= Selamat Membaca =

**************************






"Graciaa.."



Gumam Naomi saat melihat anak sematawayang nya tengah menangis diambang pintu, hatinya semakin di buat kalut saat melihat Gracia berlari meninggalkan ruangan Naomi, sementara Naomi dan Shani masih duduk di tempatnya.

Naomi bangkit, bermaksud mengejar Gracia namun sayang kaki nya harus tersandung kaki meja membuat nya jatuh dan meringis.

"Aww sshh"

"Bunda!" Shani langsung bangkit mendekat ke arah naomi, lalu membantunya berdiri "ada yang sakit?" Tanya Shani kawatir

Naomi menggeleng "enggak shan, ayo kejar gege" ajak nya membuat shani mengangguk.

Kedua nya keluar dari ruangan naomi, berjalan dengan hati-hati supaya tidak terkena pecahan gelas yang masih berserakan di lantai.

Mata naomi dan Shani menyusuri sekitar nya, namun mereka tidak melihat keberadaan Gracia. Bukan hanya Gracia, Veranda juga tak nampak dimana pun. Tidak mungkin kan Veranda pulang tanpa pamit kepada Naomi.

"Gracia pasti sama tante Ve" ucap Shani lalu berjalan keluar, melihat ke arah parkiran tempat Veranda tadi menyimpan mobil nya, lalu kembali menghampiri Naomi "mobil tante Ve gak ada bun" lanjutnya.

Naomi segera mengambil hp nya, mencari kontak Veranda lalu mencoba menghubungi nya. Namun sayang hp veranda tidak aktif, hal itu membuat Naomi semakin panik.

"Gege dimana shan?"
Naomi kembali duduk di sofa sambil menunduk "pasti dia salah faham" lanjutnya sambil menahan tangis.

"Bunda tenang dulu, Shani cari tau alamat tante Ve dimana"  ucap Shani lalu mengeluarkan hp nya, mencari kontak seseorang, sementara Naomi kini berusaha menahan tangis nya sekuat tenaga.

Sementara itu tadi di kediaman Desy, Michelle tengah duduk sambil menatap bayangan nya di cermin meja rias nya, tangan kanan nya memegang alat pengering rambut, sementara tangan kirinya terulur melepas handuk di kepala nya, lalu menyimpan nya di atas meja.

Desy yang melihat hal tersebut tersenyum tipis, langkahnya mengayun menghampiri Michelle lalu merebut alat tersebut dari tangan kekasih cantik nya itu.

Dengan lincah tangan kanan Desy menggerakkan pengering rambutnya, sementara tangan kiri nya menyibak-nyibak rambut Michelle. Michelle tersenyum melihat pantulan wajah Desy di cermin, kekasih tukang maksa nya itu tengah serius mengeringkan rambut Michelle.

Cukup lama memperhatikan wajah desy, Michelle pun angkat suara "Kamu suka banget ya sama aku?" tanya Michelle membuat Desy menatap pantulan wajah Michelle di kaca seraya menggeleng.

"Enggak" ucap nya samar karena suara nya membaur dengan suara pengering rambut.

"Terus"? Tanya Michelle heran.

Desy mematikan pengering rambut lalu menyimpan di tempat nya, kedua tangan nya memutar kursi yang Michelle duduki, membuat Michelle kini menatap ke arah nya. Tangan Desy di simpan di sisi kanan dan kiri kursi, lalu mencondongkan tubuh nya "rasa aku ini sudah naik level nya, udah bukan suka lagi, tapi udah ke tahap Cinta, pake banget malah" ucap nya sambil mengikis jarak wajah nya dengan wajah Michelle.

Michelle mengulum senyum nya "sa ae kang sapu" ledek nya membuat desy terkekeh.

Desy semakin mengikis jarak, lalu menempelkan bibir nya di bibir Michelle. Michelle yang kini tak pernah menolak lagi, langsung mengalungkan kedua tangan nya di leher Desy. Ciuman yang semula hanya menempel kini berubah menjadi lumatan di sertai gigitan kecil yang membuat keduanya merasakan getaran aneh di tubuh mereka.

Bukan Pacar Idaman (?) ~ END ~ حيث تعيش القصص. اكتشف الآن