-enam belas-

10.1K 949 84
                                    




= Selamat Membaca =

***************************






Tok...tok...

"Greeee.."

Tok..tok..

Naomi menngerutkan kening nya "Tumben di kunci" gumamnya heran ketika mendapati kamar anak nya yang dikunci. Tidak seperti biasanya.

Sementara di dalam kamar gracia baru saja terbangun, kepalanya sedikit pusing. Akibat menangis terlalu lama.

Tok..tok..

Pintu kembali di ketuk, gracia memaksakan untuk berteriak.
"Ya bundaaa" teriak gracia dengan suara sedikit serak.

"Ada fer di depan sayang" ucap naomi

"Suruh tunggu, gre nanti kedepan"

"Iyaaa"

Naomi meninggalkan kamar gracia dengan sedikit bingung, sepertinya ada yang salah dengan anak nya hari ini.

Gracia bangkit dari tidur nya, mencuci muka lalu mengganti seragam nya yang sejak tadi masih menempel di tubuhnya.
Setalah penampilan nya cukup baik, gracia segera melangkah menemui fer.

"Hai fer"
Sapa gracia saat melihat fer sedang duduk di sofa tamu.

Fer menoleh dengan senyum yang mengembang "Hai gree, baru bangun yaa. Aku chat ga dibalas" ucap fer

"Iyaa tadi langsung tidur, hp nya di tas"

"Diminum nak fer, maaf cuma ada ini disini" ucap naomi memberikan minuman dan beberapa cemilan.

"Makasih tan"

Tatapan naomi beralih pada mata sembab gracia, alisnya sempat bertautan memikirkan apa penyebab mata sembab yang dimiliki gracia kini. tidak ingin lebih lama mengganggu gracia dan temannya naomi lebih memilih masuk ke kamar nya lalu mengambil handphone nya dan mengirim pesan pada seseorang.

Sementara fer mulai melancarkan aksi pdkt nya yang sudah di persiapkan jauh-jauh hari.

---

"Gue pernah bilang apa indira, lo mulai cinta kan sama tu bocah??"

"Tapi des, emang sikap gue salah yaa??"

Shani kini sedang di rumah desy, pulang kantor tadi dia langsung mengekor desy, berakhir dengan shani bercerita tentang masalah dia dan gracia tadi siang dikamar desy.

"Salah lah bego" geram desy

"Jahat betul " ucap shani yang kini beralih memeluk desy dari samping.

Desy menghela nafas, mengusap kepala shani dengan lembut "Ck!.. gini yaa shan, lu tuh udah kaya dispenser tau gak, kadang panas, kadang dingin, kadang adem, kadang pengen gue tendang. siapa juga yang tahan sama sikap Gaje lu, harusnya kalo lu emang cinta sama dia, Bilang yang bener sama dia, kasih dia kejelasan, kaya gatau aja kalo cewek sukanya di kasih kepastian"

Shani hanya diam. Mencerna semua kalimat desy yang sarat akan kekesalan.

"Jelasin juga soal rencana lu itu, tinggal beberapa bulan lagi shan, lu gak punya banyak waktu" lanjutnya sambil mengelus ranbut shani, yang sebenarnya sudah gemas ingin ia jambak sejak tadi.

Shani tidak berniat menjawab apapun, shani melepas pelukan nya, tangan nya kini bergerak mengambil ponsel di samping bantal. Matanya memicing melihat siapa yang mengirim dia pesan.

Bukan Pacar Idaman (?) ~ END ~ Where stories live. Discover now