~ Lima Puluh Empat~

7.8K 640 57
                                    






= Selamat Membaca=

_____________________






Di malam-malam yang lelah bercampur resah, sunyi, sepi, terasa lebih menyesakkan. Sepi itu berisik, lebih berisik dari pada bunyi mesin pendingin, lebih nyaring dibanding suara hembusan nafas dalam hening.

Gracia masih belum bisa memejamkan kedua mata nya. Sejak tadi ia hanya pura-pura tidur agar kekasih nya bisa tidur juga, karena Gracia tau jika Shani tidak akan tidur sebelum memastikan Gracia terlelap.

Gracia membuka mata menatap wajah kekasih nya, tersenyum hangat saat melihat wajah lelap Shani yang terlihat tenang sekali.

Diusapnya pelan pipi Shani, sangat pelan karena Gracia tak ingin kesayangan nya ini terbangun karena ulah nya ini.

Entah apa yang Gracia rasakan saat ini, hanya saja dari sore perasaan nya sedang tidak baik-baik saja. Ia merasa takut akan sesuatu, namun entah apa.

Dengan perlahan, Gracia mengikis jarak lalu mengecup sekilas bibir Shani lalu berkata "Keajaiban paling nyata dalam hidup ku adalah kamu, Shani Indira"

Lalu memejamkan kedua mata, berusaha terlelap walau sulit di lakukan.

__



Gracia sudah membuka mata sejak pukul 4 pagi, Rasanya baru saja tadi Gracia terlelap, ia harus kembali mengerjap. Entah mengapa tadi tiba-tiba saja tubuh nya di paksa bangun, hingga kesadaran nya berkumpul semua dalam waktu singkat, dan itu tak biasa.

Gracia menoleh ke samping, dimana Shani masih tidur dengan tenang. Tersenyum tipis saat menyadari bahwa posisi Shani tidak banyak berubah sejak Gracia terakhir melihat nya.

Ditarik nya selimut hingga menutupi dada Shani, karena hawa pagi ini begitu dingin hingga menusuk ke sendi.

Dikecup nya kening Shani penuh rasa sayang, seolah menumpahkan semua rasa yang Gracia punya, lewat kecupan mesra.

Tak ingin membuang waktu lebih banyak lagi, Gracia bangkit dari tidur nya, mematikan pendingin ruangan lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Keluar dari kamar mandi, Kepala nya menoleh ke arah jam dinding. Menghembuskan nafas kasar saat melihat angka masih pukul 4.30 pagi.

Dengan langkah gontai Gracia keluar dari kamar, berjalan menyusuri tangga lalu turun menuju dapur. Ia butuh secangkir teh hangat, berharap tubuh serta jiwa nya ikut menghangat.

Pagi datang tampak tidak biasa, gemuruh petir bersautan sejak tengah malam. Rintik hujan membasahi bumi sejak pukul dua pagi, hingga saat ini awan kelabu masih bertahta di angkasa, membuat Matahari bersembunyi entah dimana.

Shani perlahan membuka mata, terkejut saat menyadari bahwa di samping nya tak ada siapa-siapa.

"Geee" panggil Shani.

Segera Shani merubah posisi, bangun dari tempat tidur nya, mengambil ikat rambut di atas meja, lalu mencepol asal rambutnya.

Shani menuju kamar mandi, namun tak menemukan kekasih nya. Segera ia membasuh wajah nya, tak ingin mandi terlebih dahulu sebelum menemukan Gracia.

"Eh kakak udah bangun?" Tanya Gracia yang melihat Shani keluar dari kamar mandi.

"Dari mana sayang?" Heran Shani lalu mendekat, menjatuhkan ciuman di kening Gracia singkat "tumben bangun duluan?" Tanya Shani heran.

"Tadi bangun karena kaget aja denger petir, terus gak bisa tidur lagi. Akhirnya turun buat teh, ini aku buatin buat kakak"

Shani tersenyum lembut sambil mengelus kepala Gracia "maaf ya, aku tidur nya lelap banget. Lain kali bangunin aku kalo kamu kebangun gara-gara petir lagi ya"

Bukan Pacar Idaman (?) ~ END ~ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang