~ Lima Puluh Lima ~

7.5K 654 247
                                    

= Selamat Membaca =
_______________________







Kehilangan memang tak pernah mudah.

Kehilangan kadang menjadi sebuah hal yang menyeramkan.

Kehilangan kadang kala menjadi sebuah ancaman.

Bahkan kehilangan adalah sesuatu yang tidak bisa di rencanakan.



Harus nya tadi Gracia tidak beranjak walau hanya satu inci, harus nya Gracia tetap disini, harus nya Gracia tidak perlu pergi kekampus, harus nya.. harus nya..

Sudah takdir nya.

Kenyataan menampar berkali-kali dengan keras, menghantam relung jiwa Gadis yang kini tengah berlutut di depan gundukan tanah yang masih basah.

Beberapa orang sudah meninggalkan tempat ini, tapi tidak dengan Gracia. Hujan tak menjadi penghalang bagi Gracia untuk tetap disini, tak peduli jika seluruh tubuh nya basah kuyup karena hujan, tak menghiraukan pakaian nya kotor terkena cipratan air dan tanah.

"Hikssss.. kenapaaa....?"

Sebuah kalimat tanya di selingi isakan terdengar menyakitkan, lagi Gracia meremas bunga yang bercampur dengan tanah merah yang sejak tadi di kepal oleh kedua tangan nya.

"Mami.. kenapa mii? Kenapa harus kaya gini hiksss"

Yona yang sejak tadi diam, kini mulai mendekat, menarik tubuh Gracia ke dalam pelukan, mendekap erat Gadis bergigi gingsul ini.

"Udah ya sayang"

Gracia menggeleng dalam pelukan "hiksss mami, kenapa mi, Kenapa dia ninggalin aku hiksss"

Yona mengelus rambut Gracia yang sudah basah sejak tadi, Yona pun seperti nya tak peduli jika ia sama-sama terkena guyuran hujan, yang penting ia bisa mendekap erat Gracia.

"Sudah takdir nya sayang, ikhlaskan ya"

Tangis Gracia semakin menjadi "Gak mami GAK!!.."

Michelle mendekat dengan sebuah payung hitam yang ia bawa, berusaha melindungi Gracia dan Yona, walaupun percuma, karena mereka sudah sama-sama basah kuyup sejak tadi.

"Nanti kamu sama mami sakit kalo kehujanan terus" Suara Michelle yang biasa tinggi kini melembut, tak tega melihat partner ribut nya di rumah,  menangis tanpa henti.

"Hiksss gak mau kamis gak mau"
Masih tetap pada pendirian nya, Gracia melepas pelukan Yona, kembali menatap gundukan tanah di depan nya.
"Kenapa harus secepat ini hikss?"

__



Anin menatap resah pada jalan raya, fikiran nya berkecamuk. Terbagi menjadi beberapa arah namun tak pasti.

Anin dibuat kalang kabut karena sudah dua hari tidak mendapat kabar dari kekasih nya, Aya. Ditambah dengan rasa kawatir nya pada Gracia yang tadi langsung berlari meninggalkan nya di kantin, bersama mangkok bakso yang ternyata belum di bayar dan hingga saat ini Gracia tidak bisa di hubungi.

Selain itu, papa nya juga tiba-tiba menyuruh Anin untuk segera pulang karena ada acara keluarga yang bahkan Anin tidak tau itu acara apa.

Anin segera mematikan mesin mobil nya, berjalan dengan tergesa menuju ruang utama.

"Sore ma pa" sapa Anin sambil menatap beberapa orang yang sedang duduk di sana, tatapan nya kini jatuh pada seorang laki-laki yang sedang duduk di antara laki-laki dan wanita paru baya.

Bukan Pacar Idaman (?) ~ END ~ Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα