~ Empat puluh Sembilan ~

7K 593 7
                                    



= Selamat Membaca =

************************







Gue gak mau ya rumah kesayangan gue jadi tempat kalian ena-ena padahal belum sah, jadi gue bakal bobo diantara kalian" ucap nya santai lalu masuk dan berjalan ke arah Anin, meninggalkan aya yang mematung diambang pintu sambil menggeram dalam hati...

"Anak Naomi gak ada adab nya banget, gak pengertian jadi temen. Pen bunuh rasanya"

Aya menghela nafas berat, dalam hati nya tak henti menggerutu merutuki kelakuan sahabatanya, Gracia.

Lihat lah gadis yang nyaris tanpa Akhlak itu dengan santai nya berjalan menuju tempat tidur, dimana kekasihnya berada.

Anin pun sama, dalam hati ia mengutuk sahabat nya ini, berdoa kepada Tuhan agar mengubah Gracia menjadi gantungan kunci untuk semalam saja, supaya tidak mengganggu momen Anin dan Aya saat ini.

Namun seolah tidak ada hal yang di permasalah kan, Gracia tetap naik ke tempat tidur, mendorong-dorong bahu Anin agar bergeser, dan memberi nya ruang di tengah.

"Mohon maap sahabat ku yang budiman" ucap Aya sambil menggeram kesal "apa tidak sebaiknya dirimu tidur bersama kekasih mu dan tidak menganggu momen kami" lanjutnya sambil melipat kedua tangan di depan dada.

Gracia malah terkekeh, kekehan nya sukses membuat telinga Aya seolah jengah dan menolak untuk mendengarnya  "gak usah bahagia gitu muka nya Ay, jarang-jarang kan kita reuni di atas kasur gini" ucap Gracia dengan senyum santai nya "sini-sini, bobo deket dedeq" lanjutnya membuat Aya mendengus.

Jika saja bukan karena Gracia yang menolong nya, sudah dipastikan Aya dengan senang hati akan menyeret mahluk yang bernafas dengan paru-paru dihadapan nya ini lalu melempar nya dengan suka cita dari atas balkon.

Namun sayang niat nya hanya sampai di fikiran nya saja.

"Jijik gue gre" cibir Anin.

Dengan rasa ketidakikhlasan yang sangat besar, Aya beranjak naik dan  mengambil tempat di samping Gracia. Menghela nafas dalam, guna meredam kekesalan nya.

"Nah kan enak, akur gini" ucap Gracia.

Ketiganya sama-sama berbaring, diam dalam keheningan, menatap langit-langit kamar, sambil sama-sama memikirkan hal yang ada di otak mereka masing-masing. Entah itu apa.

"Kalian pasti belum bahas apapun kan?" Ucap Gracia memecah keheningan yang hanya bertahan selama tujuh menit itu "naena mulu sih yang difikirin, padahal ada hal yang lebih penting" lanjutnya membuat Aya dan Anin kompak menatap ke samping, ke arah Gracia.

"Kesempatan itu jangan di sia-sia in, gak semua orang punya kesempatan kedua.  Gue jamin besok bapak loe bakal jemput loe Nin. Itu artinya Kalian gak punya waktu banyak"

Aya bungkam, mencerna momen langka yang terjadi barusan, dimana kalimat yang di ucapkan Gracia ada benar nya juga. Tumben sekali, biasanya hanya cuap-cuap tak berarti yang membuatnya harus mengusap dada beberapa kali.

Gracia benar, harusnya Aya segera membicarakan hal ini pada Anin, karena memang mereka tidak punya banyak waktu. Sementara Anin hanya menunggu apa yang akan di ucapkan Aya, karena ia tidak mengetahui apa maksud ucapan Gracia.

"Nah!!" Ucap Gracia membuat Aya dan Anin terkesiap "karena kek nya otak kalian ini udah waras, jadi dedeq Gurasiya pamit aja, mau bobo sama kesayangan" lanjutnya lalu merubah posisi menjadi duduk.

"Bayy" pamitnya lalu turun dari tempat tidur, berjalan dengan santai keluar dari kamar. Meninggalkan Anin yang kini menatap Aya penuh tuntutan.

"Kamu mau jelasin sesuatu??" Tanya Anin yang kini merubah posisi menjadi duduk. Disusul Aya yang duduk bersila di hadapan nya "kek nya si Gre lebih tau banyak hal di banding aku ya" lanjutnya dengan nada tak suka.

Bukan Pacar Idaman (?) ~ END ~ Where stories live. Discover now