ALGIS-BAGIAN 64 'END

7.1K 472 1.2K
                                    

Siapa yang nungguin ALGIS update?
Kangen gak?

Berhubung sekarang END absen nama yuk!
Tinggalin jejak nama kalian💛

Sekarang END' ya kali komennya gak rame.
2K komen lagi ya cantik
NO KOMEN NO EPILOG!

Jujur aku nulis part ini nangis. Gak tahu aku yang baperan atau gimana :)

Sudah follow akunku belum? Kalau belum follow dulu yuk!

Siap membaca ENDING?
Di part ini aku akan mengajak kalian untuk merasakan semua perasaan. Jadi siapkan mental kalian, slebew!

Pincet bintang dulu yuk!

Nanti kalau udah selesai baca END' tolong baca dan isi pertanyaan di part keduaku yaa🥰

NOTE : 12K kata
Komennya yaa cantik-!!!
Tandai jika ada typo

DniarDniar

HAPPY READING

Jam sembilan malam begitu tahlilan selesai Feri beranjak pergi menuju halaman depan tempat motornya terparkir. Anak-anak Kaljon masih berada di dalam menemani kerabat keluarga Jovan. Feri menaiki motornya, mengambil helm fullfacenya.

"Feri!" teriak Elin diambang pintu dan berlari menghampiri.

Feri mengurungkan niatnya untuk memakai helm fullfacenya, berdecak saat melihat Elin berlari kearahnya.

"Udah gue bilang berapa kali jangan lari-larian. Lo lagi hamil, kalau jatuh bahaya," tegur Feri penuh kekhawatiran.

"Iyaa, maaf. Lo mau kemana? Kok buru-buru?" tanya Elin berdiri di samping Feri.

"Gue mau ke markas, mau ngurus si pembunuh ulung itu," ucap Feri

Elin memegang lengan Feri yang berbalut kemeja hitamnya. Menatap cowok itu serius, "Ada hal penting yang pengen gue bicarain sama lo, Fer. Ini tentang anak gue dan Jovan."

Feri langsung menstandarkan motornya, duduk menyamping menghadap Elin seraya memegang kedua tangan cewek itu. Matanya menatap penuh wajah Elin yang terlihat sedih.

"Sini cerita, kenapa?" tanya Feri, lembut.

"Papa ... nyuruh gue gugurin bayi ini," lirih Elin.

Feri terkejut, menegakkan badannya, "Kok bisa? Kenapa?"

Mata Elin berkaca-kaca, menggeleng kecil seraya memegangi perutnya yang sudah jalan satu bulan. "Gue juga gak tahu Fer. Papa bilang gue harus gugurin bayi ini dan melanjutkan masa depan gue yang sempat berhenti. Dia bilang kalau gue tetap mempertahankan bayi ini apalagi sampai lahir bagaimana dengan ayahnya yang udah gak ada. Gue sayang sama bayi ini. Gue udah kehilangan Jovan dan gue gak mau kehilangan anaknya juga."

"Lo tenang aja ya. Biar gue yang bilang sama Om Hardi."

"Percuma, Feri. Papa tetap kekeuh meminta gue gugurin bayi ini. Lo tahukan gue sama Jovan adik kakak terus juga tetangga tahunya gue belum menikah. Papa bilang selagi kehamilannya belum besar dia meminta gue gugurin. Lo tahu lah maksud gue apa," parau Elin diakhir ucapannya.

ALGIS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang