"Mas mau kemana?" tanya gue saat melihat Mas Dae keluar dari kamar mandi.

"Ke kantor sebentar".

"Ga boleh! Ini kan hari libur!"

"Sebentar aja, Yang. Urgent ini, janji deh cuma sebentar!" ucapnya sambil memakai kemeja.

"Ga boleh. Jangan pergi!"

"Beneran cuma sebentar. Ada Baekhyun juga disana, kamu boleh tanya dia kalau ga percaya," kali ini dia sudah memasangkan jam tangan favoritnya. Mematut diri di depan kaca sambil menyisir rambut.

Gue hanya bisa memandang dari ranjang, masih berselimut karena ini memang masih sangat pagi untuk takaran hari libur. Dengan kasar gue tarik selimut hingga menutupi kepala, mendengus kesal. Bisa gue rasakan dia duduk di tepi ranjang, meraih ujung selimut yang menutupi wajah gue dan menariknya perlahan.

"Jangan ngambek donk! Pulangnya mau dibawain apa?"

Gue tepis tangannya, berbalik memunggunginya.

"Maaf, ini mendadak. Dini hari tadi Baekhyun mendapat email kalau proposalnya diminta hari ini juga".

"..."

"Janji pulang sebelum jam makan siang".

"..."

Lengannya melingkar melewati pinggang gue, telapaknya mendarat di perut dan mengelusnya.

"Sayang, Daddy kerja dulu ya. Jagain Mommy di rumah. Oke?"

"..."

"Yaaah, anak Daddy ikutan ngambek nih!"

Eh iya, biasanya anak gue kalau bapaknya pamitan dia pasti merespon. Heboh nendang-nendang sampai bentuk perut gue tidak beraturan. Ini dia diem aja, sama sekali tidak ada reaksi.

"Sedih Daddy semuanya pada ngambek. Kalau boleh milih, Daddy juga pengennya di rumah aja sama kalian berdua!"

"..."

"Yang, udahan donk ngambeknya. Baby Kim ikutan ngacangin aku lho!"

Tanpa melihat pun gue tahu, si bapak pasti lagi manyun.

Drrrtt
Drrrtt
Drrrtt

"Ya?"

"..."

"Iya, ini aku mau berangkat. Kamu cetak dulu aja proposalnya, nanti aku sampai bisa langsung cek dan revisi ulang kalau memang perlu. Usahakan semuanya beres sebelum jam makan siang!"

"..."

"Oke!"

Sepertinya itu telepon dari Baekhyun. Benar, mereka memang sibuk. Tidak seharusnya gue berperilaku seperti ini. Sebagai istri dan calon ibu, gue harusnya bisa bersikap dewasa. Bukankah kita sudah berjanji bakal menghadapi semuanya bersama? Kalau suami gue sibuk harusnya gue mendukung dan menyemangatinya kan?

Sambil memikirkan hal itu, gue jadi takut kalau Mas Dae malah kepikiran untuk mencari tempat berlabuh lain. Bukan tidak mungkin kan dia lelah menghadapi sikap manja gue dan mencari wanita yang lebih dewasa pemikirannya? Hanya dengan membayangkannya saja rasanya sudah sesakit ini.

Membuang ego diri sendiri, gue kembali membalikkan badan menghadapnya. Membalas pelukannya, tak terlalu erat sehingga gue masih bisa menatap wajahnya.

"Maaf, aku egois,"

Dia tersenyum dan mengecup bibir gue singkat, "Pulangnya mau dibawain apa?"

"Ga mau apa-apa, Mas cepet pulang aja!"

"Iya, proposal selesai aku langsung pulang. Bener ga mau dibawain apa-apa?"

Gue menggeleng, "Mau Mas aja!" ucap gue sambil mengecup bibirnya.

Dia menggeram pelan, "Awas pulang nanti, habis kamu sama aku!"

"MAU!!!"

"Sial Nana!! Aku beneran harus berangkat!"

Nada bicaranya terdengar frustasi. Gue tertawa penuh kemenangan. Semakin mendekati HPL, hormon gue semakin tidak terkendali. Tentu saja Mas Dae bersemangat sekali tahu istrinya jadi beringas seperti ini.

"Makanya cepat pulang!" gue kecup jakunnya, bisa gue lihat bulu halus di sekitar rahangnya mulai meremang.

Lagi-lagi dia menggeram. Tangannya mencengkeram pinggang gue singkat, lalu dia buru-buru bangun. Gue kembali terkekeh. Ekspresi Mas Dae benar-benar tersiksa, sekilas gue lirik ada yang menyembul di balik celananya.

Gue pun ikut bangun perlahan, mendekat padanya berniat untuk merapikan kemeja dan rambutnya yang agak berantakan. Tapi dia malah mundur dan menggeleng.

"Kok ga mau?"

"Jangan mendekat! Sumpah, kamu nyeremin, Na!"

"Emang aku ngapain, Sayang?" ini gue ngomong sambil tetap mendekat dan dia semakin mundur. Gue berasa jadi tante-tante hamil yang mau merkosa perjaka, njir!!

"Sumpah, aku bikin kamu ga bisa ngrapetin paha kalau sampai kamu maju lagi!!!"

"Mau!!! Sekarang!!"

"Ya Tuhan, Nana!!! Aku sudah ditunggu Baekhyun di kantor!!!"

Meledak sudah tawa gue. Itu wajah Mas Dae sudah benar-benar merona. Lucunya lagi, sorot matanya tersiksa dan suara geraman terus terdengar dari tenggorokannya. Sudah ah, gue puas lihat dia seperti itu. Gue berbalik mengambilkan tasnya.

"Cepat pulang, Daddy!"

🐤🐤🐤🐤

(after) Married You ❌ KJD ✅Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ