De javu

83 44 1
                                    

       "Lo yakin?Yun.Ini rumahnya Fefel?"tanya Shesa ketika sampai di sebuah rumah dengan gerbang putih yang menjulang tinggi.
      "Bener,kok.Jalan pegangsaan timur,blok B,nomor rumah tiga puluh"sahut Yuna menyelidik.
      "Be-berarti-"
      "Fellylah putri tunggal desainer terkenal itu!"Teriak keduanya bersamaan.Mereka langsung memencet bel rumah Felly.Gerbang terbuka otomatis.Membuat keduanya menganga tak percaya.Hamparan bunga serta atap berupa tanaman rambat seakan menyambut kehadiran mereka.Seorang satpam berjalan ke arah dua gadis itu.
       "Mau ketemu siapa,neng?"

       "Ah..itu pak.Saya mau menjenguk Felly"

       "Oh..non Felly"

       "Ah iya,non Felly.Maksud kami pak"jawab Yuna lagi.
      "Sebentar ya,saya izin dulu ke non Fellynya"Yuna mengangguk.

      "Ah bapak nggak seru masak mau ketemu sama sahabatnya sendiri aja kudu pake izin segala.Memangnya Felly pejabat!"Cerca Shesa.Yang langsung dibalas injakan kaki dari Yuna.

     "Aww..sakit Yunyun"

     "Nggak usah banyak omong,deh"gumamnya sambil cengiran tak jelas pada satpam tadi.Satpam itu hanya tersenyum.Satpam itu menghadapkan wajahnya kemonitor pengenalan identitas.Wajah Felly terpampang jelas disana.

     "Wahh..seru tuh.Kayak di drakor-drakor gitu.Pengin nyoba ah!"Shesa hendak melangkah ke arah pak Tohir,tetapi langsung dicegah oleh tangan Yuna.

    "Nggak usah banyak tingkah deh,Sa.Sopan dikit ini rumah orang bukan rumah nenek moyang lo"kata Yuna.Penuh penekanan.

    "Ye!memangnya (1)Nae ada ngomong kalau ini rumah nenek moyangnya nae!"sahutnya.

    "Alah diem deh lemot!"
    Tak lama kemudian pak satpam menghampiri keduanya.

     "Silakan masuk.Saya antar"ucap satpam itu.Pak Tohir-sang satpam mengantar keduanya menuju kendaraan kecil.Semacam kereta namun berbentuk bangku taman.Bangku itu berhadapan saling adu menyamping.Sekiranya cukup untuk empat orang.Sebenarnya untuk menuju rumah Felly tidak diharuskan memakai kendaraan itu.Hanya saja,kendaraan itu dibuat atas keposesivan mamanya.

    "Silahkan naik.Nanti kalau sudah sampai dipintu utama tinggal kalian pencet bel rumah aja"ucap Pak Tohir.

      Yuna mengagguk"Terima kasih pak"ucapnya yang dibalas senyum satpam.Kendaraan itu berjalan lambat.Felly yang meminta demikian agar kedua sahabatnya itu bisa menikmati kebun bunga miliknya.

      Shesa tak henti-hentinya berdecak kagum.Ia memang anak orang yang cukup berada.Namun,jika ditakar kekayaan harta orang tuanya hanyalah seperempat dari kekayaan keluarga Felly.

      Bangku itu berhenti.Keduanya turun.Shesa semakin berteriak menjadi jadi.

      "(2)Daebak!INI RUMAH APA ISTANA..MEWAH BENER!"Yuna menutup telinganya.Ia juga sama kagumnya seperti Shesa.Tapi ia tak ingin bersikap seperti sahabatnya itu yang terlalu 'lebay'.

     "Udah,yuk.Masuk sekarang.Ntar,kesorean lagi!"Yuna menarik paksa Shesa.Sesampainya didepan pintu putih yang menjulang tinggi,Yuna memencet bel.

     Pintu terbuka.Menampilkan seorang wanita yang sebagian rambutnya sudah memutih dimakan usia.

    "Permisi.Kita mau ketemu sama Felly"ucap Yuna sopan.

   "Iya,silakan masuk"keduanya mengangguk.Mengikuti Bi Minah.Ruang tamu dengan nuansa putih serta imbuhan warna cream yang mendominasi.

    "Kalian duduk disini dulu.Saya mau manggil Non Felly dulu keatas"pamit Bi Minah yang dibalas anggukan keduanya.Sepeninggal Bi Minah,Yuna dan Shesa duduk disofa yang super empuk.Membuat Shesa berjingkat tak keruan.

ADRICIAWhere stories live. Discover now