Adrian problem

175 97 17
                                    

        Adrian memakai sepatunya,bersiap untuk berangkat ke sekolah. Semalam ia tidak pulang ke rumahnya. Ia bermalam, di apartement miliknya. Adrian melajukan ninja putihnya, membelah jalanan. Ia menuju ke arah rumah terlebih dahulu, mengambil laptopnya yang lupa ia bawa.

        Adrian membuka pintu rumahnya, ia langsung menuju ke kamarnya mengambil laptop lalu beranjak turun. Ia mengerlingkan pandangannya ke segala arah, namun ia tak menemukan kedua orang tuanya. Sejurus kemudian ia mengedikkan bahunya, tak peduli.

      "Dri, lo cari mama sama papa?"tanya Nika.

      "Ngapain gue nyari mereka?"tanya Adrian balik.

     "Mereka pergi keluar negeri, Dri. Semalem mama sama papa udah ngehubungin lo, mereka mau pamit tapi lo nggak ngangkat telfonnya,"ucapnya. Seolah tak peduli, bahwa Adrian tidak mau mendengarnya.

      "Oh, gue lupa nge-charge Hp. Thanks infonya yang udah bikin gue buang waktu,"jawab Adrian singkat lalu mencelos pergi.

       Adrian kembali melajukan ninjanya, ia berniat ke suatu tempat untuk mencari jawaban hatinya. Sebelum pergi ke tempat tujuanya, Adrian mampir di sebuah toko bunga. Adrian memasuki area pemakaman. Ia berjongkok di sebelah batu nisan bertuliskan 'Alivya renata A' Adrian membuka resleting tasnya, mengambil bunga yang ia beli tadi.

       "Gue bawain bunga lili merah muda kesukaan, lo,"ia meletakkan sebuket bunga lili merah muda di samping batu nisan itu.

      "Lo suka, kan?"Adrian mengusap nisan itu. Tanpa sadar butiran bening telah menitik membasahi pipinya.

     "Maafin, gue.Gue udah ngelanggar janji gue. Gue mukul perempuan kemarin,"ucapnya.

      "Gue kelepasan, maaf."

      "Sekarang gue mau nanya sama, lo. Haruskah gue minta maaf sama perempuan itu?"Ia mengusap batu nisan itu memandanginya lekat.

                                    * * *

      Fellycia berjalan pelan,menyusuri koridor sekolah. Ia sedang dalam mood buruk hari ini. Sesampainya di kelas, ia menghempaskan tasnya lalu beranjak keluar. Fellycia memasuki perpustakaan. Ia pikir membaca bisa sedikit mengurangi kekesalannya, pada kejadian kemarin. Fellycia meraih sebuah novel. Ia mendudukkan pantatnya pada bangku kecil, di salah satu sudut perpustakaan. Fellycia mulai membaca bukunya.

       Ting ting ting bel tanda masuk telah berdenting, Fellycia meletakkan novel yang sedang di bacanya. Ia pun bergegas keluar. Sedikit berlari, mengingat jarak kelasnya dengan perpustakaan cukup jauh.

Bruuk...Fellycia terjatuh ke lantai. Ia memegang pinggangnya yang terasa nyeri.

       "Woy! kalo jalan tuh pak-"Fellycia mendoangakan kepalanya, menatap seseorang yang telah di tabraknya.

       "Eh, Debay Bidadari. Ayo berdiri, biar abang bantu,"ucap Reno. Ya, cowok yang di tabrak Felly memang Reno. Reno mengulurkan tangannya, membantu Felly berdiri. Felly menepuk-nepuk rok bagian belakangnya.

      "Ma-maaf kak.Tadi gak sengaja."

      "Mana?ada yang sakit nggak?"ucap Reno. Matanya memeriksa setiap jengkal tubuh Felly.

      "Nggak ada yang sakit kok, kak,"sahutnya.

      "Oh, syukurlah Debay bidadarinya ako gak kenapa-napa,"ucapnya.

      Felly bergidik jijik mendengar ucapan Reno "Permisi kak,"ucapnya, lalu berjalan cepat meninggalkan Reno.

      "Ish, gue ditinggalin. But nggak apa, gue udah tau namanya. Njirr ini seperti mimpi, ya Tuhan,"ucapnya.

ADRICIAWhere stories live. Discover now