Fellycia Salshakira Diandra

212 102 37
                                    

        Rembulan malam bersinar terang bersama kelap-kelip bintang yang bertaburan. Gadis itu memainkan piano, di balkon kamarnya. Jemari lentiknya memainkan setiap tangga nada dengan lincah. Angin malam meniup helai rambutnya yang di biarkan terurai. Kelopak matanya sesekali memejam, untuk merasakan indahnya melodi yang mengalun. Ceklek..pintu kamar terbuka. Membuat gadis itu menghentikan aktivitasnya.

      "Non, ini air putih sama obatnya,bibi taruh di sini. Jangan lupa diminum ya, non,"kata Bi Minah.

       "Iya, bi. Makasih. Maaf, udah ngerepotin,"kata gadis itu, tersenyum ramah.

       "Nggak ngerepotin lah, non. Ini kan emang tugasnya bibi. Non Felly mah, ngomongnya gitu terus,"kata Bi Minah. Gadis yang bernama Felly itu tersenyum ramah.

       "Non Felly tidurnya jangan malem-malem. Habis minum obat langsung tidur aja, istirahat,"nasehat Bi Minah.

      "Iya, bi. Ini juga mau di minum obatnya,"sahutnya. Seraya memegang kapsul dan segelas air.

       "Ya udah, kalo gitu bibi tinggal ya, non,"kata Bi Minah, mulai beranjak keluar dari kamar Felly.

       "Bi..bi..tunggu sebentar,"cegah Felly. Lalu meletakkan gelas air putih, yang isinya sudah tandas di atas nakas.

      "Iya, non. Ada apa?"tanya Bi Minah.

      "Mama nggak pulang lagi, bi?"tebak Felly.

       "Iya, non. Kata nyonya Renti, ada job fashion mendadak. Jadi nggak bisa pulang, malam ini,"jelas bi Minah.

       "Oh, gitu ya, bi. Mungkin mama lebih sayang sama karirnya, ketimbang sama aku,"kata Felly lirih.

       "Non Felly jangan ngomong kaya begitu,ah. Nggak baik. Nyonya itu sayang banget sama non. Nyonya kerja itu untuk menggantikan posisi tuan. Mencari nafkah. Semenjak tuan nggak ada yang ngebiayain hidup, kan nyonya Renti,"jelas bi Minah.

     Felly terdiam beberapa saat. Dalam hatinya, ia membenarkan ucapan bi Minah. Karena memang setelah kepergian papanya, mamanya lah yang menjadi tulang punggung keluarganya.Namun, disisi lain ia merasa tak begitu berarti di mata mamanya.

                                               
                                  * * *

     Mentari pagi muncul dari ufuk timur. Udara terasa segar. Felly menghirup dalam-dalam udara, lalu menghembuskannya keluar. Gadis itu tengah duduk di bangku taman rumahnya. Halaman rumah dengan luas 1,5 hektar, di sulap menjadi green garden dengan tambahan kolam renang yang langsung menghadap langit. Menambah nilai ke exotic-an rumah. Namun, bagi gadis itu tidak ada artinya, karena ia selalu merasa kesepian di hari harinya.

       "Felly, mama nyariin kamu kemana-mana. Ternyata kamu malah duduk disini,"kata Renti. Ia berjalan menghampiri Felly. Gadis itu menoleh sedikit, pandangannya kemudian kembali lurus ke depan.

       "Sayang, kok diam. Kamu marah ya sama mama, karena semalam mama nggak pulang ke rumah?"tebak Renti pada putrinya.

       "Enggak, ma. Aku gak marah sama mama,"jawab Felly, tenang.

       "Terus,kenapa kamu diamin mama tadi?"tanya Renti heran.

       "Lagi liatin pemandangan aja.Maksud Felly, lagi menghayati pemandangan taman,"Dusta Felly.

       "Enggak usah bohongin mama, Fell. Mama tau kamu lagi bohongin mama,"ucap Renti, mencubit pucuk hidung Felly membuatnya merah.

       "Mama apaan sih. Sakit tau!."Renti terkekeh pelan melihat putri tunggalnya mengomeli dirinya. Renti menyelipkan anak rambut Felly ke belakang telinga. Ia mengecup pipi putih milik putrinya.

ADRICIADove le storie prendono vita. Scoprilo ora