Chapter 45

48 7 3
                                    

Farel berjalan pelan ke arah meja yang ditempati Ara juga Clarissa. Mendekati dua perempuan yang sebentar lagi salah satunya akan menjadi sang kekasih. Laki-laki itu berdiri tepat di tengah-tengah keduanya.

"Ra,"

Ara mendongak. Sungguh, jika jantungnya diibaratkan sebuah balon, mungkin saat ini sudah meledak tak bersisa.

Ara yakin, saat ini pipinya sudah bersemu merah. Malu, mau, dan sedikit kelu. Sudah berpuluh kali ia menyematkan kata akhirnya didalam hati.

Para tamu rumah makan ini pun merasakan pusaran gravitasi berpusat di meja bundar ini. Mereka menyaksikan adegan manis laki-laki tampan tadi yang tengah meminta jawaban. Beberapa bahkan berbisik, siapa gerangan perempuan beruntung yang akan menjadi kekasih si tampan. Jika dilihat, kedua perempuan itu memiliki kriteria cantik masing-masing. Keduanya cantik.

"Thanks ya udah bawa Clarissa kesini."

Hah?

Apa ini? Terimakasih? Apa maksudnya.

"Thanks banget lo udah buat gue ketemu lagi sama Clarissa." Ucap Farel lagi sambil menepuk-nepuk pundak Ara.

Cowok itu tersenyum tulus ketika mengucapkan. Bibir Ara yang tadinya ikut berkedut menahan senyum pun perlahan mulai lurus.

Pikirannya sekarang blank, ini maksudnya apa?

Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, posisi cowok itu kini sedikit membelakangi Ara. Meyerong tepat menghadap Clarissa.

Pontang panting Ara berusaha mengenyahkan segala pikiran buruk yang sekelebat membayanginya.

Tidak mungkin.

Terimakasih udah bawa-

"Cla, sekarang kasih gue jawaban ya." Ucap Farel sambil membawa Clarissa untuk berdiri menghadapnya.

Pyar!

Remuk sudah hati yang berusaha Ara jaga selama ini. Hati yang ia kuatkan untuk tetap berlabuh pada Farel. Hati yang selalu ia paksa untuk mengikuti setiap naluri untuk selalu menunggu.

Apa ini?

Ah enggak, pasti Farel cuma mau ngeprank, dia cuma pura-pura.

Atau ini mimpi? Siapapun tolong bangunkan Ara sekarang juga. Dia tidak sanggup menerima meskipun hanya sebuah mimpi.

"Gue tau, Cla, semuanya udah lama. Tapi, gue yakin. Gue yakin kalo perasaan lo masih sama kaya dulu."

Enggak! 

Diatas pahanya, tangan Ara mengepal kuat. Jari-jarinya ia paksa untuk saling berhimpitan. Biarkan mereka sesak tak bersisa. Sama seperti dadanya yang tiba-tiba serasa terhimpit sesuatu.

Susah payah Ara berusaha bernapas normal. Senormal apapun jika seperti ini caranya tetap akan memburu.

"L-lo tau perasaan gue ke elo?" Ucap Clarissa kaget.

"Cla, please jangan buat gue ngerasa bersalah terus sama lo. Gue janji setelah ini gue bakal jelasin semuanya ke elo."

About YOUWhere stories live. Discover now