Chapter 15

51 19 24
                                    

Weekend kali ini digunakan oleh ketiga orang sahabat itu untuk merefreshkan pikirannya yang telah dipenuhi oleh segala bentuk pelajaran juga tugas-tugas. Dan pilihan ketiganya jatuh ke salah satu mall di daerah Jakarta Selatan. Biasalah cewek, kalo ke mall ya belanja, makan atau nggak ya nonton.

"Hayuklah nonton dulu, ada film romance yang katanya bagus banget. Gue tau dari sepupu." usul Clarissa yang memang cewek pecinta film romance bikin baper.

"Big NO! Cla, apaan sih. Gamau ya gue. Pokoknya horor." Berbanding terbalik dengan Clarissa, Febby menentang keras usulan itu. Ia lebih memilih nonton film horor daripada film menye-menye yang bikin cewek kaya Clarissa bisa nangis 7 hari 7 malem gerung-gerung ditambah ingusnya yang kemana-mana. Itu kalo filmnya sad ending. Kalo yang happy ending, Clarissa bisa senyum-senyum gila selepas keluar dari bioskop. Terus ngayal mulu pengen punya cowok kayak yang di film. Dasar!

Bagi Febby horor lebih seru. Sensasi ketika setan bermunculan dengan tiba-tiba sudah menghantuinya sedari tadi.

"Ishh apaan sih lo, jijik tau. Pasti ada darah-darah. Terus kalo setannya ngagetin gue gimana? Gak bisa tidur gue nanti!" Dan pada akhirnya kedua cewek itu pun saling berdebat sepanjang jalan menuju bioskop.

"Alah bilang aja kalo takut!"

Ara yang mendengar kedua sahabatnya berdebat itu pun mengela napas berat. Pasti ada saja hal seperti ini terjadi, entah dimanapun kapanpun ada saja yang diperdebatkan. Sampai nggak habis pikir Ara tuh!

Kepalanya mendadak pusing. "Febby, Clarissa, bisa nggak sih kalian tuh diem, sehari aja. Brisik tau nggak. Gue kesini tuh mau refreshing bukan dengerin kalian ngoceh."

Dengan kesal, Ara berjalan cepat guna menerobos keduanya dan melangkah lebih dulu ke bioskop yang memang sudah tak jauh lagi.
Matanya menyisir ke sekeliling, dilihatnya antrean panjang disana. Yaelah rame amat sih, bikin males. Ia kemudian memilih bersandar pada pagar pembatas depan bioskop. Menunggu kedua sahabatnya yang lama sekali berjalan, tak heran lagi pasti mereka masih mendebatkan hal tadi. Ara berbalik, tidak lagi bersandar tetapi kini posisinya mengadap pagar, pandangan matanya jatuh ke bawah. Dilihatnya keramaian yang kian menambah kesesakkan.

"Hai,"

Ara menoleh, dilihatnya seorang laki-laki berdiri persis disebelahnya. Dahi Ara berekerut, berusaha memutar otak untuk mengenalinya. Tetapi tetap saja ia tak menemukan, Ara tak mengenalinya.

"Gue?" Tunjuk Ara pada dirinya sendiri.

Cowok itu pun terkekeh pelan, "Iyalah siapa lagi."

Ara makin dibuat bingung olehnya. Jangan-jangan dia orang jahat? Eh nggak mungkin juga sih, kan lagi ramai mana mungkin dia berani macem-macem. Febby sama Clarissa juga mana sih lama amat. Jemari tangan Ara saling meremas untuk menghilangkan kecemasannya.

"Gue Arga, sendirian aja lo?"

"Ah? Enggak kok, sama temen-temen."

"Ra!"

Ara pun menoleh, melotot melihat kedua sahabatnya yang kini masing-masing telah membawa cup es krim. "Ish! Kalian tuh ya, gue udah nungguin disini juga malah keluyuran duluan."

Febby dan Clarissa pun hanya tersenyum bodoh, "ah elah cuma mampir bentar kok, yang lama tuh nyariin elo. Mana keliatan kalo lo ngumpet disini, udah tau kecil main nyempil-nyepil aja lo."

Ara semakin melotot mendengar perkataan dari Febby itu. Emang dasar ya kalo sahabat tuh ngomongnya suka seenaknya. Nggak dipikir dulu.

Hingga tiba-tiba radar milik Clarissa berbunyi, biasanya nih kalo kayak gini ada cogan didekatnya. "Eh wait, gue mencium bau-bau...?" Clarissa melirik ke sebelah dan manik matanya berhenti tepat di mana Arga berdiri, "cogan. Ahh Feb ada cogan. Ara kok lo bisa sama cogan sih, nggak bilang-bilang lagi."

About YOUWhere stories live. Discover now