Chapter 25

33 9 15
                                    

Yogyakarta, sebuah kota yang sampai saat ini masih tetap dan akan terus menjadi satu-satunya kota istimewa. Kota yang selalu menyimpan segala bentuk perasaan dan kerinduan bagi siapa saja yang pernah singgah.

Pagi tadi Ara dan keluarganya telah tiba di sebuah perumahan yang konon pernah dihuninya. Rumah minimalis yang hampir sama dengan rumah yang sekarang ditinggalinya.

Di depan rumah itu tersaji halaman yang tak begitu luas tetapi mampu memberi kesan hijau dan sebuah pohon jambu air yang tengah berbuah lebat.

Melihat pohon itu, kenangan Ara terlempar begitu saja. Ketika dirinya kecil ia sangat senang memanjat pohon jambu itu. Dulu tak sebesar ini. Ia memetik langsung dan memakannya diatas pohon yang daunnya lebat. Pernah sekali dirinya seharian diatas hingga membuat seisi komplek bingung mencarinya.

Haha.

Ara sudah beristirahat sebentar di kamar yang dulu dihuninya. Berbaring nyaman melepas rindu dengan kamar dan segala isinya yang sengaja tidak diubah.

Sedangkan Febby telah menarik Farel untuk segera memanjat pohon jambu itu. Matanya terus bersinar sejak masuk ke pekarangan tadi.

"Udah dapet banyak Feb?" Bunda tiba tepat di belakang Febby yang terus saja mendongak menunggu Farel melemparkan jambunya. Alih-alih mendapatkan jambu, justru lehernyalah yang kebas karena terlalu lama mendongak.

"Eh Bunda, belom ih. Masa dari tadi nggak dilempar-lempar sama Farel." Febby berucap dengan sebal. Terus melotot pada Farel yang tertutup daun-daunan. "Rel buruan! Awas ya kalo lo makan duluan!"

Febby semakin sebal karena tak kunjung mendapat jawaban. Kalau tak mengingat masalah bobot tubuhnya, sudah dipastikan ia telah memanjat sendiri dari tadi.

"Farel? Belom dapat jambunya?" Mendengar suara itu Farel langsung menyibakkan dedaunan yang menutupi dirinya.

"Apa Bunda?" Tanyanya dengan mulut yang penuh dengan jambu.

"FAREL!" Teriak Febby geregetan. "Malah makan duluan ishh!" Buru-buru Febby membungkuk dan melepaskan sendal jepit yang dipakainya. Dalam detik itu juga Febby langsung melemparkannya pada Farel yang sialnya meleset.

"Nggak kena!"

"LO!" Febby sudah mencapai batas kedongkolannya. "Ishh Bundaa Farel itu loh," rajuknya.

"Farel, kasian ih Febbynya."

Febby berlari tepat ke bawah pohon itu. Tangannya mencengkram erat batang pohonnya kemudian berusaha menggoyangkan. Tetapi hasilnya nihil, pohon itu tetap berdiri kokoh tanpa bergoyang sedikit pun.

"Lo ngapain sih Feb?" Tanya Ara pada Febby yang masih belum menyerah dengan aksinya. Pasalnya teriakan Febby tadi berhasil mengusik Ara yang tengah berada di kamar. Dasar Febby itu. Toa!

Ara mendongak. "Belom dapet juga jambunya?"

"Ck! Itu dimakan sendiri! Kesel gue."

Ara terkekeh. Melepas sendalnya sendiri dan mulai ikut memanjat. Hihi sebenarnya sudah sangat lama ia tak memanjat pohon seperti ini, tetapi ternyata skillnya tak berubah sejak ia kecil dulu, masih fasih memanjat.

About YOUWhere stories live. Discover now