Chapter 34

22 8 6
                                    

Ujian Nasional akan dimulai hari ini. Siap tidak siap, mau tidak mau, waktu itu tetap sudah tiba.

Pagi ini Ara berjalan sendirian di koridor kelas. Koridor yang biasanya ramai siswa sekarang sepi dan sunyi yang menyelimuti. Banyak ruang kelas yang kosong karena dua tingkat dibawahnya diliburkan.

Semalam Ara bahkan hampir tidak bisa tidur karena terlalu memikirkan hal yang tidak-tidak akan hari ini. Tetapi ketika kedua orang tuanya masuk ke kamarnya dan memberinya wejangan berbagai hal, akhirnya ia bisa tidur dengan tenang. Bagaimana pula bila ia benar-benar tidak tidur tadi malam? Bisa-bisa dirinya malah stres mendadak ketika pagi tiba.

Sesampainya di kelas, sudah ada beberapa dari teman-temannya yang sudah menduduki bangku. Sibuk sendiri dengan buku terbuka yang mereka pegang.

"Pagi Ara!" Ara menoleh ke belakang karena asal suara itu berasal dari belakangnya. Ia kaget ketika mendapati kedua temannya yang juga sama menenteng buku.

"Semangat UN hari pertama!"

Ara hanya berkedip pelan. Hehe iya, temannya berubah saat UN tiba. Entah dapat hidayah dari mana mereka bisa membawa buku sepanjang jalan tadi.

"Heh! Berisik tau nggak? Belajar-belajar sono."

Ketiganya menatap galak orang yang berbicara tadi. Setelah mendapati Seno yang berbicara ketiganya malah terheran. "Loh, Sen lo kok udah disini? Bukanya lo sesi 3 ya?"

Semua yang ada di kelas pun sontak terbahak. Yakin seyakin-yakinnya mereka tadi tak melihat Seno yang berada di pojokan. Hei, sesi ketiga dimulai pukul satu. Aneh bukan bila cowok itu sudah berangkat pukul tujuh?

"Ya biarin, suka-suka gue lah." Ucap Seno galak. Dirinya sudah bersungut-sungut ketika ditertawakan. Berisik dan mengganggu belajarnya katanya. What the hell!

"Nih."

Ara mendongak ketika ada sebuah susu kemasan diletakkan di sebelah tangannya.

"Buat apa?"

Farel berdecak. Merasa heran akan kelemotan cara berpikir Ara. Padahal hari ini Ujian Nasional berlangsung. Bagaimana pula bila cewek itu nanti menjawab dengan lemot seperti ini.

"Astagfirullah, Ra. Ya diminum lah. Lo kok kalo mikir telat sih? Udah mau ujian loh."

Ara mendelik. Mulut Farel itu ya, minta didamprat. Kalo ngomong nggak ada remnya.

"Bego!"

"Diminum, biar tambah pinter."

Ara sudah tidak peduli lagi dengan kehadiran cowok itu. Apalagi belum pergi-pergi juga dari hadapannya. Kemana juga kedua temannya tadi, mana ada ke kamar mandi tapi kok seabad.

"Kata nyokap gue, kalo mau ujian minum susu kemasan dulu. Biar mikirnya cepet."

"Berisik tau, Rel! Kalo emang kata nyokap lo kenapa nggak lo aja yang minum?"

"Gue udah kok, nah kebetulan gue inget elo. Jadi gue beli dua tadi."

Ara dibuat pusing oleh ocehan Farel pagi ini. Kepalanya sudah penuh oleh soal-soal latihan yang tak pernah selesai. Dan sekarang, puncaknya, ia malah dibuyarkan oleh ocehan tak penting cowok itu. Dengan ganas Ara menusukkan sedotan pada susu kemasan itu, meminumnya cepat sambil melirik pada Farel. "Puas?"

Farel tersenyum lebar menanggapi. "Semangat UNnya, gue yakin lo pasti bisa." Ucapan Farel diakhiri dengan usapan lembut pada puncak kepalanya. Ara sendiri kaku tak bergerak. Syok dengan aksi Farel yang barusan. Apalagi ini dikelas, yang tentu saja teman-temannya melihat. Tetapi untungnya tidak ada kedua sahabatnya. Bisa habis Ara digoda.

About YOUWhere stories live. Discover now