Chapter 20

35 13 12
                                    

Weekend ini dihabiskan oleh Ara, Febby, dan Clarissa untuk mendalami materi guna persiapan ujian yang akan dilaksanakan Senin besok.

Ketiganya berkumpul di rumah Ara yang selalu digunakan oleh mereka sebagai semacam basecamp. Bagi Febby dan Clarissa, rumah Ara ialah rumah paling nyaman untuk acara kumpul-kumpul. Dan alasan utamanya adalah karena di rumah Ara itu semuanya ada. Makan tinggal makan, nyemil tinggal nyemil, apapun pokoknya.

Segala macam kertas dan buku--entah buku paket maupun buku tulis telah tersebar di bagian ruang keluarga. Semuanya terbuka, tetapi semenjak beberapa jam yang lalu tidak ada satu pun yang menyentuhnya. Terlalu pusing.

"Ahh nggak tau lah gue! Bodo amat sama nilai." Febby berteriak frustasi. Tangannya sudah bergerak mengacak rambutnya sendiri yang sekarang telah acak-acakan.

"Gue juga bodo amat! Nggak tau dan nggak mau tau." Ucap Clarissa yang juga menyerah terhadap rumus-rumus yang berada tepat di sampingnya. Tak lama setelah itu ia menidurkan kepalanya diatas lipatan tangan yang bertumpuan dengan buku-buku. "Gue nyerah. Nggak ngerti." Lanjutnya lemah.

Ara sendiri juga dibuat pusing oleh segala rumus di hadapannya. Tetapi bagaimana lagi? Mau tak mau dirinya juga harus bisa kan. Yah, paling tidak seperempat dari rumus itu harus masuk di kepalanya.

"Gimana nih, ajarin gue dong."

Kedua temannya melotot horor. "Lah gue aja lebih bego dari elo. Mana bisa ngajarin."

"Ya terus gimana? Masa iya gue nggak ada satu pun yang nyantol di kepala."

"Apalagi gue." Clarissa berucap masih dengan kepalanya yang telungkup. Sedetik kemudian ia mengangkat kepalanya dan tersenyum sumringah. "Gue ada ide!"

"Paan?"

Masih dengan senyumnya yang belum luntur Clarissa menjawab. "Suruh Farel kesini! Dia kan pinter."

"Nah iya! Ngapain nggak dari tadi bego." Febby mengangguk mengiyakan ide Clarissa.

"Bentar-bentar gue telepon dulu." Clarissa bangun dan mengambil ponselnya yang terletak di atas meja.

"Rel! Halo Rel. Lo dimana? Lo bisa nggak ke rumah Ara sekarang? Hah?"

"....."

"Urgent nih. Antara hidup dan mati--"

"......"

"Pokoknya cepet kesini. Gu--"

Tut-tut-tut.

"Lah anjir dimatiin."

"Kayaknya dia lagi kesetanan kesini."

"Pasti mencak-mencak dah tu anak kalo nyampe sini. Antara hidup dan mati pala lo."

"Ihhh bener tau, ini kan bener-bener menyangkut antara hidup dan mati gue."

Beberapa menit kemudian Farel tiba dengan raut cemas luar biasa. Keringat menetes di sekitar pelipisnya. Kesopanan yang selama ini ia junjung tinggi runtuh seketika dengan langsung menyelonong masuk ke rumah orang. Berlari kesetanan mencari keberadaan cewek yang meneleponnya tadi.

Kata antara hidup dan mati terus terngiang di kepalanya selama ia mengendarai motornya tadi. Jika tidak mengandalkan keselamatan, sudah dipastikan Farel rela menerobos lampu lalu lintas.

Farel menemukan ketiga cewek tadi di ruang keluarga dengan segala buku yang yang tersebar. "Kenapa?" Tanya Farel masih dengan napasnya yang ngos-ngosan.

Ara, Febby dan Clarissa terkejut dengan kedatangan Farel yang tiba-tiba. "Lah lo kenapa Rel?" Ketiganya sontak bangun dari tidurannya.

"Hah?"

About YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang