Chapter 8

159 95 62
                                    

Saat ini Ara, Clarissa dan Febby sedang berada di kantin. Mereka menikmati pesanan masing-masing, kecuali Clarissa yang sedari tadi belum juga menyentuh pesanannya. Jengah dengan sikap Ara yang tidak peka, Clarissa pun buru-buru menyemprotnya.

"Aradella Farista! Sekarang lo jelasin ke kita kenapa lo bisa dijemput sama Farel! Sama itu kening lo kenapa pake ditembel-tembel segala. Cepetan!" Tanya Clarissa yang sangat penasaran dengan kejadian pagi tadi.

"Apa?! Ara dijemput Farel?" Febby yang mendengar itu pun terkejut. Refleks ia berteriak dan mengundang perhatian seluruh kantin. Seluruh pasang mata pun mengarah ke meja yang ditempatinya.

Ara yang mendengar teriakan Febby langsung menyembunyikan kepalanya ke atas lipatan tangan. Ia sangat malu.

Febby yang tersadar akan teriakannya pun meringis dan  meminta maaf kepada seluruhnya. "Duh ra sorry. Refleks. Ya kan gue kaget gitu. Udah deh mendingan sekarang lo cerita. SEMUANYA! Jangan sampe ada yang ketinggal."

Ara menghela napas pasrah. Jika sudah seprti ini apa boleh buat. Ia pun menceritakan semuanya. Dari hari dimana ia 'didorong' farel sampai insiden jambak-jambakan itu. Tentu saja tidak saat bagian Farel mengobati lukanya saat istirahat.

"APA?!" Setelah mendengar cerita dari Ara,Febby dan Rissa kembali berteriak heboh. "Jadi kemarin itu lo jatoh?! Bukan kesemutan? Terus lo ditabrak sampe masuk RS ? Jadi kening lo itu gara-gara Farel? Wah bener-bener tu anak! Kok lo nggak bilang sih sama kita! Lo anggep kita apa sih, Ra!"

Ara melihat raut kedua sahabatnya yang begitu khawatir. Ini yang Ara tidak mau  "Maaf... gue nggak mau buat kalian khawatir. Lagian-lagian udah ditolongin juga. Yah walaupun gue juga masih kesel sama dia."

"Farel!" Febby dengan geram menyebut namanya. "Nyesel gue udah nolongin dia tadi. Kalo aja gue tau ceritanya kayak gini, udah gue bantuin jambak, Ra! Awas aja nanti kalo ketemu."

"Udahlah Feb, dia udah tanggung jawab juga kok. Udah ya nggak usah bahas ini lagi." Bisa parah kalau Febby menghajar Farel. Bisa langsung masuk RS juga dia. Secara Febby itu atlet taekwondo. Sudah tak diragukan lagi kemampuannya yang satu itu. Setiap ada lomba taekwondo sudah pasti Febby yang diajukan oleh sekolah, dan sudah pasti pula piala selalu berada ditangannya saat pulang.

Febby yang masih tidak terima atas perlakuan Farel pada Ara pun kembali menyangkal. "Tapi Ra! Pokoknya gue harus kasih pelajaran buat tu anak. Ya kan Cla?!"

"Feb udah ya. Gue udah nggak papa." Ucap Ara yang berusaha meredamkan emosi Febby yang begitu menggebu.

"Oke deh kita nggak bakal ungkit ini lagi. Tapi lo harus janji, kalo ada apa-apa ya cerita sama kita. Jangan kayak kemarin kesannya tuh gue sama Febby nggak penting buat lo. Ini kan demi lo juga. Please..." Final Clarissa.

Sebenarnya Ara juga enggan mengatakan itu. Tapi ini masalahnya dengan Farel. Ia masih bisa menanganinya.

"Iya gue bakal cerita sama kalian. Maaf ya." Ara yang sadar akan perlakuan egoisnya pun tak mau menyangkalnya.

"Yaudah lanjutin makannya. Pokoknya hari ini Ara yang bayar. TITIK!"

Ara yang mendengar Febby tiba-tiba ngomong seperti itu pun membuka mulutnya lebar-lebar. "Apaan! Kagak ada! Enak aja lo."

"Lah kagak mau tau. Ini itu sebagai permintaan maaf lo ke kita. Ayok Feb kita pesen lagi, gue masih laper nih." Ucap Clarissa sembari menyeret Febby ke tempat siomay.

Ara hanya bisa menghela napas. Tak habis pikir bisa punya dua sahabat seperti Febby dan Clarissa. Tetapi, ia sangat bersyukur atas itu. Walaupun yah, kadang-kadang mereka seperti itu tapi Ara menyayangi mereka berdua.

About YOUDär berättelser lever. Upptäck nu