Chapter 17

42 18 19
                                    

Tok-tok-tok!

Suara ketukan pintu itu terdengar nyaring hingga ke arah dapur. Membuat kedua orang yang berada di ruangan itu sama-sama menoleh.

Bi Iyem yang tanggap pun segera meletakkan pisau dan melangkahkan kakinya menuju pintu depan. Tetapi baru beberapa langkah, tangannya dicekal oleh bunda. "Biar saya saja bi."

Bi Iyem pun mengangguk patuh dan kembali meneruskan memotong sayur di meja itu.

Tok-tok-tok!

"Iya sebentar." Hingga saat pintu itu sudah dibukannya terlihat sosok pemuda yang baru-baru ini dikenalnya, "oh nak Farel, ayo silahkan masuk." Ucap bunda sembari membalas uluran tangan Farel.

"Aranya ada bun?"

"Ara? Ara ada, tapi masih tidur. Ada Febby sama Cla juga, palingan tadi malem pada marathon."

Farel tersenyum samar. Kemudian ia melirik pada jam yang melingkar di tangan kirinya, pukul 07.00. Memang masih pagi sih, pikirnya.

"Bangunin sana. Udah capek bunda dari tadi teriak-teriak nggak ada yang respon. Ini naik terus pintu warna putih." Lanjut bunda.

"Eh... nggak papa bunda?" Farel sedikit terkejut mendengar penuturan dari bunda. Ia disuruh masuk ke kamar putrinya?

"Iya nggak papa. Lagian bunda yakin kamu juga nggak berani ngapa-ngapain mereka." Kalimat itu diakhiri kekehan ringan dari bunda. Tangannya yang satu menepuk-nepuk bahu Farel.

"Eh tapi om--?"

"Om Gio nggak ada di rumah, baru aja tadi pergi bawa sepeda nggak tau kemana. Dah sana!"

Farel pun melangkahkan kakinya ke arah yang ditunjukkan bunda tadi. Menaiki satu per satu anak tangga yang melingkar itu. Setelah sampai diatas, matanya langsung tertuju pada pintu putih yang terlihat begitu kontras karena warnanya yang berbeda dari yang lain. Tangannya mengetuk pelan. Tetapi setelah berkali-kali melakukan itu Farel tak kunjung mendapatkan balasan dari dalam.

Ia pun mencoba meraih gagang pintu dan membukanya.

Tidak dikunci.

Setelah pintu terbuka matanya langsung disuguhkan oleh pemandangan 3 cewek yang masih tertidur pulas dengan tidak beraturannya. Farel menggelengkan kepalanya tak percaya, ternyata nggak jauh beda ya tidurnya cowok sama cewek.

Seulas senyum miring tercetak jelas di bibir Farel. Sekali-sekali pikirnya. Ia pun berjalan mendekati nakas samping tempat tidur.

"TSUNAMI! WOY BANGUN TSUNAMI! BANGUN-BANGUN!" teriaknya lantang dibarengi dengan pukulan keras pada nakas.

Ketiga cewek yang sedang tertidur pulas itu pun terlonjak kaget dan buru-buru bangun.

"Woy tsunami buruan. Ayo lari!" Teriak salah satunya sambil menyeret bangun yang lain.

Ketiganya pun langsung saja keluar kamar dengan saling dorong-mendorong. Tak peduli lagi dengan selimut yang ikut terbawa kaki mereka hingga depan pintu. Menuruni tangga yang melingkar itu cepat-cepat. Hingga sampailah ketiganya di luar rumah.

Tetapi ada yang aneh. Sampai di depan pintu, keadaan disana baik-baik saja. Tidak ada setetes air pun yang menyapu. Hingga ketiganya tersadar dan saling pandang satu sama lain. Wajah mereka sudah memerah sampai ke telinga.

Berbeda dengan Farel yang masih berada di kamar Ara. Sedari tadi ia berusaha mengentikan tawanya yang meledak. Melihat reaksi dari ketiga cewek itu membuatnya terbahak sampai sakit perut. Ia pun memutuskan untuk keluar kamar lalu menuju lantai bawah. Tetapi sebelum itu, ia menyempatkan untuk mengambil selimut yang tergeletak di depan pintu dan meletakkannya kembali di kasur. Tentu saja dengan tawa yang belum juga mereda.

About YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang