Chapter 29

19 8 14
                                    

Pagi ini senyum Ara terus mengembang seiring dengan langkah kakinya. Bagimana tidak, sekarang ia telah menjadi siswa kelas dua belas atau biasa disebut tingkatan akhir di sekolahnya.

Libur sekolah dua minggu yang lalu sudah dilaluinya cepat. Seminggu lebih berada di Jogja dan sisanya ia habiskan di Jakarta.

Oh iya, Ara belum bercerita mengenai bagaimana masamnya muka Clarissa ketika menyambut kedatangannya di rumah. Entah bagaimana bisa, cewek itu sudah berada disana tepat ketika Ara sekeluarga sampai.

Ara terkikik geli ketika mendapati Clarissa tengah mengobrak-abrik isi koper miliknya yang ternyata sebagian besar berisi pakaian kotor dan sebagian lagi pakaian bersih.

Memang sempat sebal sih karena pakaian itu menjadi amburadul dan rasanya bercampur menjadi kotor. Jadilah Ara kembali mencuci ulang semuanya. Hah!

Memang, kala itu koper milik Ara diisi oleh pakaian milik Ara sendiri dan milik Febby. Sedangkan koper milik Febby khusus diisi oleh-oleh yang Clarissa minta dan beberapa untuk teman sekelasnya.

Ara menginjakkan kakinya di koridor kelas dua belas. Senang rasanya. Sudah tidak ada beberapa kakak kelasnya dulu yang beberapa kali memandangnya sinis karena berjalan beriringan dengan Farel. Memang siapa pula dia itu.

Ck! Cowok itu.

Namun sekarang berbeda, justru di sepanjang koridor yang dilewatinya tadi ada beberapa adik kelasnya yang menyapa ramah. Ramah sekali. Padahal dirinya tidak mengenali mereka. Ah sudahlah, yang penting ia membalasnya tak kalah ramah.

Walaupun statusnya sekarang senior, tetapi ia tidak menjunjung tinggi nama senioritas. Buat apa sih sebenarnya? Biar dikata jago? Cih bukan tipikal Ara sekali.

Kelas dua belas A3. Masih di kelas yang sama dan dengan teman sekelas yang sama pula. Di sekolahnya memang tidak ada sistem rolling. Jadi dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas teman sekelas tidak berubah. Terkecuali bila ada pindahan, seperti...ehm...Farel.

"Pagi Ara sayang!"

Ara sukses dibuat melotot. Baru saja badannya memasuki pintu kelas, ia sudah dikejutkan oleh sapaan laki-laki yang sangat dikenalinya. Wajah laki-laki itu terkesan menjahili saat tertangkap netra matanya.

"Ciee... kayaknya selama liburan ada yang jadian nih." Ucap Adnan yang sebenarnya memang biang gosip dikelas. Ucapan yang membuat seisi kelas menyorakinya.

Ara semakin melotot. Apaan sih?

"Ck! Sinting lo!" Ucap Ara lalu mendorong Farel yang malah menutupi aksesnya untuk masuk.

Sebenarnya ia cukup kaget dengan sapaan itu. Sayang? Tapi setelah sadar akan kadar keplayboyan milik Farel mencuat, ia buru-buru menapiknya.

Cuma iseng, Ra! Jangan baper! Lo tau sendiri kan itu anak playboynya nggak ketulungan?

"Ciee... udah sayang-sayangan nih ceritanya?"

"Asem! Lo baper, Ra, sama cecunguk itu? Astaga!"

"Apaan? kagaklah! Masa sama orang kek gitu baper? Cih!" Balas Ara sambil memicing tajam pada orang yang teman-temannya anggap bisa membuat dirinya baper.

Tetapi, picingan mata itu justru dibalas dengan senyum manis oleh Farel.

Ck! Nyebelin!

"Astaga, Ra! Pipi lo merah? Seriously?"

Ara buru-buru menangkup pipinya. Masa sih? Kok dirinya tidak percaya? Ara buru-buru memutar otak untuk mencari jawaban. Dia tidak baper, kan?

"Lo pikir pipi gue merah gara-gara baper?" Ara berusaha menambahkan ekspresi ketidakpercayaan. "Gue malu tau! Noh liat di luar udah penuh fansnya dia! Nanti kalo mereka ngira gue ada apa-apa sama dia gimana? Gila lo!"

About YOUWhere stories live. Discover now