Chapter 32

18 7 5
                                    

Suasana hati Ara benar-benar keruh sekarang. Entah mengapa moodnya menjadi buruk ketika mejanya tadi kedatangan adik kelas yang kegenitan. Apalagi mereka datang tidak dengan sopan. Main serobot seperti halnya bis antarkota yang mengejar waktu.

Ara berbelok ke arah perpustakaan untuk mencari ketenangan. Rasanya enggan dulu pergi ke kelasnya sendiri.

Suasana tenang langsung menyambut Ara ketika pintu dibuka. Beberapa dari mereka juga menoleh sebab suara pintu yang sedikit keras. Tetapi hanya melirik sekilas lalu kembali lagi dengan aktivitas masing-masing.

Ara menyusuri rak khusus novel yang lumayan berada di pojokan. Tak apa, kali saja dengan membaca novel bisa sedikit memperbaiki moodnya sendiri. Menyusuri satu persatu judul buku dengan jari tangannya, tetapi sejauh ini belum ada yang menarik perhatian.

Tak selang lama bel masuk berbunyi. Saat itu juga Ara belum menemukan novel yang sekiranya bagus. Merasa bodo amat daripada ia terlambat masuk, Ara pun kembali ke kelasnya.

Sepanjang koridor yang dilewatinya, masih banyak siswa yang belum masuk kelas. Bahkan permainan sepak bola yang dilihatnya saat makan dikantin tadi belum bubar. Tumben.

"Ra!"

Merasa dipanggil, Ara berhenti dan menoleh ke belakang. Disana ada Farel yang tengah berlari ke arahnya. Dengan tidak peduli ia kembali berbalik lalu meneruskan langkahnya yang terhenti.

Hap!

Tangan Ara dicekal paksa, yang mau tak mau pun ikut menghentikan langkahnya. Kemudian tangannya sedikit menghempas guna melepaskan diri dari cekalan Farel. Setelah terlepas, Ara pun kembali berjalan menuju kelasnya.

Tak urung juga Farel kembali menghadang Ara yang memicu decakan kesal dari si terhadang. "Apaan sih lo? Gue mau ke kelas!"

"Tunggu bentar, lo kenapa sih?"

"Heh! Lo denger bel masuk nggak sih? Mau telat?" Ara sudah bertambah kesal disana. Farel yang tak mau menyingkir pun didorongnya ke samping.

Walaupun dorongannya tak seberapa, tetapi mampu membuat Farel sedikit limbung. Tak mau mengalah lagi, Farel kembali mencekal lengan Ara.

Emosi gadis itu kian bertambah. Sebal sendiri sih sebenarnya bila hari ini emosinya gampang naik.

"Itu tadi belnya tiga kali, dan lo tau artinya kan." Farel berucap dengan tenang. "Semua guru rapat."

Bel tiga kali? Pulang dong?

Ara memandang curiga pada Farel. Jangan-jangan ia hanya dikerjai karena cowok itu ada maunya. Tetapi bila ia melihat ke sekitar, tak mungkin juga cowok didepannya itu berbohong. Masih banyak siswa yang berkeiaran dan beberapa juga telah menggendong tasnya masing-masing.

"Ya gue mau ke kelas!"

"Eits! Tunggu dulu dong. Sini ikut gue."

Ara terus meronta dalam cekalan Farel yang membawanya. Jika menuruti jalan, tidak salah lagi kalau cowok itu membawa Ara menuju kantin.

Sepanjang jalan banyak pasang mata yang melihat adegan penyeretan itu. Huft, Ara malu sendiri. Ia pun berjalan normal tanpa penolakan.

Baru sampai kantin pun Ara melihat kedua sahabatnya masih betah duduk di meja yang tadi. Mereka masih tak sadar oleh kedatangan Ara karena masih asik makan.

"Liat ke semua meja." Dengan refleks Ara pun menurut. Melihat meja keseluruhan kantin yang mampu dijangkau penglihatannya. Tidak aneh. Mereka asik juga dengan makannnya sendiri. "Semua makanan yang cewek-cewek tadi kasih, udah gue bagiin ke semua orang yang ada disini. Gue nggak makan satu pun."

About YOUWhere stories live. Discover now