Chapter 18

39 15 8
                                    

Meja makan di rumah Ara pagi ini terlihat begitu ramai karena kedatangan 2 tamu tak diundang yang sudah berada disana sejak kemarin.

Males pulang, kalo disini kan apa-apa enak, semuanya udah disiapin sama bunda. Gue berasa jadi anak kandung tau Ra disini tuh dan elo yang jadi anak tiri. Begitulah jawaban Febby ketika disuruh pulang oleh Ara.

"Loh Cla-nya mana kok belum turun?" Tanya bunda yang baru saja selesai membuatkan susu untuk para gadis-gadisnya.

"Alah bun baru semedi tadi."

"Huft, kayak nggak tau Cla aja sih bun. Pasti dia lagi di depan cermin buat--"

"Heh! Ngomongin gue ya lo berdua. Berdengung nih kuping gue." Serobot Clarissa yang baru saja turun dan mendengar namanya disebut-sebut oleh Ara dan Febby.

"Siapa juga yang ngomongin elo? Penting amat."

"Yee orang gue denger sendiri kok. Eh pagi bundanya Cla yang cantik!"

Lihat bukan tingkah mereka ini. Katanya sih sahabatan tapi tiap hari ada saja yang dibuat ribut. Pasti apa-apa musti adu mulut dulu.

"Pagi sayang, udah sekarang Cla duduk terus sarapan. Kalian ini ya dikurangin dong berantemnya. Masa tiap hari berantem mulu?"

Ketiganya pun patuh dan segera menyelesaikan sarapannya. Tak lama kemudian ayah pun ikut turun dengan setelan kemeja kerjanya yang terlihat rapi.

"Pagi ayah!" Ucap ketiganya kompak.

Ayah tersenyum, "Pagi putri-putri ayah yang cantik." Kemudian mereka semua pun sarapan bersama.

"Assalamualaikum. Pagi om, bunda." Ucap seseorang yang kini telah berdiri di samping meja makan.

"Waalaikumsalam." Mereka yang berada di meja makan itu pun bersamaan menoleh ke asal suara. Disana terlihat Farel yang sudah rapi dengan seragam putih abu-abunya juga ditambah sebuah tas hitam yang hanya digendongnya sebelah.

"Ngapain lo?"

Farel mengernyit, "lah seharusnya gue yang nanya. Ngapain lo berdua disini?"

Febby mendengkus tak suka ketika mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Farel. "Ya suka-suka kita lah. Kita kan sering disini, lah elo?"

Yah, Febby memang suka jutek kalo sama Farel. Apa-apa ngegas. Eh tapi nggak cuma sama Farel sih sebenernya. Siapa saja yang kenal cewek itu pasti sangat tahu tabiatnya. Oh iya Febby bisa nggak jutek kalo lagi sama cogan, dan menurut Febby aroma cogan yang ada pada diri Farel itu kurang. Yah begitulah, Febby emang rada sinting.

"Huss udah, kebiasaan deh kalian ini. Ayo Farel ikut sarapan." Ucap bunda sembari menggiring Farel untuk duduk.

"Makasih bun, tapi tadi Farel udah sarapan di rumah. Kesini niatnya mau jemput Ara."

Uhuk!

"Ngapain jemput gue? Gue bisa kali berangkat sendiri."

"Ini itu masih bentuk tang--"

"Oh! Iya oke gue bareng lo." Potong Ara cepat ketika Farel baru saja akan membahas tentang tanggung jawab. Pasalnya sampai saat ini, ayahnya masih belum tahu tentang kecelakaan itu. Masa iya baru kenal, ayahnya langsung mengecap Farel sebagai anak yang tidak baik.

"Heh kalo lo bareng Farel terus gue gimana uun!"

"Ah elah, Febby kan bawa mobil! Susah amat."

Ara pun melihat ke arah Farel yang tersenyum manis ke arahnya. Ia pun memelototkan matanya ke arah Farel.

"Oh iya yah, ini Farel temennya Ara."

About YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang