36) The Bad Stepsister

336K 19.8K 1.1K
                                    

Bella diam-diam mencuri uang arisan Mamanya dan menghambur-hamburkan uang tersebut bersama Cintya dan Elen, teman gengnya di sekolah. Bella malu karena selama ini ia sering ditraktir oleh Cintya atau Elen. Sesekali ia juga ingin mentraktir teman-temannya itu di cafe mahal. Jadi terpaksa ia mencuri uang Mamanya.

"Bel, lo serius mau nraktir kita di sini?" bisik Cintya. Ia tahu kondisi keuangan keluarga Bella yang pas-pasan. Bella bahkan tak memiliki motor pribadi.

"Iya, Bel. Menu di sini mahal semua lho, Bel." Elen menambahi.

"Kalian tenang aja. Nyokap gue baru saja dapat rejeki nomplok. Yuk masuk!" Bella menggandeng lengan Elen dan Cintya dan mengajak mereka memasuki cafe.

Setelah mendapatkan tempat duduk yang nyaman, mereka melihat-lihat buku menu. Mata Bella sedikit melebar seusai menyisir daftar harga di menu tersebut. Tidak ada satu pun menu yang harganya di bawah 40.000. Untuk secangkir kopi saja, Bella harus mengeluarkan uang 45.000. Ditambah lagi ia harus membayar beberapa makanan yang dipesan teman-temannya. Bella menelan ludah, takut uang yang ia bawa tidak cukup.

"Baiklah. Lagu pertama yang akan kami bawakan berjudul First Love dari Utada Hikaru. Semoga para pengunjung di sini menikmati," kata Ocha di atas panggung.

Elen menyikut lengan Bella saat melihat Ocha di atas panggung. "Bel, itu bukannya adik tiri lo, ya?" tanyanya memastikan.

"Iya. Itu kan Ocha." Bella membenarkan dengan mata membelalak kaget.

"Gila. Kenapa dia bisa jadi vocalist di cafe ini? Lo tau nggak, bayaran penyanyi cafe di sini cukup besar lho," papar Cintya ngotot. Ia adalah anak pemilik salah satu cafe ternama. Tak heran jika ia memiliki wawasan tentang bayaran pegawai-pegawai yang bekerja di cafe orang tuanya.

"Lo lihat cowok yang main drum nggak?" tanya Elen pada Bella.

Bella mengangguk dengan mata menyipit, melihat wajah tampan Bima lekat-lekat.

"Namanya Bima. Dia itu anak pemilik perkebunan buah-buahan di Jawa Timur. Konon katanya bokapnya si Bima punya ratusan hektar perkebunan di sana. Dan nyokapnya adalah seorang notaris ternama," imbuh Elen bertambah antusias.

"Iya. Dan yang pegang gitar itu namanya Satria," sambung Cintya tak kalah antusias. "Dia adalah anak pengusaha batu bara. Nyokapnya dokter spesialis ortopedi."

"Wow!" Bella tak bisa berkata-kata.

"Apalagi yang paling ganteng itu." Kini Elen menunjuk ke arah Axel. "Dia adalah anak pemilik Delton International School. Bokapnya punya buaaaanyak perusahaan di mana-mana. Gue dengar, bokapnya masuk ke dalam 20 orang terkaya di Asia."

"Tunggu dulu!" Bella masih tak mengerti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tunggu dulu!" Bella masih tak mengerti. "Tapi kenapa adik tiri gue bisa kenal dengan cowok-cowok hits kayak mereka?"

"Hanya ada satu kemungkinan," ucap Cintya.

"Apa?" tanya Bella semakin penasaran. Terakhir kali ia melihat Ocha jalan-jalan bersama seorang cowok tampan dengan mobil sport mewah.

"Pasti Ocha sekolah di Delton International School."

"Kok bisa?" Bella terperanjat kaget. Setahunya, Delton International School adalah sekolah termahal di Jakarta. Hanya anak-anak orang kaya yang bisa membayar biaya untuk bersekolah di sana.

"Ya iyalah. Dia bisa masuk ke sana. Secara adik lo itu jenius. Mungkin dia dapet beasiswa. Gue denger, Delton membuka 20 seat beasiswa dari jalur akademik dan non akademik," jelas Cintya. Kebetulan dia berteman dengan beberapa siswa dari Delton.

"Iya bener juga." Elen membetulkan.

"Bel, ini kesempatan lo buat dapetin salah satu cowok di Band itu. Biar lo bisa hidup enak. Mumpung adik lo kenal sama mereka," saran Cintya.

"Iya juga ya?" Bella mengangguk.

Bella kemudian tersenyum senang. Kini ia sudah tahu di mana Ocha bersekolah. Selain bisa memeras penghasilan Ocha, dia juga bisa mendekati salah satu anggota Band Metafora, terutama Axel yang sejak awal sudah menarik perhatiannya.

Bella menunggu Ocha selesai performance di atas panggung. Ia tak sabar menggeledah tas Ocha dan mengambil semua barang-barang yang dimiliki Ocha. Jujur, ia tak pernah sedetik pun menyukai Ocha. Ia semakin membenci Ocha saat Ocha pergi dari rumah. Sejak saat itu, tidak ada lagi yang mencucikan pakaiannya dan membuatkan makanan untuknya. Semuanya harus ia kerjakan sendiri bersama Mamanya. Selain itu, nilai PR nya juga menurun drastis setelah Ocha pergi. Bahkan ia terancam tidak naik kelas karena nilainya terlalu minim.

"Sumpah, Cha. Lo nyanyi kelihatan natural banget," puji Bima saat melangkah menuju pintu keluar bersama yang lainnya untuk pulang.

Ocha tertawa kecil. "Oh ya?"

"Iya." Bima mengangguk.

Langkah kaki Ocha terhenti saat Bella menghadangnya dengan senyuman palsu. Ocha tersenyum kaku lalu meminta Axel dan yang lainnya agar pergi duluan ke tempat parkir.

Bella menyeret Ocha menuju toilet, menggeledah isi tas Ocha, mengambil dompet, lalu menyita seluruh uang di dalamnya. Ocha tak bisa melawan karena Bella jago karate. Percuma, Ocha tak bisa menandingi kekuatan Bella.

"Cuma segini doang?" bentak Bella sambil melayang-layangkan tiga lembar uang lima puluhan ke depan mata Ocha.

"Aku nggak punya duit lagi, Kak," sahut Ocha lirih. Hidupnya yang mulai tenang, kini terusik lagi.

"Lo kan bisa minta ke temen-temen lo yang super kaya itu."

"Aku bukan pengemis."

"Sekarang mana gaji lo sebagai penyanyi di cafe ini."

"Aku belum digaji, Kak."

"Pokoknya gue nggak mau tau. Lo harus kasih gue semua gaji lo. Kalau enggak, gue bakal bikin hidup lo sengsara." Bella melempar dompet kosong ke muka Ocha, membuat Ocha mengerjap ketakutan.

"Terus, aku harus bagaimana membiayai Faril?"

"Pikir aja sendiri. Sejak lo pergi, gue jadi nyuci baju sendiri dan masak sendiri. Pokoknya gue nggak mau tau. Lo harus kasih gue duit bulanan buat laundry dan beli makan."

"Aku bukan mesin ATM, Kak."

"Lo emang bukan mesin ATM. Tapi temen lo itu gudangnya duit. Porotin mereka dan kasih duitnya ke gue. Paham nggak?!" Bella kembali membentak.

Ocha tak menjawab apa-apa. Sejak awal ia tak mempunyai niatan untuk memanfaatkan Axel dan yang lainnya.

"Satu lagi." Bella kali ini membuka nomor kontak di ponsel Ocha dan memasukkan nomor ponsel Axel ke ponselnya. "Kenalin gue ke cowok keren yang namanya Axel. Kalau lo nggak bisa porotin dia, biar gue yang porotin."

Bella tersenyum miring, memasukkan ponsel Ocha ke dalam wastafel, menyalakan kran, sengaja membuat ponsel Ocha basah. Ocha tak berani melawan daripada terkena tamparan.

"Dadah." Bella melambaikan tangan. "Pecundang!"

😊😊😊😊😊
Bella akhirnya bertemu dengan Ocha.

Ia ingin memeras Ocha

Jeng jeng

Apakah Ocha bisa menghindari Bella?

I am in danger [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Where stories live. Discover now